"Teruntuk sahabatku, maaf jika aku hanya punya sedikit waktu."
***
Suara ayam jago menggema di sepenjuru Villa, matahari nampak malu-malu menampakkan dirinya, embun-embun telah menangkring cantik di kaca-kaca jendela.
Jarum jam menunjukan pukul 06.00, ini masih terlalu pagi untuk hari Minggu. Namun Laura sudah terbangun dari tidur nyenyaknya, sedangkan teman-temannya masih asik berada dalam mimpi indah mereka.
Laura terhuyung menuju kamar mandi, dia tidak mau mandi sekarang, ini masih terlalu dingin, Laura tidak tahan, untuk sementara mencuci muka dan menyikat gigi saja sudah dirasa cukup.
Gadis cantik ini berjalan menuju dapur ingin menghangatkan tubuhnya dengan hot chocolate kesukaannya. Diselah kegiatannya mengaduk hot chocolate, Laura dikejutkan oleh suara deheman seseorang
"Ehemm"
Sontak saja Laura membalik badannya, dan mendapati Ardi yang sudah berdiri tepat dihadapannya
"Ngapain cantik?"
"Bikin ini," menunjukakan secangkir hot chocolate buatannya.
"Kamu mau? Biar aku bikinin."
"Aku mau kamu aja," goda Ardi.
"Ih mulai ya, masih pagi tau," Laura berlalu hampir meninggalkan Ardi, namun dengan sigap Ardi mencekal tangan cantik milik Laura.
"Ardi, nanti coklat ku tumpah," Protes Laura.
"Aku serius Ra."
"Serius apa?" Laura menaikan alisnya bingung.
"Aku kangen."
"Kan kita dari kemarin udah bareng terus," jawab Laura polos.
"Oh kamu gak kangen aku?"
"Gak tuh," Jawab Laura cepat.
"Kalo gitu kamu aku hukum," Laura semakin bingung mendengar ucapan Ardi.
"Sini coklatnya buat aku, kamu bikin lagi sana!" lanjutnya.
"Ih nyebelin, tadi sok jual mahal, sekarang ngambil punyaku, huh," Laura memanyunkan bibirnya sebal.
"Hehe," Ardi cengengesan tidak jelas.
Di sini mereka sekarang, di atas sawung menikmati pemandangan hijau ditemani setiap sesapan hot chocolate buatan Laura.
Waktu terasa begitu cepat, sudah hampir dua jam mereka bercengkrama, membicarakan banyak hal yang selalu diakhiri gelak tawa. Laura bahagia, Ardi juga, pagi ini terlalu manis untuk mereka.
Mang Ujang sudah bangun dari tidurnya, sekarang sedang sibuk menikmati kopi hitam dan singkong rebus yang katanya adalah kesukaannya.
"Eh sorry," itu suara Dianta.
"Eh Ta, sini gabung," ajak Ardi.
"Gak usah deh, kalian berdua aja."
"Gak apa-apa kali Ta, sini Ta duduk bareng," Laura menepuk tempat di sebelahnya.
"Gue mau keliling dulu."
"Oh yaudah, hati-hati Ta," tambah Laura.
Dianta berlalu, meninggalkan Laura dan Ardi yang sedang menikmati paginya.
"Dianta kenapa Ra?"
"Kenapa apanya?"
"Kaya gimana gitu dari kemarin."
"Dianta baru putus sama si Laras."
"Oh pantesan murung gitu, kamu udah ngobrol sama dia?"
"Belum, aku aja tau kabar putusnya dari anak-anak."
"Dia gak cerita ke kamu?"
"Belum."
"Kamunya sibuk kali, jadi dia gak bisa cerita ke kamu."
"Hm coba deh nanti malem aku ngobrol sama Dianta."
"Yaudah, ohiya aku nanti sore balik ya."
"Kok balik?"
"Iya, aku ada keperluan."
"Gak bareng yang lain aja besok?"
"Gak bisa Ra."
"Oh yaudah, hayuk masuk kita sarapan dulu bareng yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost (REVISI)
Teen FictionPerihal kehilangan, aku, kamu, kita dan siapapun tidak akan pernah mampu mengendalikan. Kamu, aku, dan kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Kehilangan jelas menyakitkan. Yang kita bisa hanya merelakan. Tidak perduli seberapa kuat kamu menyayang...