"Masih ada yang belum benar-benar aku ketahui, sekalipun itu tentangmu,sahabatku."
- Laura Anastasya.***
Pepohonan hijau terbentang luas di sekitar Villa, kebun teh, dan berbagai macam bunga cantik ikut serta menghiasi.
Sore ini angin berhembus kencang, Dianta menarik nafasnya dalam-dalam untuk menghirup udara segar yang sulit didapatkan di Ibu Kota.
Kali ini matanya tertuju pada sawung di ujung sana, sawung ini sangat nyaman sekali, sudah tersedia matras, bantal kecil, serta meja kecil yang lengkap dengan kendi dan gelas tanah liat diatasnya.
Dianta menaiki sawung itu, menyandarkan badannya pada bantal kecil disana, dia benar-benar menikmati setiap ketenangan yang didapat.
Belum lama mengistirahatkan badan, hati, serta fikirannya, Dianta dikejutkan oleh suara Mang Ujang yang menghampirinya.
"Punten kang, di pos ada yang nyari neng Laura, lelaki kang, namanya teh kang Ardi."
"Ardi mang?"
"Iya kang."
"Oh yaudah biar saya yang temuin Mang."
Dianta turun dari sawung, berjalan menuju pos menemui Ardi, fikirannya terus bertanya-tanya mengapa Ardi bisa ada disini, apa benar ini Ardi yang sedang dekat dengan Laura, atau memang Laura punya teman di Bandung yang juga bernama Ardi.
Fikiran dan hatinya terus berkecamuk hingga matanya menangkap laki-laki tinggi kurus dengan hidung yang mancung, dan rambut sedikit jabrik.
Langkah kaki Dianta semakin cepat, orang itu memang benar seperti Ardi yang ia tahu, namun Dianta harus tetap memastikannya.
"Ehmm," Dianta berdehem menyadarkan laki-laki yang sedang memunggunginya.
"Eh lo Dianta kan? Gue Ardi," Ardi membalikan badannya dan menjabat tangan Dianta.
"Iya tau."
"Laura ada?"
"Ada."
"Boleh gue masuk?"
"Ayo!" Dianta berjalan mendahului Ardi, Ardi mengikuti langkah Dianta dari belakang, mereka menghampiri Laura di ruang tengah.
"Loh...loh Ra, ada Ardi Raa," Vina melihat Dianta dan Ardi terlebih dahulu, karena memang hanya posisi Vina yang sedang menghadap ke arah pintu.
Laura, Diandra, dan Ifana serentak menengok ke belakang mereka, dilihatnya Ardi dengan jaket jeansnya berjalan menghampiri mereka bersama Dianta.
"Hey!" sapa Ardi.
"Eh kamu udah sampe? kok gak kabarin aku?" tanya Laura.
"Ah iya maaf batre ku lowbet."
"Suruh duduk Ra Ardi nya, kasian anak orang berdiri gitu," ledek Ifana.
"Eh iya sini duduk, bentar aku ambilin minum dulu. Ta temenin Ardi ngobrol ya," Laura sedikit menepuk pundak Dianta hingga akhirnya dia berlalu menuju dapur.
"Ardi lagi main di Bandung apa gimana?" pertanyaan kepo dari mulut Diandra terlontar begitu saja.
"Maksudnya?" jawab Ardi bingung.
"Maksud gue, lo emang lagi main di Bandung terus mampir kesini karena tau Laura disini, apa gimana?"
"Oh, gak kok. Gue sengaja dari Jakarta langsung kesini emang mau jalan-jalan sama Laura di Bandung."
"Eh serius lo?" tanya Diandra penasaran.
"Iya, emang kenapa?"
"Lo nginep disini?" selidik Dianta.
"Iya Ta, lo telfon Laras dong suruh kesini, biar bisa pacaran juga," sahut Laura sambil meletakkan secangkir teh hangat untuk Ardi.
Seketika, semua terdiam. Suasana berubah menjadi hening, Dianta membuang mukanya.
Vina menarik kasar tangan Laura menjauhi ruangan itu
"Aduh apaan sih Vin?""Ra, Dianta udah putus."
"Hah? Apa? Putus?"
"Iya."
"Kok gue gak tau."
"Kemarin pas di rumah lo dia ngomong ke kita, cuma lo nya dibawah, pas naik ke atas kan langsung tidur."
"Tapi kok Dianta tumben banget gak cerita ke gue."
"Udah ya Ra, jangan bahas-bahas Laras lagi di depan Dianta."
Laura mengangguk paham, "Gue jadi gak enak sama Dianta ada Ardi disini."
"Gak enak kenapa?"
"Ya masa temen lagi galau, gue nya enak-enakan sama gebetan."
"Santai aja kali Ra," tiba-tiba Wahyu menyahut dari belakang.
"Ardi mana Way?"
"Tuh lo ditunggu Ardi di depan."
"Yaudah gue ke depan dulu ya."
Laura berjalan meninggalkan teman-temannya di belakang, ia menghampiri Ardi yang sendirian di teras.
"Maaf ya, aku tinggal tadi."
"Gak apa-apa Ra, keluar yuk Ra cari makan."
"Sekarang nih?"
"Iya sekarang, masa tahun depan, nanti keburu kita jadian," jawab Ardi cekikan.
"Hah gimana-gimana? Aku gak denger."
"Biarin aja budek beneran," dicubitnya pipi Laura gemas.
"Ih nyebelin kamu."
"Tapi sayang kan?"
Blushhhh ...
pipi chubby Laura tiba-tiba memerah, dia blushing.
"Ciye blushing."
"Ih apaan sih, udah ah aku siap-siap dulu."
"Udah cantik kok."
"Halah gombal masnya!" Laura belari kecil menutupi salah tingkahnya.
Setelah sepuluh menit menunggu Laura siap-siap, akhirnya mereka melesat pergi meninggalkan Villa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost (REVISI)
Teen FictionPerihal kehilangan, aku, kamu, kita dan siapapun tidak akan pernah mampu mengendalikan. Kamu, aku, dan kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Kehilangan jelas menyakitkan. Yang kita bisa hanya merelakan. Tidak perduli seberapa kuat kamu menyayang...