"Aku seneng kalau liat kamu seneng."
-Ardhi Makara ArthavanArdhi Makara Arthavan, satu-satunya nama yang saat ini sedang dekat dengan Laura Anastasya. Perkenalan mereka dimulai dengan pertemuan keduanya di ajang perlombaan yang diadakan di sekolah Ardhi.
Hari itu mata Laura terus mengarah ke laki-laki berhidung mancung itu. Vina yang saat itu sedang bersama Laura, menyadari bahwa sahabatnya tengah tertarik pada laki-laki bernama Ardhi.
Ardhi yang hari itu juga melihat Laura, memberanikan diri untuk menghampiri Laura dan mencoba peruntungannya untuk berkenalan dengan Laura.
Rupanya hari itu adalah hari yang bagus untuk Ardhi, Laura yang juga tertarik padanya dengan mudah menyambut Ardi dengan ramah.
Hari itu mereka masih sama-sama menduduki bangku kelas sepuluh.Sejak dua tahun perkenalan mereka, Ardi dan Laura masih berhubungan baik, namun hubungannya terus menggantung dan belum ada kepastian sampai sekarang.
Sahabat Laura telah mengenal baik Ardi, begitupula teman-teman Ardi yang mengenal Laura.
Malam ini, Ardi yang tengah bersiap-siap untuk menjemput Laura dihujani banyak pertanyaan oleh teman-temannya yang sedang berkumpul.
"Kemana lo?" tanya Riky.
"Jemput Laura."
"Dih jemput Laura terus, emang Laura siapa lo?"
"Bacot banget dah lo."
"Kasih kepastian kali anak orang, digantungin mulu sakit kali."
"Lo lupa setahun yang lalu gue ditolak dia?"
"Lah iya hahaha."
"Terus ngapain lo masih aja deket?"
"Usaha."
"Gimana Laura mau sama lo, gonta ganti cewek terus sih."
"Udah enggak lagi."
"Halah kipak."
"Abis ditolak waktu itu, gue langsung fokus sama Laura doang, udah gak pernah lagi gue deketin yang lain."
"Yaudah selamat berjuang kalo gitu."
"Laura cakep banget anjir," celetuk Azri tiba-tiba.
"Dia mah gak bakal mau sama lo," tambah Fahmi.
"Berisik, gue mau jalan dulu."
"Yaudah, hati-hati lo," ucap teman Ardhi serentak.
Ardhi melesat pergi menuju tempat bimbel Laura untuk menjemputnya pulang ke rumah.
***
Setibanya Ardi di tempat bimbel Laura, gadis itu sudah menunggu dengan santainya.
"Ra, udah daritadi?"
"Ah enggak kok, baru aja keluar."
"Maaf ya, tadi ada temen di rumah."
"Iya gak apa-apa."
"Makan dulu yuk."
"Boleh."
"Bubur ayam atau bakso?"
"Bubur ayam dong," jawab Laura dengan sumringahnya.
"Udah ditebak jawabannya pasti itu."
"Haha udah hafal ya kamu."
"Pake ususnya yang banyak kan, kuahnya banyakin, ga pake daun bawang sama kacang."
"Jangan lupa yang pedes," tambah Laura senang.
"Haha yaudah kalau gitu ayo naik."
Laura dan Ardi melesat menuju tukang bubur Ayam langganan mereka, tidak butuh waktu lama mereka sudah tiba di warung bubur ayam tersebut.
"Bang bubur ayam nya dua ya, kaya biasa."
"Buat Laura ya?" tanya bang Agus, penjual bubur langganan mereka.
"Iya bang."
Mereka duduk dan mata Laura sudah berbinar ketika melihat sate usus yang masih banyak di depan matanya.
"Ra, makan aja yang banyak."
"Tapi buburnya kan belum dateng, nanti keburu abis banyak sama aku."
"Gak apa-apa, nih aku sambelin ya."
"Makasih."
"Aku seneng kalau liat kamu seneng," tatap Ardhi dalam.
"Hehe, itu buburnya dateng," Laura tersenyum dan memutuskan pandangannya dari mata Ardhi.
"Selamat makan Ra, abisin ya."
"Selamat makan Dhi."
Usai makan bubur ayam, Ardhi menawarkan pergi ke kedai ice cream dan membelikan dua ice cream cone untuk Laura, dan tentu saja Laura tidak bisa menolak untuk ini, Ardhi selalu paham dengan kesukaan Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost (REVISI)
Teen FictionPerihal kehilangan, aku, kamu, kita dan siapapun tidak akan pernah mampu mengendalikan. Kamu, aku, dan kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Kehilangan jelas menyakitkan. Yang kita bisa hanya merelakan. Tidak perduli seberapa kuat kamu menyayang...