5

251 219 90
                                    

"Entah baik atau buruk, mencintai adalah perihal menerima dengan utuh."

***

Laras Eriska Adjani,  biasa dipanggil Laras, tetapi tidak dengan Asya yang jahil memanggilnya dengan 'Djani'. Kadang Laras geram dengan Asya yang memanggilnya dengan nama itu, namun menurut Asya, Djani adalah panggilan sayangnya untuk Laras.

Asya dan Laras sudah bersahabatan sejak menduduki bangku SMP, entah kebetulan atau tidak, mereka juga selalu berada dalam kelas yang sama. Walaupun rumah mereka tidak berdekatan, baik Asya maupun Laras sering mengerjakan tugas bersama, entah di rumah Laras atau sebaliknya.

Seperti malam ini, mereka asik mengerjakan tugas sejarah di rumah Laras. Keduanya sudah dengan posisi tengkurap, menulis tugas di buku masing-masing. Tidak lama, fokus Laras teralihkan oleh handphone Asya yang sedaritadi bergetar tanpa dering.

Drttt...drtttttt..drrrtttttt

"Eh hp lo getar Sya," Laras menyadarkan Asya yang belum sadar kalau hp nya bergetar daritadi.

Asya melirik hp di depannya, menampilkan nama Kak Wahyu, buru-buru saja Asya mengangkat telfon dari Wahyu.

Sedangkan Laras kembali fokus dengan tugasnya, dia tidak ingin mengganggu sahabatnya yang sedang asik telfonan dengan sang kekasih.

"Hallo kak,"

"Lagi ngapain Sya?" suara khas Wahyu sudah terdengar dari jauh sana.

"Lagi ngerjain tugas sejarah kak, sama Laras nih"

"Hm dimana?"

"Di rumah Laras kak, kenapa?"

"Nanti pulangnya aku jemput ya."

"Oke kak"

"Yaudah kalau gitu kerjain yang bener ya, semangat."

"Terimakasih kak."

"Oh iya Sya, Laras lagi ada masalah sama Dianta?"

"Aku rasa sih gitu, tapi Laras belum cerita kak."

"Oh yaudah kalau gitu, nanti kalau mau pulang kabarin ya Sya."

"Ayeyaye captain."

Sambungan telfon terputus, Asya tersenyum hangat. Matanya melirik Laras yang masih berkutat dengan tugas,
"Ras udah sampai mana?"

"Dikit lagi. Udahan telfonnya?"

"Iya. Um Ras?"

"Kenapa Sya?"

"Lagi ada masalah sama ka Dianta?"

"Gitu deh,"

"Coba cerita"

"Gak tau deh Sya, gue udah ga sanggup ngadepin sifat cueknya dia."

"Ras, kan dari awal lo udah paham gimana sifat kak Dianta."

"Iya Sya, tapi gue fikir kalau kita udah pacaran dia gak akan secuek itu, tapi sama aja Sya, berbulan-bulan gue berusaha ngertiin sikapnya, tapi dia gak bisa ngerti gue."

"Sekarang lo liat deh, udah beberapa hari gue diemin dia, tapi dia gak mikir Sya, gak ada usahanya."

"Ras, sejak lo terima kak Dianta buat jadi pacar lo, artinya lo juga harus terima semua yg ada di dia, entah itu baik atau buruk."

"Sya, ini udah terlalu lama. Gue juga pengen kaya lu, kaya perempuan yg lainnya, diperhatiin."

"Ras, kak Dianta kurang perhatian apa? Semua yg lo mau dibeliin Ras, semua yg lo butuh dia cari sampai ada, kemana-mana dia anter lo Ras, apa-apa yang kurang buat lo dia cukupin."

"Sya, lo ga akan ngerti. Karena lo gak ada di posisi gue Sya, lo gak tau apa yang gue rasain, lo cuma bisa liat apa yang bisa lo liat doang Sya. Iya emang bener semua yang lo bilang, tapi gue butuh lebih dari itu Sya."

"Ras, apa lo udah ga cinta?" Laras terdiam.

"Ras, ada orang lain?" Pertanyaan itu seperti sambaran petir di telinga Laras, ia merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba tidak bisa menjawab dua pertanyaan Asya.

Tiba-tiba handphone Laras berbunyi, ada nama Dianta disana.

"Kak Dianta telfon, angkat Ras." bukannya menjawab telfon Dianta, Laras justru menolak dan mematikan handphonenya.

"Kenapa Ras?"

"Lagi gak pengen ngomong."

" Lo mau gimana sekarang?"

"Gue gak tau Sya, bingung. Liat nanti aja."

"Yaudah Ras, lo yang jalanin hubungan ini, gue emang gak tau apa-apa, tapi inget Ras fikirin semuanya matang-matang, jangan sampai nanti nyesel terus nangis-nangis ke gue."

"Iya."

"Kalau gitu, gue balik dulu Ras. Kak Wahyu udah nunggu di depan, kalau ada apa-apa kabarin Ras."

"Iya makasih Sya."

Asya berjalan keluar menemui Wahyu yang sudah menunggu di depan, dan berlalu meninggalkan rumah Laras.

I'm Lost (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang