Chapter 10

181 11 0
                                    

IXCHELLA POV

Hari ini aku sudah merasa lebih baikan. Ya memang seharusnya begitu bukan?aku harus melepaskan apa yang membuatku sakit. Sama seperti kamu mencintai kaktus, semakin kamu tidak ingin melepaskannya semakin kencang pelukan yang kamu berikan dan semakin besar luka yang kamu dapatkan. Harusnya aku bersyukur karena selalu ada evan yang selalu menemani dan menghiburku disaat aku sedang membutuhkan seseorang yang bisa membuatku tersenyum. Entah lah aku dan evan ini sedang dalam tahap pendekatan lagi atau kita hanya sebatas teman. Dia selalu peduli padaku, setiap hari selalu menanyakan kabarku. Aku senang ada di dekat evan tapi aku gak mau terlalu ke-geeran karena aku tau kalau terlalu berharap maka kamu harus menerima konsekuensinya yaitu dapat membuat kamu sangat terluka, bener gak?. Hari ini aku dan evan mau pergi ke salah satu pusat elektronik di bandung. Charger handphonenya rusak dan itulah sebabnya komunikasi antara aku dan evan sempat terputus. Tapi aku terharu, evan tetap berusaha mengabariku bagaimana pun caranya. Entah hanya datang ke rumah untuk melihat keadaanku atau menanyakan kabarku melalui email, manis bukan? Haha mungkin aku boleh sedikit merasa ke-geeran.

Kulirik jam tanganku, jam 1. Bukan evan namanya kalau dia tidak menggunakan jam karet. Aku udah nunggu evan selama 1 jam dan batang hidungnya belum muncul juga.

"Hai princess, maafin ya tadi aku telat bangun. Kamu udah nunggu lama?kamu udah  makan?" katanya dengan nafas yang terdengar ngos-ngosan.

"Belum nunggu lama ko van, baru jg nunggu sampe tumbuh uban" kataku seraya senyum mengejek.

"Hahahahaha maaf dong princess, jangan ngambek gitu. Bibir kamu kayak bebek tuh manyun manyun." katanya seraya menarik hidungku.

"HEY SIAPA YANG BILANG BOLEH MENARIK HIDUNGKU?AKU PALING GAK SUKA DICUBIT HIDUNG!" aku mendelik ke arahnya dan yang aku delik hanya tertawa sambil memperlihatkan matanya yang semakin menyipit saat tertawa. Tanpa sadar aku pun memperhatikannya dan aku pun tersenyum. Aku sendiripun tidak mengerti apa arti senyuman itu. Mungkin aku hanya senang melihatnya tertawa.

"Ciye yang daritadi senyum senyum aja nih, kenapa dong kenapa?coba cerita sama aku sel" hobinya masih sama, mengacak ngacak rambutku. EVAN!!!! TUNGGU PEMBALASANKU!.

"Gak! Ayo deh katanya kamu mau beli chargeran. Keburu tutup tokonya kalau kelamaan." kataku seraya mengajaknya pergi.

Banyak sekali hal yang aku dan evan ceritakan selama dalam perjalanan menuju tempat beli chargeran itu. Kami tertawa, kamu bernyanyi bersama, kamu saling gigit(ini agak horor tapi sebenernya gak horor sih).

Akhirnya kita sampai di tempat beli chargeran itu. Aku dan evan langsung mencari chargeran yang evan maksud. Tidak perlu waktu lama untuk menemukannya.

"laper gak sel?aku laper banget nih. Kita makan yu?kemana tapi?" katanya seraya mengelus ngelus perutnya.

"laper sih, kamu kayak gak tau aku aja van. Aku kan kerjaannya dikit dikit laper hahahaha"

"kamu sih emang samson sel! Hahahaha"

"udah sih biarin aja, yang penting aku senang semua senankkk inget senank pake k" kataku sambil mengacungkan telunjukku.

"hahaha ya deh gimana kamu aja, kita makan di vantara aja yuk?"

"capcus boss!" kataku sambil memberikan hormat.

Selama diperjalanan menuju vantara, aku dan evan tidak banyak bicara. Kami berkutat dengan pikiran masing-masing mungkin.

I Wanna Grow Old With You.Where stories live. Discover now