2. Menciptakan Kamu dalam Hayalku

103 9 2
                                    

Barang pemberian adalah sebuah tabungan akan kenangan. Saat ia yang memberikan tak lagi dapat disisi, pemberian akan senantiasa mengantikan posisinya dihati. Setiap kali kau memberikan sebuah benda padaku, kadang aku berfikir apa jadinya dengan benda itu saat kita tak lagi bisa bersama. Saat kau tak lagi menyapaku dalam kesedirian. Saat kau, bukan lagi menjadi tempat segala resah yang kutuangkan. Kadang aku sering membayangkan hal-hal semacam itu. Tidak penting memang, namun entah mengapa aku melakukannya. Barangkali aku terlalu takut kehilanganmu, itulah sebabnya aku selalu menciptakan kamu dalam hayalku.

Mungkin untuk saat ini bahagia masih menghiasi ku saat menatap benda pemberianmu. Memeluknya erat pada malam saat dingin mulai mengusik tubuhku. Menatapnya saat aku merindukan wajah seseorang yang kusayang. Iya, saat aku merindukan kamu, entah mengapa segala hal yang berkaitan denganmu seolah bisa menyembuhkan rinduku. Aku sering tersenyum sendiri. Mengatakan kepadanya tentang hal-hal yang tak bisa kukatakan padamu. Ia sudah seperti sosok penggantimu. Ia adalah benda pemberianmu.

Katamu, boneka itu bisa melepaskan rindu. Dapat kupeluk sebagai pengganti tubuhmu. Boneka dengan aroma yang sama sepertimu. Kamu memang pintar. Seolah dapat menghipnotisku untuk percaya akan katamu. Mempercayai bahwa boneka itu memang benar dapat melepaskan rindu. Mepercayai bahwa memeluknya akan terasa layaknya aku memelukmu.

Entah aku yang bodoh atau kamu yang pintar. Apakah cinta memang seperti itu? Dapat membuat sesorang tiba-tiba menjadi pintar atau tiba-tiba menjadi bodoh. Katamu, itu akan membuatku semakin mencintaimu. Semakin menghilangkan banyak rindu saat temu sedang tak bersahabat dengan kita. Menghilangkan sedihku saat bahumu tak dapat menguatkanku. Katamu ia akan menjadi sahabat baruku. Namun nyatanya kamu berbohong.

Kini, saat aku memeluknya semua terasa menyakitkan. Saat aku menatapnya aku merasa ingin menamparnya. Membuang jauh-jauh dari hadapanku. Sekarang aku mulai bimbang harus bagaimana. Apa yang harus kulakukan. Kini kamu sudah menjauh, meninggalkan perasaanku yang masih utuh dan meninggalkan sosokmu yang terlanjur melekat pada boneka pemberianmu.

Kamu bohong, katamu ia tak akan membuatku menangis. Katamu ia akan menjadi sahabatku saat aku bersedih. Katamu dia dapat menghilangkan rindu ku padamu. Namun nyatanya, kini saat aku melihatnya ia malah membuat tangisanku semakin keras, aku juga semakin merindukanmu. Dan yang kutakutkan akhirnya terjadi juga. Kamu pergi, dan hal-hal yang sebelumnya terasa indah, kini membuat sesak dadaku.

Bodohnya aku yang telah menciptakan sosokmu pada benda yang kau berikan. Kini, sakit yang kurasakan seolah berlipat ganda.

Menghapus LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang