Bagian 1

2.6K 99 3
                                    

DISCLAIMER

Naruto © Masashi Kishimoto
STORY © Hatarakimono



Happy reading

••••••••
••••••
••••
•••
••

.
.
.
.
.

Aku terbangun di sebuah kasur empuk dengan jendela yang terbuka, angin sepoi-sepoi meniup rambut merah mudaku, ku tatap jendela yang terbuka lebar serta gorden putih transparan yang bergoyang-goyang lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun di sebuah kasur empuk dengan jendela yang terbuka, angin sepoi-sepoi meniup rambut merah mudaku, ku tatap jendela yang terbuka lebar serta gorden putih transparan yang bergoyang-goyang lembut. Bunga tulip putih ikut bergoyang di meja dekat jendela itu terpasang.

Tampak langit sore hari,orange bercampur biru tua, suasana di tengah terang dan gelap.

Aku sampai lupa seberapa lama aku tertidur ditempat yang belum aku ketahui ini di mana, tidak ada yang menemaniku disini, hanya aku sendiri terbangun lalu terduduk termengun dalam sepi, nyawaku belum terkumpul sempurna sepertinya, bukan karena aku hilang ingatan yang membuat bengong seperti ini, bukan karena aku lupa akan tempat macam apa yang aku tempati kali ini, tentu tidak, aku hanya sedang mencerna baik-baik keadaan yang sedang aku alami, belum lagi nyeri dibeberapa bagian di tubuhku,aku ingat nama ku, nama ku Haruno Sakura, umur 17 tahun, tinggal di kota Konoha, dan kenapa aku disini.... hm...... aku.... ah... aku tak ingat.

Aku melihat sekeliling serba putih,dan di penuhi alat medis, oh..... aku dirumah sakit, tentu saja aku di rumah sakit, aku takan lupa suasana rumah sakit, karena beberapa kali aku kesini, menemui bibi Tsunade.

Aku kembali termengun seperti ada sesuatu yang terlupakan,aku kembali berusaha mengingat-ingat, aku meraba jidatku yang di perban,

Ngingggg terasa menyakitkan namun seketika aku ingat sekilas tentang beberapa orang yang sering menghabiskan waktu bersamaku, teman-temanku, ah bukan, sahabat-sahabatku. Bagaimana keadaan mereka ya, aku hanya ingat bahwa mereka sama terluka sepertiku, tapi aku masih sedikit ingat apa yang telah kami alami.

Aku harus memastikannya.

.

.

Gadis itu yang kita ketahui namanya Haruno Sakura, kita bisa panggil dia Sakura. Sakura turun dari kasur yang ia tiduri, ia menyibak selimut yang menutupi kaki hingga perutnya, lalu kaki jenjangnya yang pucat menyentuh dinginnya ubin rumah sakit, ia berjalan pergi meninggalkan ruangan itu, sendirian.
.
.
.
.
Lorong ini sangat sepi tidak ada orang sama sekali yang kutemui, aku tau memang ini sudah gelap, tapi kan belum segelap itu, seharusnya masih ada penjaga yang berlalu lalang untuk memastikan para pasien, tapi kemana perginya para suster dan pegawai rumah sakit ini.

Ku periksa tiap kamar yang ku lalui, berharap mereka ada disana,namun nihil, setiap kamar, setiap bilik, setiap perjalanan, aku tak menemukan siapapun.

Semakin gelap dan semakin gelap ku telusuri lorong yang seperti tak ada habisnya ini. Tidak ada manusia, harusnya aku takut, namun perasaanku seperti melayang sekarang yang ada di dalam pikiranku hanya bagaimana keadaan teman-teman ku sekarang.

Sudah hampir satu jam jika ku hitung saat aku menelusuri kamar demi kamar, namun tak ada apapun, ada apa dengan rumah sakit ini, rumah sakit ini serasa rumah sakit yang telah mati, ku perhatikan lagi kesekeliling, rumah sakit ini memang benar-benar terlihat mati, namun tidak terlalu mati, maksudku tidak terlalu menandakan bahwa ini adalah gedung yang tidak terpakai lagi, karena disini tidak terlalu gelap, cahaya dari lampu lampu juga tidak terlalu terang, hanya redup.

Ataukah hanya aku manusia yang berada di sini, siapa yang membawaku kesini dan kenapa mereka membawaku ke tempat yang seperti ini, lalu kemana pergi nya ibu dan ayah, atau kerabat-kerabatku, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala ku, tapi siapa yang bisa menjawabnya, ahh aku tak tau.

Lebih baik ku cari jalan keluar dari tempat ini, siapa tau disana aku dapat menemukan jawabannya. Aku akan turun ke lantai 1, lalu ku cari lobi dan aku akan keluar, ya benar begitu,rencanaku sudah matang,aku ingin keluar, dan pulang, aku tak mau menjadi pemeran utama seperti di film film horor yang sering aku dan Ino tonton, hidup mereka sangatlah rumit.
.
.
.
.
.

Setelah perjalanan panjang,mencari pintu keluar rumah sakit, tangga tangga yang berkembang biak, lantai demi lantai yang sepi, serta wangi obat obatan yang berbau memualkan, kini aku sudah berada di luar rumah
sakit itu.

Ku tatap suasana di luar sini, Seperti kota-kota biasa, ada beberapa pertokoan dan gedung-gedung yang menjulang tinggi, tapi aku tak tau ini ada dimana, kota ini belum pernah aku kunjungi sebelumnya, dan yang pastinya tidak dekat dengan tempatku tinggal, aku bingung harus kemana, tapi daripada hanya berdiam diri terlontang lantung disini, lebih baik aku jalan siapa tau nanti dapat petunjuk, maksudku, petunjuk jalan.

Baru saja aku ingin pergi, di sebrang pas sekali di depan halte bus aku melihatnya berdiri, orang yang amat ku kenal, Ia tampak baik baik
saja, rambut panjangnya yang berwarna pirang tertiup angin malam, rambutnya yang biasa di kuncir kuda itu tergerai begitu saja, hampir menyentuh lututnya, dress putih selutut di balut dengan gardigan warna ungu. Seperti biasa, dia selalu terlihat cantik, kurasa dia menyadari keberadaanku karena dia tersenyum kepadaku, Mata aquanya memandangku lurus, sayu, atau mungkin lebih tepatnya teduh.

Aku merasa kini aku tak sendirian lagi disini, ia sahabatku Yamanaka Ino, seingatku ia juga tidak sadarkan diri sama sepertiku, bukannya aku ingin dia berkeadaan sama seperti ku, aku malah bersyukur dia terlihat baik-baik saja tanpa luka di kulit eksotisnya.

Mungkin aku saja yang terlalu lama tertidur di rumah sakit, sehingga tidak tau kalau mereka sudah keluar dari rumah sakit ini, apakah sebegitu parah keadaanku.

Aku mendekati Ino, iya masih tersenyum kepadaku, aku jadi merasa dia lama-lama mirip salah satu sahabatku.

"Ino.......... ,ah syukurlah kamu disini,aku bingung sekali harus kemana,bagaimana keadaanmu?," ku lihat dia menggeleng lalu mengangguk.

Ino aneh, mungkin dia masih lemas untuk menjawab pikirku, Tapi aku bersyukur setidaknya Ia tidak apa-apa. Dia tidak bicara dan hanya tersenyum lagi, dan menggapai lenganku dan menggenggamnya, Sepermenit kemudian Ino menuntunku entah
kemana kami akan pergi.

Bersambung...........

Haki balik lagi hohohoho.Tetap bersama Haki,Jangan lupa vote and komen minna.

KOMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang