Dititik ini, tubuhmu dan tubuhku sudah tak lagi saling menghadap. Kamu menuju dia, sedangkan aku menuju entah kemana. Yang ku tahu, kamu yakin sekali dengan langkahmu. Sedangkan aku. Aku sesekali masih menoleh kebelakang, berharap kamu berbalik arah berlari menujuku.
Entah sampai sejauh mana kamu akan melangkah mencarinya. Kamu bahkan tidak tahu dia berada dibumi belahan mana. Hatimu, serupa kompas rusak. Berputar mencari pusat duniamu. Padahal, kamu tidak tahu. Dia tidak hilang, dia bukan lenyap. Dia hanya bersembunyi. Sengaja membiarkanmu menemui keputusasaan. Menikmati dahagamu yang semakin menjadi. Sekaratmu adalah kesembuhan bagi dirinya.
Sampai akhirnya kamu akan berhalusinasi. Tentang cintamu yang dia sambut dengan lapang. Kamu akan terjebak fatamorgana. Melayang di angan kosong yang kamu cipta sendiri, yang kamu lakoni sendiri. Lalu kamu akan musnah. Hilang di putaran waktu menemukannya.
Saat itu, aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Menikmati adegan balada hatimu yang remuk, dan hatiku yang hancur. Menjadi penonton atas kesakitanmu bukanlah hiburan bagiku. Justru, aku ikut terluka. Membiarkanmu terjebak dalam perbudakan perasaan yang dia buat. Sungguh, aku ingin memerdekakanmu.
Namun aku, tetaplah satu dari jutaan hal yang tak penting bagimu. Satu dari ribuan pintu yang tak kau lintasi. Satu dari ratusan rindu yang tak kau atasi. Dan satu dari puluhan hati yang tak kau lunasi. Kesanggupanku bukanlah menjanjikanmu bahagia. Namun, menjanjikanmu hati, yang tak akan pernah melukaimu, menyiakanmu, selamanya.
Jadi, kembalilah. Berbalik arah bukanlah sebuah kekeliruan, jika kamu tahu arti mencintai orang yang mencintaimu.
Dengan sangat tidak terhormat
Malaqai
KAMU SEDANG MEMBACA
INI TIDAK PENTING
Poesia[JANGAN BACA: INI TIDAK PENTING!!!] #2 in sastra 4/8/18 #2 in aksara 4/8/18 #99 in poetry 4/8/18 #25 in sastra #81 in prosa Buku Ini Tidak Penting akan dibagi menjadi tiga bagian. Dimana...