#13, Unpredictable

502 70 8
                                    





y/n.

Rambut hitam terurai dengan hairclip mutiara menjepit anak rambutnya ke samping.

Riasan yang simple membuatnya terlihat sangat natural.

Square pattern dress berwarna baby blue selutut dan sepatu kets putih.

Can-

"Hey! Kenapa melamun, aku cantik ya?" Tanyanya tiba-tiba menyadarkanku.

"Iya kamu cantik." lirihku.

Ia menoleh kearahku, "What?! Kamu bilang apa?"

"Kutarik kata-kataku."







Selama perjalanan menuju kampus hanya ada radio yang menyala, tidak ada yang memulai untuk membuka percakapan.
Aku pada dasarnya memang seorang yang sulit mencari topik perbincangan, lagipula tidak ada yang ingin aku bicarakan.

Tapi rasanya pagi ini y/n terlihat berbeda, ia bernyanyi pelan mengikuti alunan musik sembari memperhatikan jalanan. Mungkin moodnya sedang bagus.

"Bay the way, kenapa kamu mengajak pergi ke kampus bersama?" Tanyanya membuka percakapan.

Dia menatapku, menunggu jawaban. "Nggak boleh?" aku balik bertanya.

"... Ucapan terimakasih untuk perbaikan komputerku, habisnya kamu gak mau dibayar." Jelasku.

"Kalau begitu jemput aku setiap hari selama sebulan!" Sekilas senyuman terbit di wajahnya.

Aku menyesal mengatakannya.

Dia masih menatapku, aku risih tapi pura-pura tidak tau. "Apakah kamu masih memikirkan Soovin?"

Aku tidak menyahut, bingung harus menjawab apa. Aku sangat kecewa tetapi aku sangat khawatir bagaimana keadaannya sekarang.

"Atau kamu sedang memikirkan kenapa Sehun tidak ingin dijenguk?" Tanya y/n lagi.

Aku meliriknya sebentar, "Apakah kamu adalah seorang cenayang?"

"Atau kamu punya kartu tarot yang bisa meramal masa depan?" Balasku.

"Leluconmu tidak lucu."

"Kata siapa aku bercanda?"

"Memangnya kamu bisa serius?"

Ah sial, dia selalu saja bisa membalikan pertanyaan.

"Kali ini aku serius, kenapa kamu bisa tau Sehun tidak ingin dijenguk?"

"Anggap saja aku cenayang atau punya kartu tarot yang bisa meramal masa depan seperti katamu." Dia memalingkan wajah berhenti menatapku dan cekikikan kecil.

Sulit sekali berbicara dengannya, huft.

"Tidak ada yang lucu, jangan tertawa."

"Ekspresimu,"

"Kenapa dengan ekspresiku?"

"Lucu."

Mendadak aku salah tingkah, pipiku tidak merah kan? Ah ini sangat memalukan.










Setelah sampai, y/n keluar dari mobilku kemudian berkata, "Jika kamu ingin tau apa yang terjadi sebenarnya temui aku setelah selesai jam terakhir."

Tuh benar kan, dia benar-benar bisa membaca pikiranku!

"Tidak bisa, aku ada kepentingan lain."

"Kalau begitu kamu tidak akan pernah tau apa yang telah terjadi." Katanya ketus sambil berjalan mendahuluiku.

"Kamu mengancamku?"

Ia berbalik, "Apa itu terdengar seperti ancaman bagimu? Baiklah aku mengancammu." Lagi dan lagi senyum penuh kemenangan tercetak diwajahnya.

Dia benar-benar tidak bisa ditebak ya? baru beberapa menit bersamanya saja sudah membuatku naik pitam.

Mungkin aku cuma perlu membiasakan diri. Mungkin?

Psychopath InstinctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang