9. LDR

1.8K 106 9
                                    

Bersama untuk berpisah? Rasanya sulit dibayangkan. Tetapi ya itulah, sehari setelah Chandra mengungkapkan perasaannya, hari ini ia harus berangkat ke Kalimantan. Tugas negara tidak dapat diganggu gugat.

08.00 WIB
Aku sudah berada di tempat pemberangkatan Chandra dan tentara lainnya yang kebagian tugas di Kalimantan. Banyak sekali ibu-ibu jalasenantri yang mengantar keberangkatan sang suami, tak sedikit pula para kekasih. Aku menahan tangis tentunya, hanya rasa takut sih yang lebih mendominasi.

Kulihat banyak anak anak mereka yang menangis, ada yang hamil tua juga. Astaga, rasanya jahat sekali kalau masyarakat masih mempermasalahkan bagaimana kinerja Abdi Negara. Mereka rela meninggalkan keluarga, anak dan istri demi keutuhan NKRI. Mereka rela menomer sekiankan keluarga dibawah Negara. Mereka rela gugur demi negara, masih tega kah kalian mengolok olok kinerja mereka? Masih samggupkan kalian menyalahkan aparat yang kata kalian tak bejus menjaga negara?

Selalu seperti ini, bukan hanya ketika Chandra yang berangkat tugas. Saat ayah berangkat tugaspun aku selalu menangis. Membayangkan kemungkinan kemungkinan buruk yang akan terjadi di sana. Tertembak atau menembak.

"Jadi kita LDR?" Ucapku sembari menahan air mata.

"Dengerin, kita cuma berpisah karena jarak aja. Kita masih di satu langit yang sama. Jadi, buat jarak itu seperti langit, dia luas tapi tetap satu kesatuan."

Tapi langit juga akan mendung

"Kita masih bisa telfon kan sayang. Aku inget kamu pernah bilang, 'masih ada teknologi, kayak hidup di zaman batu aja'."

Tapi aku tau, sinyal dan tugasmu akan membuatmu susah mengabariku

"Jaga diri bang, jangan sampe Arin denger kabar kalau kamu sakit."

"Enggak akan"

"Disini aja bilang enggak, aku tau kamu. Kamu gak akan berhenti kalau tulang-tulangmu itu belum patah atau nafasmu belum habis."

Chandra membelai kepala ku yang terlapisi kerudung, "i'am sure."

"Jangan godain cewek, aku gak mau I Leave My Heart in Lebanon bakal jadi I Leave My Heart in Kalimantan."

Chandra tertawa dan mengangkat tasnya, "aku pamit, tunggu abang pulang. 10 bulan gak lama kok."

"Hati - hati, will be miss you."

Chandra mengangguk dan melangkah untuk bergabung dengan yang lainnya. Hari ini, hubungan kami di uji oleh jarak. Hari ini, kepercayaan dan kesetiaan kami dipertaruhkan.

Kata orang, relationship tanpa ujian itu bagai masakan tanpa garam, hambar. Dan apakah kami bisa menyelesaikan masalah demi masalah yang terjadi? Terbatasnya jarak dan waktu, akan membuat hubungan ini susah.

Kata temanku, aku sangat pandai menyembunyikan perasaanku. Ketika di depan orang, i am fine and i feel good. Tapi oi ketika aku sendiri, menangis? Diam? Terkadang sudah menjadi kebiasaanku. Entahlah, aku bukan orang yang bisa cerita ke orang lain mengenai masalah pribadiku. Kecuali aku memang benar benar akrab dan percaya dengannya.

Mbak Dina
Are you okay?

Satu pesan masuk dari Mbak Dina, iya memang Mbak Dina tau segalanya. Jadwal keberangkatan Chndra dan drama bersama untuk berpisahpun ia tau. Ia kakak able banget. Tetapi juga kadang manja banget.

I am bad right now. But i will be okey.

Yah, untuk saat ini memang pasti merasa kehilangan. Tetapi seiring berjalannya waktu, aku yakin jarak bukan penghalang hubungan kami. Alhamdulillah juga, hubunganku dengan ibu Chandra juga masih baik. Ibu masih sering bercerita tentang Chandra dan ia juga memberikan perhatiannya selayaknya aku putrinya.

Aku membuka instagramku dan melihat insta story dari teman temanku. Ku putuskan untuk membuat instastory juga. Gantungan kunci dari Chandra menjadi background instastoryku dengan caption "The Distance ✈️✈️ Will be Miss You"

Banyak teman temanku yang menDM aku tentang LDR. Tentang sisi positiv dan negatifnya sebuah hubungan LDR. Tak jarang yang mulai menyudutkan hubungan LDR.

Beb, pacarnya anggota? LDR nih ceritanya?
Gakpapa, gak susah kok beneran. Cuma agak sedikit menyayat aja. Apalagi sama anggota, beuh kabar mana kabar. Wkwkkw

Duh berani LDR sekarang, gak pernah cerita masalah cowok tau taunya udah LDR aja

Hati hati loh sama Long Distance RelashionShit

Bebeb Rinrin LDR? Wah kemajuan. Wkkwkw

Dan begitu lah beberapa pesan yang memenuhi instagramku. Bisa apa? Hanya tertawa, tersenyum, dan mencoba untuk menjalankannya. Kata mama 'LDR gak susah kok, apalagi bukan pasangan hidup, pasti masih bisa ngecontrol. Intinya percaya.'

Lah kalau aku percaya yang sono gak percaya? Kan ya sama aja kek ngegapai angin. Tak berujung.

Katanya, LDR itu menimbun kebohongan satu demi satu. Yang bohong 'aku baik baik saja' hingga 'aku gak kemana mana kok dari tadi sama si ini aja' percaya? Dibuat percaya aja, kalau enggak percaya nanti dibilang 'kunci LDR itu kepercayaan, kamu gak percaya sama aku?' Etdah, biarin seperti air mengalir aja, kalau jujur ya Alhamdulillah kalau enggak ya Alhamdulillah juga.

***

Seharian penuh tak mendapatkan kabar dari dia itu gak terlalu panik sih. Karena ya memang seperti itu dia. Tuntutan pekerjaan pastinya, dan terhalang oleh sinyal. Alhamdulillah aku juga paham dengan kondisi dia, karena pengalaman di tinggalin ayah terus sih.

Saat aku membolak balikkan buku kuliahku, satu pesan masuk di ponselku. Mbak Dina, iya dia mengirimkan pesan kepadaku. Aku kira tadi Chandra loh yang mengirim WA eh taunya mbak Dina.

Mbak Dina
Baru beberapa hari, jangan galau loh dek.

Saat itu juga aku ingin ketawa tapi ini sudah malam. Jadi kuurungkan biat untuk tertawaku dan membalas pesan darinya.

Anjir, ngakak. Aku enggak se mellow itu. Hidup bukan drama bukan?

Apane, hidupmu penuh drama. Sekalinya pacaran eh malah langsung ditinggalin. Butuh kantong deh buat mengkasihani dikau.

Kampret. Golok mana golok.
Kok ngeselin ya mbak? Belum pernah di golok sama orang buta yaa?

Buta kerinduan?

Saat ku hendak membalas pesan sialan dari Mbak Dina. Satu pesan lain masuk di ponselku. Dari namanya sangat menarik perhatianku untuk segera membukanya.

BangChan
I got a signal, my tiang listrik 😛
Good night ya. Jaga diri

Astagaa tentara kurang aja. Bisa bisa ya ngatain aku tiang listrik. Awas aja ya kalau ketemu.

Eh bapak tentara ganteng. Baik baik kan? 😡
Cepet pulang deh biar bisa ngelempar dikau ke laut.

Wee ibu negara ngambek.
Bye bye my tiang listrik, mau apel dulu. Ntar kalau ada signal yang nyangkut tak telfon.

Sumpah ya, cuma dia yang suka ngeselin tapi ngangenin. Duh kok jadi rindu my kutu kupret Chandra ya?

Rindu hadir selalu tak tau waktu, bahkan rindu hadir selalu kurang ajar. Seolah olah dia seperti angin yang bisa berhembus kapan aja. Heii, ini hati bukan baja. Baja aja bisa lapuk lah ini, yang bisa galau kapan aja.

Seperti kata Dilan, Rindu itu berat. Rindu yang tak tersampaikan jauh lebih berat. We can say 'I Miss You' but, we can't meet. Andaikan kata 'I Miss You' bisa membuat dia datang dengan sendirinya, hmmmm.

Far ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang