Hanya mau bilang kalau aku bahagia sekarang. Sungguh, seperti tidak bisa dipercaya kalau dia benar - benar sudah berada di satu tempat denganku.
Seperti saat ini, dia sudah ada di ruang tamu rumahku dengan balutan hoodie biru dan celana jeans hitam. Tampan, itu yang terlintas.
"Sudah? Ayo," ucapnya setelah melihat ku hanya berdiri di ambang pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah.
Setelah berpamitan, aku dan Chandra segera pergi untuk mencari tempat buka puasa bersama. Diperjalanan tak banyak yang dibicarakan, karena Chandra adalah orang yang gak mau ngobrol di jalan, kecuali memang hal penting.
Aku tersenyum di balik punggungnya, masih tak menyangka kalau dia benar - benar sudah kembali. Memang benar, setiap air mata akan kembali mengering dan berubah menjadi senyum. Aku percaya, kalau masalah itu ada untuk mendewasakan diri.
"Mau dimana?" tanyanya di saat motor maticnya tengah berhenti karena traffic light berwarna merah.
"Biasanya aja lah Bang, tapi kayaknya penuh banget deh," jawabku, yah memang tempat makan pasti penuh dengan orang - orang yang mengadakan buka bersama.
"Boleh, di lihat dulu aja, kalau gak gitu ya palingan mentok mentok sunrise Yang."
"Okelah."
Motor dia melaju dengan tenang. Aku hanya bisa melihatnya dari spion motor. Tak ada yang memulai percakapan, kami hanya diam di atas motor ini.
Hingga motor Chandra berhenti di depan pintu masuk sebuah tempat makan yang sudah terlihat mulai penuh itu. Ia menoleh ke arah ku, "Jadi di sini? Masih ada sih, tapi masih setengah jam lagi," ucapnya.
"Gak papa Bang, setengah jamnya kita itu udah kek semenit. Gak kangen apa cerita cerita berdua?"
Kulihat senyumnya dan ia menggangguk. Rasanya sudah lama sekali kami berdua enggak ngobrol face to face.
Setelah memarkirkan kendaraannya, aku dan Chandra masuk untuk mencari tempat kosong. Tepat di ujung, masih ada satu bilik yang kosong. Terlihat banyak sekali remaja melakukan buka puasa bersama di sini, tak hanya itu, pasangan muda maupun keluarga besar juga ada di sini. Memang benar, moment seperti ini itu waktunya kumpul.
"Lama gak kesini ya Yang?" ucapnya setelah duduk.
"Lama lah, orang situ berkelana mulu. Udah berasa gak tau jalan pulang aja," ucapku, sedikit menyindirnya. Ku lihat keterkejutannya dari ekspresi yang dia tampilkan.
Dia menggeleng pelan dan menarik hidungku pelan. Please ya pak ini tempat umum, bisa bisanya gitu, dasar bunglon.
"Ngambek nih ceritanya?" tanyanya.
"Enggak lah, gak guna juga kan ngambek, ujung - ujungnya sama. Dan lagi - lagi, aku hanya bisa percaya," jawabku.
Bohong kalau aku gak merasa lelah harus LDR setiap saat, bohong kalau aku gak pernah nangis tiap malam, lebih bohong lagi kalau aku gak curiga sama dia. Perasaan seperti itu selalu muncul setiap saat tanpa ada yang mengomando.
Jujur aku lelah dengan hubungan seperti ini, berasa jalan di tempat. Apalagi dengan sifat egois dari dalam dirinya, sifat gak mau ngalahnya, emosiannya. Tapi, jahat kalau aku hanya melihat sisi buruknya saja, sedangkan sisi baik dari dalam dirinya itu sangat sangat banyak.
Tapi kembali lagi, aku hanya manusia biasa yang punya rasa lelah, yang punya rasa gak mau ngalah juga. Tapi untuk saat ini, memikirkan lepas dari dia itu sangat - sangat menyakitkan, intinya aku gak mau ada apa - apa sama hubungan ini.
"Tumben banget sih bahas hal kayak ginian? Hmmm?" tanyanya yang aku jawab dengan gelengan kepala.
Dia menghembuskan nafasnya, menatapku dalam. Sudah pernah ku bilang kan kalau aku gak suka ditatap dia? Takut khilaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far ?
Teen Fiction[END] "Aku tidak dapat menjanjikan untuk terus bersamamu. Tetapi aku akan selalu berusaha pulang. Dan kamulah alasannya" Mencintai Abdi negara bukan perkara yang mudah. Butuh extra kesabaran dan kepercayaan. Mencintai Abdi Negara adalah suatu kebang...