22. 30 Menit

1.4K 91 4
                                    

Rasa sayang itu semakin bertambah seiring berjalannya waktu, rasa sayang itu semakin bertambah seiring intensitas bertemu. Waktu memang merubah semuanya, waktu memang memberikan banyak hal, dan karena waktu juga kita bisa belajar untuk saling memahami akan arti sebuah hubungan.

Pasangan itu bukan tentang seberapa banyak mengucapkan kalimat I Love You, atau yang setiap hari bertemu atau bahkan yang setiap hari berdebat akan hal - hal kecil. Bukan, pasangan itu yang mengerti bagaimana kondisi pasangannya, tidak memaksakan untuk selalu dimengerti, tetapi harus saling mengerti satu sama lain.

Yah, seperti saat ini, harusnya dia menjemputku untuk pulang ke Mojokerto, tetapi dia mendapatkan jatah jaga secara mendadak. Tidak bisa mengelak, karena itu sudah bagian dari tugasnya sebagai abdi negara.

Pengen marah tapi bagaimana lagi? Harus mengerti dia juga kalau mau dimengerti.

"Maafin ya? Di kosan masih ada temennya kan? Besok turun jaga aku langsung jemput kamu," ucapnya di sambungan telfon.

"Besok turun jam berapa?"

"Aku usahain pagi udah jemput kamu, jam 8 an lah, ya Yang? Jangan ngambek loh," ucapnya.

"Kalau aku pulang dulu aja gimana?" tanyaku. Di kosan sampe besok itu bukan pilihan yang bagus. Harus ngapain di sini? Yah memang semuanya masih di sini sih, tapi tetep aja rasanya itu beda sama di rumah.

"Jangan Yang, besok aja sekalian, lagian gak sore kan pulangnya aku. Sekarang juga mau naik apa? Bis? Enggak deh Yang, mending tunggu aku aja, gak usah nolak," jawabnya panjang lebar.

Anak ini cerewetnya kambuh deh. Ini itu gak boleh, padahal yah  naik bis itu udah jadi makanan sehari - hari, dianya aja yang gak tau, kan jauh.

"Rin, dengerin aku gak sih?" tanyanya saat aku hanya diam tak membalas satupun atas ucapannya yang terlontar tadi.

"Enggeh pak, saya manut. (Iya pak, saya nurut)," jawabku. Menolak pun sama aja, dia pasti maksa dan ujung - ujungnya juga pasti besok ngejemput juga. Egois kalau aku mematikan perhatiannya.

Seharian ini aku enggak ngapa - ngapain, bulan puasa kayak gini bikin orang malas. Aku, Okta dan Mbak Wulan hanya bergelut dengan ponsel masing-masing. Yang satu telfonan, yang satunya entahlah chating sama yang mana, lah aku? Wattpad adalah andalanku. Sesekali ku buka instagram hanya untuk cuci mata.

Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 tetapi cacing - cacing di perut ini meminta untuk diisi dengan cepat. Dengan rasa setengah malas, aku dan mbak Wulan mencari cemilan sekalian menu makan untuk sahur besok.

"Dijemput jam berapa besok Rin?" tanya mbak Wulan.

"Pagi kek nya, kan yang nebeng harus siap jam berapa aja, hehehe," jawabku dengan asal. Gimana enggak asal, orang dia aja gak ngasih kejelasan mau jemput jam berapa.

***

Seusai makan sahur, dengan berat hati aku harus merelakan mataku untuk tidak terlelap. Tadi dia sudah ngabarin kalau mau jemput sekitaran jam 7. Jadi ya mau gak mau aku harus menunda waktu tidurku, walaupun aku gak tau, bisa tahan enggak tidur atau malah ketiduran.

Aku membuka instagram, wattpad, youtube untuk menahan ngantuk yang sudah mulau memasuki mataku. Jam rasanya lama sekali sampai di angka 7, ini mata sudah benar - bebar mengantuk, sungguh.

Sayup sayup mataku mulai terbuka perlahan. Kubuka ponselku dan Wow. Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 dan terdapat 12 panggilan masuk serta puluhan spam chat. Tanpa ku buka pun aku tau siapa yang menerorku pagi - pagi begini.

Dengan cepat aku segera mencuci wajah dan mengambil asal tas ku. Untung semalam sudah aku prepare barang apa aja yang mau aku bawa pulanh. Ku lihat Okta sudah mulai terbangun juga.

Far ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang