10. Rindu

1.6K 105 7
                                    

Sudah satu minggu Chandra berada di pulau perbatasan. Menjaga perdamaian negara katanya. Ya okelah, bebas dia mau ngomong apa aja. Kalau bertanya tentang kabar? Masih kok dia masih ngabarin cuma ya gitu, kadang enggak tau waktu kalau ngabarin. Jadinya ya sama aja, pas aku bales dianya udah offline. Resiko sih ya.

Kalau kata dia, cari signal di sini udah kek cari jodoh, butuh perjuangan. Aku tau, orang di sana jauh dari penduduk. Ya palingan ada satu atau dua lah, selebihnya ketemunya ya sama orang itu itu aja.

Seneng kalau dia nelfonnya di waktu yang tepat, duh kalau enggak itu udah rasanya bener bener mau nerjunin dia ke laut. Tapi ya gimana lagi? Negara kan tetap yang utama.

"Assalamualaikum," jawabku ketika sambungan telfon itu sudah aku angkat.

"Waalaikumsalam my tiang listrik."

Duh ini anak masih aja ya, udah jauh ngeselinnya enggak ilang ilang.

"Kampret, apa kabar bang?"

Aku enggak tau gimana ekspresi dia, karena dia hanya melakukan panggilan suara.

"Alhamdulillah baik, kamu gimana?"

"Alhamdulillah juga, kangen bang."

"Buka videonya deh."

Ehh, aku segera melihat layar ponselku dan ya, dia mengubah panggilan suara menjadi panggilan video. Saat itu juga senyumku mengembang. Wajahnya enggak berubah, hanya saja lebih gelap dari sebelumnya.

"Kok rindu yaa," ucapku.

Senyumnya god, fix dia semakin membuatku rindu akan senyumnya itu. Jadi pengen nampol dia deh.

"Lagi ngapain?"

"Enggak ngapa ngapain sih, tadi cuma baca wattpad aja."

"Duh anak wattpad."

"Ish, biarin lah abisnya kam-."

"Tunggu ya, jangan dimatiin ada senior aku."

Udah jam istirahat masih aja ada tugas. Aku hanya bisa lihat kegiatan dia dari ponsel ini. Berbincang dengan seniornya dan juga rekannya di situ. Muka lelahnya itu sama sekali tidak membuat tubuhnya lelah. Padahal aku tau banget, dia sudah sangat lelah hari ini.

Dia kembali dengan senyumnya. Astaga, bisa gak sih gak usah senyum. Ngeselin polllll.

"Bang, aku cemburu."

Terlihat ekspresi kaget dari dia. Jujur aku pengen ketawa tapi aku urungkan niatku.

"Cemburu sama siapa? Sama mereka - mereka ini?" ucapnya sembari mengarahkan kameranya ke arah rekan - rekannya. Terlihat headsheet yang menggantung di telinganya, sudah dapat dipastikan mereka pasti juga menghubungi keluarga atau kekasihnya.

"Iya sama mereka, mereka bisa lihat senyum kamu tiap hari. Cemburu sama negara juga. Ahh sudahlah. Hehehehe."

Chandra menepuk jidatnya. "Astaga bisa bisanya ya. Kok jadi pengen nyentil itu jidat ya. Tidur gih udah malem juga."

"Gak mau ah, ntar kamu tinggal jalan sama cewek lagi."

"Astagaa, mau cari cewek gimana orang view tiap hari cuma mereka mereka sama daun dan pepohonan yang menyilaukan mata."

Fix, kek nya dia nanggepin serius ucapanku deh. Oke kesalahan, maafin ya bang. Kulihat dia memijat pelipisnya, kan semakin bersalah jadinya. Becanda di waktu yang enggak tepat. Dia habis patroli jadi lelahnya bertambah eh ini malah becandanya begini, ya Tuhan.

"Eh eh eh, enggak bang, orang Arin cuma becanda, beneran deh," ucapku sembari mengacungkan dua jariku membentuk peace.

Chandra mengusap wajahnya, "dengerin ya, buat apa sih aku cari cewek lagi kalau di sana masih ada yang nungguin aku pulang? Buat apa aku beraniin ngomong sama ayah kalau ujung ujungnya aku cari pacar di sini? Enggak sayang."

Aku hanya terdiam mendengar ucapaannya. Sweet, tapi dia serius jadi jangan becanda lagi.
Melted ngak sih di omongin kayak gitu? Jelas iya lah.

"Oke sekarang kamu istirahat, udah jam 11 kan?"

Aku hanya mengangguk. "Jaga diri bang, Love you."

Chandra hanya ersenyum. "Love you too."

***

Hari demi hari sudah terlalui. Keberadaan dia di sana sudah cukup lama rasanya, padahal baru juga satu bulan loh kok rasanya sudah sangat lama kali ya?

Dia yang dulu tiap sabtu main ke rumah, dia yang mau aku ribetin buat bolak balik Malang ngambilin berkas dan pindahan. Dia yang hobby banget ngamuk kalau lagi penat. Dia yang suka banget sama ice cream rainbow power dari walls, ahh ku rindu dia.

"Bisa gak si dek kamu diem dulu, suntuk ini. File yang kemarin belum kelar, ini tambahin data lagi. Mana senior aku izin lagi." Chandra berucap dengan kesalnya.

Aku yang ada di sebelahnya mendadak diam. Kaget sih beneran kaget, ini pertama kalinya dia bicara se tegasitu. Biasanya kalau aku usilin palingan cuma diam terus natep tajam. Eh ini dia sampe sebegitunya.

"Okeokee, maaf," ucapku akhirnya. Aku hanya diam sembari memainkan ponselku, tanpa mengeluarkan kata apapun.

Aku tak memperdulikan apa yang dia lakukan sama sekaki, toh sepertinya dia juga tak peduli dengan diamku. Aku terus memainkan ponselku, semua aplikasi yang terinstal di hp ku hanya aku buka tutup buka tutup sampe bener bener bosen. Tapi ya gimana? Dianya bodo amat.

Kulirik dia menyimpan kertasnya, membuka hpnya sebentar dan menghadap ke arahku. Aku segera mengalihkan tatapanku ke arah ponsel lagi. Sudah fix bodo amat sama apa yang mau ia lakukan. Seharusnya yang kesal kan dia ya, eh ini malah aku. Ya sudah sih, gitu doang pakek ngebentak.

Chandra menepuk pundakku dua kali dan aku hanya menatapnya sekilas tapi langsung kembalj fokus ke ponselku. Merasa ku acuhkan, dia kembali menepuk hingga berkali - kali.

"Apaan sih bang?"

"Beuh, jutek banget." Aku hanya mengangkat bahuku acuh.

Chandra merenggut ponselku dan menaruhnya di saku PDLnya. Dengan kesal aku menatap dirinya.

"Maaf ya, jangan nganbek. Kerjaan lagi banyak, ini deadline dari komandan juga, besok harus sudah dilaporkan."

"Gak usah ngebentak bisa kan?"

"Maaf ya, green tea?"

Eh dia mau nyuap pakek green tea kayaknya. Pengen tapi lagi kesel, gimana dong?

"Green tea mix yougurt yuk."

"Nyogok nih?"

"Udah yuk."

Dia paling bisa ya. Cepet banget ngelunakin hati ini. Kok kelihatannya gampang banget ya, ahh bodo amat, kalau gak gitu kan gak dapat green tea yougurt, demi green tea mah ngambeknya tunda dulu.

Kenangan demi kenangan membuatku tersenyum dan kenangan itu membuat rindu ini semakin menggebu. Rasanya sekarang waktu tak ada bedanya, pagi jadi malam, malam jadi pagi itu sudah hal biasa. Itulah resikonya, menjadi kekasih abdi negara harus siap mental juga.

Baru pacar loh? Gimana kalau udah jadi istrinya? Ehh

Kenangan itu bagian dari history. Kenangan itu bagian dari proses. Menghapus kenangan sama saja menghapus proses. Kenangan itu di simpan sampai waktu yang tepat untuk hati kita.

Far ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang