*10

20 2 0
                                    

"Johan!"

Johan melempar basket nya asal, lalu berjalan ke arah seseorang yang memanggil nya.

"Ka Sam mana?"

"Lo manggil gw, cuma buat nanya Sam?"

Nay memutar bola matanya, "Haduh, bawel ya lo. Cepet kasih tau gw, dimana ka Sam."

"Lo pikir gw, gandengin dia terus apa? Emang sinting ya lo."

Sepertinya, Nay salah bertanya pada Johan. Percuma. Hanya buang waktu, tapi siapa lagi yang harus di tanya kalau bukan Johan.

"Jadi lo gatau?" Nay mencoba menurunkan nada suara nya, mengalah demi sebuah informasi.

"Tau sih, tapi .."

"Tapi apa? Jangan buat gw penasaran donk."

"Tadi nya mau kasih tau, tapi lo nya marah-marah gitu. Ga jadi kasih tau lah."

"Ih kok gitu sih lo."

"Lagian, lo ngapain ketemu sama Samuel. Udah tau dia punya Bianca. Centil banget lo."

"Gapapa kali, gw kan cuma kasih sesuatu doank. Rese banget sih lo."

Johan menggelengkan kepala nya, "Suka boleh Nay, tapi lo jangan ngerusak hubungan mereka. Perjuangan Samuel buat dapetin cewe nya itu susah."

"Iya-iya, paham kok."

"Tapi bentar deh, terakhir gw ketemu lo. Kata-kata lo masih sopan. Kok sekarang jadi gini?"

"Ya, gw emang gini. Lo lebih milih gw yang kemaren?"

"Terserah lo sih, gw pikir lo udah merasa deket sama gw jadi nya mulai menunjukkan sifat asli nya."

Nay mengangkat alis nya, "Idih. GR banget sih lo. Udahlah, males ngomong sama lo." Nay pergi begitu saja akhir nya.

Johan berjalan ke arah lapangan lagi, melanjutkan kegiatan nya tadi sebelum di ganggu Nay.

Akhirnya, Nay pergi ke perpustakaan. Sebenarnya tidak susah mencari Samuel, karena pasti nya ia berada di perpustakaan. Mengapa juga Nay harus susah bertanya dengan Johan.

Saat sampai perpustakaan, mata Nay langsung mendapati Samuel yang dengan berdiri di dekat rak buku.

Tak perlu berlama-lama, ia langsung menghampiri nya kakak kelas nya yang menurut nya sangat tampan itu.

"Hai ka." Sapa Nay.

"Hai juga." Samuel menengok ke arah Nay lalu berjalan ke arah meja yang berada tak jauh dari nya dan mulai duduk.

"Kaka sibuk ga?" Nay mengekori Samuel dari belakang.

"Ga kok, ada apa?"

"Emm, anu. Aku ga di suruh duduk gitu?"

Samuel tersenyum tipis, "Yaudah, duduk Nay."

"Nah gitu donk, kan jadi enak. Hehehe"

"Jadi, ada apa Nay?"

"Emang harus ada apa dulu ya, kalo mau ngomong?"

Senyum tipis kembali muncul di bibir Samuel, "Kamu ini ya, kalo ga ada apa-apa. Aku mau lanjut baca buku."

"Aku mau ngasih ini aja buat kaka." Nay menyodorkan sebuah kotak makan kecil berwarna biru tua.

"Ini apa?" Samuel menerima kotak itu, lalu melihat-lihat kotak itu.

"Itu.. brownies."

"Oooh, makasih."

"Kaka suka ga?"

"Kan belum coba, gimana bisa tau."

"Oh ya, lupa hehehe. Yaudah kaka cobain aja dulu. Aku mau balik ke kelas dulu ya ka." Nay bangkit dari duduk nya.

"Iya, ngomong-ngomong ini buatan kamu?" Tanya Samuel, sambil mengangkat kotak makan itu.

"Bukan, buatan mama. Aku bilang sama mama, buatin enak soal nya buat kakak kelas. Gitu kak, oh ya kotak makan nya pulang sekolah aku ambil ya." Nay langsung meninggalkan Samuel tanpa menunggu jawaban dari Samuel.

Bodoh nya Nay, kenapa juga dia harus memberi brownies, ketauan deh ga bisa bikin kue. Tapi gapapa lah ya, yang penting nanti pulang sekolah ketemu ka Samuel.

🤸🤸🤸

Bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tapi Bu Asri baru selesai menutup pelajaran nya. Padahal Nay ingin bertemu Samuel.

Baru ingin berbelok ke untuk menghampiri Samuel, tangan Nay di pegang oleh Johan.

"Mau kemana lo? Lupa sama tugas negara?"

Aduh. Si Lohan ini, kerjaan nya ganggu terus. Padahal bertemu Samuel jauh lebih penting.

Nay menghempas genggaman tangan Johan dari tangan nya, "Gw mau ketemu ka Sam, mau ambil kotak makan."

Johan mengangkat kotak makan berwarna biru yang sudah pasti milik Nay. Ralat, milik mama nya.

"Ga usah alesan ya, Nay. Ini kotak nya udah di gw." Johan menarik tangan Nay lagi, berjalan menuju parkiran.

Nay berjalan secepat mungkin untuk mengimbangi jalan nya Johan. "Emang ka Sam udah pulang ya?"

Karena merasa terlalu di perhatikan banyak orang, Johan melepas genggaman tangan nya itu. "Udah."

Nay menghembuskan nafas nya kasar, "Nyerah deh gw, doi dah ada yang punya. Ga berkah juga kalo ngerebut punya nya orang."

Sampai di parkiran, Johan dan Nay menuju mobil Johan, "Kita ke tempat kemaren lagi?"

"Emang itu tujuan gw, ajak lo bareng gw."

Sebenarnya tidak terpaksa juga untuk membantu Johan, toh itu semua untuk kebaikan mama nya. Walau terkadang, bertemu dengan Johan itu menyebalkan, tapi tidak apalah.

"Masuk, ngapain lo bengong."

"Eh iya-iya" Ucap Nay gelagapan.

"Mama udah mulai membaik, makasih ya. Padahal lo belum lama sama mama."

"Emang gw bener-bener mirip sama adik lo ya?"

Johan masih fokus menyetir, "Iya, sangat."

Suasana mulai hening, hanya suara radio yang terdengar di antara mereka.

Tiba-tiba, terdengar bunyi dering dari hp Nay. Ternyata itu sebuah panggilan dari Bang Ardo.

"Halo bang."

"Nay kan udah bilang, sekarang abang udah ga usah jemput Nay lagi."

"Abang galau lagi? Ih sa bodo deh ya, bye."

Nay langsung menutup panggilan itu.

"Dari abang lo?"

"Iya, galau lagi dia."

















Salam Vi ❣️


BerusahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang