"Ini gue yang pendek, atau rak buku nya yang ketinggian ya?" Masih mencoba untuk menggapai ditambah dengan mimik muka yang sudah aneh.
Johan yang sudah menunggu di meja di tempat yang sudah disediakan sekolah untuk murid yang ingin belajar di perpustakaan pun, akhirnya berdiri.
"Kelamaan lo, minta tolong dong. Minta tolong!" Sengaja dibagian akhir katanya di pertegas, karena memang. Naylissa ini merasa dirinya paling bisa sendiri, padahal nyatanya, mengambil buku aja gak mampu.
Johan akhirnya mengambil sebuah buku sosiologi yang memang diperlukan Naylissa untuk belajar, katanya.
Jangan berpikir jika Johan akan mengajari Naylissa, itu sangat tidak mungkin. Bisa-bisa mereka berdua bertengkar. Akibat, Johan yang tidak sabaran dan Naylissa yang tidak pahaman.
Naylissa langsung dengan cepat mengambil buku tersebut dan pergi ke tempat belajar perpustakaan.
Menarik napas sebentar, Johan mengikuti langkah Naylissa dari belakang. Dan mengambil tempat di depan Naylissa.
"Kalo udah di tolongin tuh, bilang 'terima kasih' gitu loh. Kayak gagu ya lo."
Dengan mata yang masih memandang ke buku, "B a w e l. Bawel, diem aja bisa kali mas nya, ini perpustakaan."
Johan sebenarnya malas di perpustakaan seperti ini, bosan. Hanya melihat buku-buku yang terpajang terlalu rapi, seakan-akan semua buku itu melambai-lambai ingin di berantaki olehnya.
"Gue ke kantin aja deh. Nyesel-nyesel nemenin lo kesini."
Selangkah lagi Johan bisa keluar dari perpustakaan, teman-temannya malah datang ke arah perpustakaan.
"Eh ada bucin." Putra mulai meledekinya, seperti tidak pernah bercemin bahwa dia yang sebenarnya menjadi budak cinta.
Johan menarik teman-temannya menuju ke kantin. Dia tidak mau aksi belajar Naylisa terganggu oleh teman-temannya yang sangat berisik ini, lebih baik mulut mereka disumpal dengan makanan kantin.
Penyebab, Naylissa belajar di perpustakaan adalah, sehabis jam istirahat ini ada ulangan Sosiologi. Dan, dia lupa belajar. Terlalu meremehkan, itulah akibatnya.
Johan berjalan kearah rak roti yang berjejer rapi, mengambil 4 buah roti dan langsung membayar nya.
Teman-temannya sudah duduk di bangku kantin, tapi Johan tidak menghampiri mereka justru berjalan kearah perpustakaan.
"Nih, otak lo itu ga akan bisa bekerja kalau ga di kasih makan." Sambil menyodorkan roti yang sudah di belinya.
Mata Naylissa masih tetap fokus pada bukunya. Padahal perutnya sudah mulai bersuara.
"Lo mau ga? Gue sih mau ya. Laper banget abisnya, liatin lo belajar begitu."
Akhirnya, Naylissa mengambil roti yang rasa coklat dan mulai memakannya. Tidak lama ia menatap Johan, "Makasih, lo lagi baik hari ini."
Senyum kecut tampil dari wajah Johan, "Gue mah emang baik. Lo nya aja yang selalu anggap gue ja.."
"Diem-diem. Ini perpustakaan, bawel banget lo kayak anjing kelaperan." Mulut Johan disumpal oleh roti.
Bel istirahat pun berbunyi tanda istirahat sudah selesai. Naylissa langsung bangun dari duduknya di ikuti juga oleh Johan.
Johan mengacak pelan rambut Naylissa, "Biasa aja kali, kayak baru ulangan aja. Lo kan jago menghapal tuh, pasti bisa kali."
Naylissa menatap Johan lalu menatap ke depan lagi, "Makasih, atas dukungan yang meragukan itu."
Salam Vi ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Berusaha
Teen FictionCakrawala yang terbagi menjadi dua. Johan yang hidup dengan berbagai macam masalah merasa senang begitu bertemu dengan Naylissa. Langit nya yang kelam berubah menjadi bersinar seketika. Berbanding terbalik dengan Naylissa, dia justru merasa Johan ad...