Prolog

15.4K 1.3K 123
                                    

  Hargailah karya orang lain dengan memberikan vote dan comment🙇

___




     Mata kuliah dari Mr.Lee baru saja selesai satu menit yang lalu, tepat pada saat jam makan siang tiba.

Pun seluruh mahasiswa buru-buru berhamburan keluar kelas guna menuju ke kafetaria kampus. Menjernihkan pikiran mereka juga mengisi perut yang kering kerontang.

Tak ingin dirinya berdesak-desakan dengan mahasiswa lain, Shin Jiya lebih memilih membereskan buku-bukunya dengan santai ke dalam tas dan menunggu hingga ruang kelas sedikit lenggang.

Barulah saat dirasa kelas telah kosong, Jiya mulai melangkahkan tungkainya menuju pintu keluar kelas.

Drrt .. drrt

Getaran pada ponselnya membuat langkah kakinya terhenti sejenak. Tangan kanannya segera merogoh ke dalam saku guna mengambil ponsel miliknya, sementara tangan satunya sibuk mendekap buku materi pembahasan.

Bibirnya tersenyum tipis kala mendapat satu pesan masuk dari Ahn Hyojo— sahabat karibnya yang berbeda jurusan dengannya.

[Jiya-ya... ayo kita ke kantin. Kelasmu sudah selesai kan??]

Segera, ibu jarinya mengetik balasan untuk sahabatnya itu.

[Kau duluan saja Jo-ya, tunggu aku di kantin. Aku akan ke loker terlebih dahulu untuk mengambil beberapa buku materi, oke!]

Setelah pesan balasan itu terkirim, Jiya kembali melangkahkan tungkainya menuju loker. Dahinya mengernyit bingung kala melihat mahasiswi lain berlari-lari kecil menuju arah koridor yang jalannya terhubung untuk menuju ke kantin, juga yang satu arah dengan tujuannya saat ini.

Tak ingin dirinya dirundung penasaran, Jiya pun menghentikan salah satu mahasiswi yang juga berlarian itu.

"Chogiyo, kenapa kalian berlarian seperti itu?" herannya. "Memangnya ada apa di sana?"

Mahasiswi yang di hentikannya pun berhenti dengan napas yang sedikit terengah. "Itu... Park Jimin, sedang bertengkar dengan kekasihnya. Mungkin mereka akan segera putus," sahut mahasiswi itu. "Sudah ya, aku harus segera ke sana. Aku tak ingin melewatkan berita putusnya Pangeran kampus!"

Jiya hanya mengangguk malas setelah mengucapkan kata terima kasih pada mahasiswi itu.

Lagi-lagi nama orang itu, batinnya. Merotasikan bola mata dan menghela napas jengah.

Ya, nama orang itu— Park Jimin.

Lelaki yang selalu menggemparkan sejagat kampus karena kelakuan onarnya setiap hari yang tak pernah absen. Entah itu karena perkelahian, berita tentang jadianya dengan seorang gadis, atau seperti saat ini yang sedang bertengkar dengan kekasihnya.

Dasar tidak tahu malu! Bertengkar malah di tempat umum.

Jiya mendecih saat teringat perkataan terakhir mahasiswi tadi, yang menjuluki Jimin sebagai Pangeran kampus.

Heol! Pangeran kampus katanya? Jiya bahkan berpikir jika Jimin lebih pantas dijuluki Si Pembuat Onar yang tak tahu malu.

Jiya tak habis pikir kenapa lelaki bermarga Park itu tidak di keluarkan saja dari kampus ini, mengingat kelakuan onarnya yang menggemparkan kampus setiap hari. Mungkin jika lelaki itu sehari saja tak membuat onar, dunia ini serasa telah kiamat.

Ah! Ya, tentu saja Jiya tidak mungkin melupakan fakta kenapa lelaki pembuat onar itu tak dikeluarkan dari kampus. Mengingat lelaki itu merupakan cucu dari pemilik Parksang Universitytempatnya berkuliah saat ini.

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang