Episode 12 | A Planning

4.5K 617 47
                                    

Hai, everyone. Thanks buat saran kalian kemaren, membantu sekaleee. Dan ya, tentu kalian tau jawabannya. Karna udah kelihat dari banyaknya pilihan kalian😉

Oh, ya pada ngabuburit kemana nih kalian??

Let's Enjoy 'kay!

Pagi itu, setelah Jimin pergi dari kelas Jiya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, setelah Jimin pergi dari kelas Jiya. Ia tak melangkah menuju kelasnya. Melainkan lebih memilih melangkah menuju ruangan basecamp, tempatnya berkumpul bersama kawan satu gengnya. Melemparkan jaket kulit dan mendudukan diri di salah satu sofa— Jimin mengambil rokok di dalam saku lalu menjepitnya diantara bibir. Hendak mematik korek guna membakar rokoknya jika saja suara gaduh diluar pintu tak membuatnya mengurungkan niat sejenak. Barulah ketika pintu terbuka dan menampilkan dua presensi sahabatnya membuat Jimin memutar bola matanya jengah.

"Woah... Sejak kapan cucu pemilik kampus berangkat pagi-pagi sekali?!" seru Taehyung dengan cengiran kotaknya.

Jimin hanya melirik sekilas, lantas kembali menyalakan korek apinya guna membakar ujung rokok.

"Tumben berangkat pagi," kini Jungkook yang bertanya sebab merasa heran dengan kehadiran Jimin di dalam basecamp pada jam yang masih pagi ini. Pasalnya, pemuda yang satu itu biasanya berangkat ke kampus saat tengah hari. Itupun hanya absen muka dan tebar pesona pada gadis-gadis di kampus. Sesekali masuk ke kelasnya, lantas selebihnya hanya nongkrong di basecamp ataupun sekedar untuk tidur sebab kelelahan clubing di malam hari. Sebelah alis Jungkook terangkat naik, mengamati Jimin yang masih sibuk dengan rokoknya. "Kau masih mabuk, hyung?!"

"Mungkin semalam dia merasa puas karena keluar banyak sampai pagi, Jung!" sahut Taehyung. Terkikik puas bersama Jungkook ketika Jimin melemparkan bantal sofa ke arahnya.

"Sialan!" umpat Jimin. "Kalian sendiri, kenapa kesini?"

Taehyung mengendik," Bolos!" katanya dengan enteng. Yang hanya ditimpali dengan senyum miring pun gelengan kepala dari Jimin. Beralih menatap pada Jungkook yang tengah sibuk bermain game.

"Kelasku mulai satu jam lagi." balasnya.

Jimin hanya mengangguk. Tahu betul bagaimana watak kawan termudanya yang sudah ia pun Taehyung anggap sebagai adiknya sendiri, yang tetap memprioritaskan pendidikan meski anak itu termasuk anak badung seperti dirinya. Sering mendapatkan nilai terbaik walaupun pernah membolos berkali-kali. Pun hal itu membuat Jimin merasa bangga. Sebab masih ada yang waras diantara mereka bertiga.

Dan hari itu, Jimin lebih memilih bolos untuk yang kesekian kali ditemani oleh Taehyung. Sementara Jungkook lebih memilih untuk mengikuti jadwal kelas kuliahnya.

#

Sebenarnya Jimin masih merasa ngantuk sebab tadi malam ia sama sekali tak bisa tidur hingga ia memutuskan pergi ke basecamp guma mencoba tidur disana untuk beberapa jam ke depan.

Jimim sama sekali tak bisa tidur semalam sebab pemuda itu merasa gelisah juga gerah karena dirinya tidur bersama gadis lain di atas ranjang yang sama dengannya. Yang selama ini hanya dirinya saja yang menguasai. Tak mengizinkan satu wanita manapun untuk menginjakkan kakinya ke dalam kamar. Bahkan meski itu adalah ibu kandungnya sendiri. Pun ketika pemuda itu menginginkan kepuasan batin, ia lebih memilih untuk menyewa salah satu kamar di klub ataupun hotel guna menghabiskan malam panasnya daripada membawa wanita-wanita itu ke dalam aprtementnya sendiri, apalagi sampai mengotori kamar miliknya. Tidak akan pernah terjadi.

Ia akan melakukannya sampai merasa puas lebih dulu lantas meninggalkan wanita itu sendirian. Sementara dirinya kebih memilih pulang ke aprtement.

Dan Jimin tidak tahu mengapa tadi malam ia malah meminta Shin Jiya— gadis dingin juga keras kepala serta yang jelas-jelas membencinya itu untuk menginap di aprtementnya. Di dalam kamar miliknya dan bahkan rela membagi sebagian kasur untuk di tempati gadis itu. Yangmana malah membuatnya terjaga sepanjang malam sebab merasakan pangkal pahanya yang ngilu minta dipuaskan. Barangkali Jimin hendak meminta itu pada Jiya atau memaksanya jika gadis itu menolak. Namun yang dilakukan Jimin hanya diam, tidur dengan posisi terlentang juga salah satu lengan yang menutupi wajah merahnya. Meringis ketika ia merasakan pusat tubuhnya semakin ngilu berkedut dan membuatnya menghela napas berat berkali-kali. Ingin membangunkan Jiya namun Jimin tidak tega sebab melihat wajah gadis itu yang terlihat polos dan begitu damai dalam tidur pulasnya. Hingga membuat Jimin hanya bisa mengacak rambut pun wajahnya frustasi lalu menyemburkan napas beratnya di tenguk gadis itu, "Untuk kali ini kau kubiarkan lolos, Sayang." bisiknya. "Dan ku anggap, kau berhutang padaku. Tapi tentu akan ku pastikan untuk menagihnya suatu saat nanti." Lantas bibirnya mencium tenguk Jiya sebagai bekal untuknya tidur.

#

Suara gaduh dari mulut Jimin pun Taehyung menggema dipenjuru ruangan. Begitu asyik bermain game dengan Taehyung setelah sebelumnya ia dibuat geram dengan kelakuan jahil pemuda Kim itu yang menggerakkan kaos kaki baunya di depan hidung saat ia sedang tertidur. Padahal, dirinya baru bisa tidur dua jam berlalu, namun sahabat laknatnya itu malah menjahilinya dan merengek agar dirinya segera bangun hanya karna Taehyung bosan dan ingin ditemani bermain game dengannya. Membuat Jimin mendengus napas kasar.

Barangkali ia ingin menjadikan tubuh Taehyung sebagai samsak hidup, namun ia lebih memilih untuk menyerang pemuda itu dengan pukulan bantal yang tak main-main. Membuat pemuda Kim itu terus mengeluh dan meminta ampun padanya.

Menghentikan gamenya dan melirik jam di tangan kiri— Jimin lantas segera beranjak. Meletakkan stik PSnya dan meninggalkan permainan yang sedang berlangsung begitu saja membuat Taehyung memakinya tanpa henti. Langsung mengambil jaket lalu pergi keluar dari ruangan itu tanpa pamit pada manusia di dalam sana.

Pukul 2 siang. Jimin ingat betul bahwa jam segini Shin Jiya sudah tak ada kelas selanjutnya. Sebab Jimin diam-diam mencari tahu semua jadwal kelas gadis itu agar mempermudah urusannya. Berjalan tergesa menuju kelas Jiya namun Jimin bingung sebab ia tak menemukan batang hidung gadis itu diantara mahasiwi lain. Membuatnya menghentikan salah satu mahasiswi yang keluar dari kelas si gadis, "Apa kau melihat Shin Jiya?"

Mahasiswi itu menggeleng, "Tidak. Dia tidak masuk kelas lagi setelah kelas paginya selesai. Mungkin dia bolos?" katanya.

Seketika rahang Jimin mengeras dengan tangan terkepal. Bergegas pergi menuju mobil dengan gelagak emosi yang ia tahan. Padahal sudah Jimin bilang pada Jiya bahwa setelah semua kelasnya usai, gadis itu harus pulang bersamanya. Namun rupanya perkataan Jimin tak dihiraukan sama sekali oleh si gadis. Malahan mencoba kabur dan menghindarinya dengan cara bolos kuliyah.

Oh, tentu saja Jimin tak membiarkan gadis nakal itu lolos dengan mudah. Pun dengan senyuman mengerikan yang terpatri di wajah tampannya— Jimin lantas menancapkan gas mobil menuju apartemen si gadis. Juga dengan isi kepala yang penuh dengan rencana menyenangkan untuk menghukum gadis nakalnya itu.

"Bersiaplah untuk menerima hukumanmu, Sayang." seringainya.[]

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang