Episode 14 | Conversation

4.5K 611 101
                                    

Udah lama yaa gak update Jimin.
Siapa aja nih yg kangen??

Siapa aja nih yg kangen??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jiya terdiam. Duduk tenang dengan tangan bersedekap. Rambut setengah basahnya ia abaikan. Sorot matanya menatap tajam pada pemuda yang tengah sibuk menyantap makanannya diseberang meja. Begitu menikmati tanpa tahu bahwa sang pemilik rumah sedang menahan gejolak amarahnya yang ingin menghantamkan kursi ke tubuhnya ataupun sekedar kepalan tangan untuk memukul wajahnya.

Sungguh, Jiya tak habis pikir dengan kelakuan pemuda Park tersebut. Tidak puaskah pemuda itu yang sudah mengacau kehidupan damainya di kampus dan kini malah ingin mengganggu dalam kehidupannya di rumah?

Jiya pusing. Ia sudah terlalu pening memikirkan skandalnya dengan pemuda itu di ranah kampusnya. Belum lagi para mahasiswa lainnya yang sekarang mulai kepo mengenai hubungannya dengan Jimin benar tidaknya. Mulai merecoki kehidupan tenangnya di kampus dengan berbagai pertanyaan. Padahal sebelum ini terjadi- kehidupan kampusnya benar-benar damai pun tenang layaknya air danau di pinggir kota. Tanpa adanya berbagai pertanyaan juga bisik-bisik tak mengenakan untuk dirinya.

Bisa dibilang- Shin Jiya itu seorang pribadi yang suka dengan ketenangan. Mungkin bisa disebut merupakan seseorang yang introvert. Lebih suka menyendiri daripada harus bergerumul dengan orang lain. Lebih suka suasana sepi daripada suasana hiruk-pikuk keramaian. Bahkan ia lebih baik menjadi seorang kutu buku daripada harus menjadi pusat perhatian.

Akan tetapi sekarang- semua hal itu kini di kacaukan sudah oleh seorang pemuda yang dari dulu tak begitu ia sukai sebab perangai lelaki itu yang suka sekali membuat onar. Bahkan sampai menyabet julukan pembuat onar paling ulung sejagat kampus menurutnya itu.

Dan dia- Park Jimin, seseorang yang telah mengubahnya menjadi artis kampus dadakan sebab setiap presensinya melangkah disudut kampus manapun akan mengundang banyak puluhan pasang mata untuk sekedar melihat pun meliriknya penasaran. Disusul dengan dengungan yang merasuki indra pendengarannya yang membuat gadis itu risih setengah mati.

Kini pupus sudah angannya untuk hidup damai sampai wisuda nanti.

"Kenapa diam saja? Ayo makan." seru Jimin tatkala maniknya menangkap si gadis yang hanya duduk dalam diam. Bersedekap tanpa ada niatan untuk makan.

"Bisakah kau tidak mengangguku sehari saja, Park Jimin? Tidak puaskah kau sudah mengacau kehidupanku di kampus dan kini malah ingin mengacau juga dalam hidupku di rumah?"

Jimin stagnan. Pergerakan sumpit yang membawa suapan ke dalam mulutnya itu mengambang di udara. Menurunkan perlahan tangannya di atas meja- Jimin mengangkat wajahnya agar saling beradu dengan presensi seorang gadis di depannya ini. "Apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin lulus wisuda dengan tenang. Tanpa adanya perkara apapun di kampus. Tanpa membuat masalah apapun. Tapi dengan seenaknya kau menyeretku ke dalam duniamu. Tidak- lebih tepatnya masalahmu. Apa tidak ada sedikit saja rasa bersalahmu karena sudah mengacaukan kehidupan seseorang?"

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang