Episode 4 | Good Day or Bad Day?

8.2K 979 81
                                    

Vote dan komen sebelum membaca ya, oke😉

Kalau ada typo atau kosa kata yang kurang pas monggo dikoreksi saja agar bisa ku perbaiki segera. Makacihh😙

_______

   Jiya tidak tahu kapan dia pernah menyelamatkan sebuah negara dimasa lalu hingga membuatnya menjadi salah satu gadis paling beruntung hari ini.

Tidak menyangka juga bahwa sakit yang Jiya rasakan, akan membawa keburuntungan bagi dirinya.

Saat dirinya hampir saja jatuh karena merasakan pusing luar biasa, sepasang tangan tiba-tiba merengkuh bahunya. Menyangga bobot tubuhnya agar tidak tumbang. Hingga membuatnya terkesiap. Mendongak guna mengetahui siapa yang tengah menolongnya.

Pun seketika itu manik Jiya melebar. Napasnya tercekat di kerongkongan dengan badan yang serasa terpaku ketika dirinya mengenal siapa orang yang di sampingnya ini.

Sungguh, Jiya tak pernah menduga sama sekali hal ini terjadi padanya.

Seseorang yang selama ini Jiya kagumi diam-diam tengah berada di depannya. Seseorang yang hanya bisa ia perhatikan dari kejauhan, kini hanya berjarak beberapa senti dari matanya. Bahkan Jiya dapat melihat dengan jelas mata yang selama ini menyorotkan tatapan dingin tetapi hangat menurut Jiya itu begitu sangat menawan jika dilihat dari jarak dekat seperti ini. Kemudian pandangan Jiya turun ke bibir tipis si pemuda yang jarang sekali bicara jika hal itu tak penting menurutnya. Bergerak-gerak perlahan seperti tengah berbicara sesuatu tetapi tak dapat Jiya dengar itu— sangatlah seksi.

Entah mengapa hal ini membuat jantungnya berdetak gila-gilaan. Apalagi ditambah aroma tubuh pemuda ini yang sangat memabukkan. Merangsek ke dalam penghidu sampai rasa-rasanya Jiya ingin pingsan sebab jantungnya yang seperti akan meledak juga aroma tubuh yang membuat Jiya mabuk kepayang.

Hingga suara bariton yang entah sudah bersuara keberapa kalinya kini terdengar di telinga. Membuat Jiya seketika sadar karena sedari tadi ia sibuk mengagumi. "Hei! Kau baik-baik saja?" Tanyanya begitu datar dan terdengar agak kesal.

Hal itu membuat Jiya seketika menggelengkan kepala guna menyadarkan diri. "A-ah! Iya. A-aku baik-baik saja. Maaf ..."

Pun Jiya segera menarik diri secara mendadak, hingga membuat dirinya oleng dan hampir jatuh kembali jika pemuda di depannya tak buru-buru menangkapnya.

Dasar ceroboh! Jiya merutuki dirinya sendiri yang tengah gugup setengah mati hingga membuat dirinya melakukan itu tanpa pikir panjang. Alhasil, dirinya yang begitu malu dan kalut jika hal itu membuat pemuda di depannya ini berpikir bahwa dirinya sengaja melakukan itu untuk bisa skinship dengan sang pemuda hingga akan membuatnya sangsi terhadap dirinya.

"Terima kasih, Yoongi sunbae ...," Jiya menundukkan kepalanya sekilas. "Maaf merepotkanmu."

Pemuda yang bernama lengkap Min Yoongi itu mengangguk dengan wajah datarnya yang terkesan dingin. Lantas berujar, "Kakimu itu masih sanggup berjalan sendiri ke ruang kesehatan, kan?"

Jiya mengangguk.

"Kalau begitu jalanlah lebih dulu di depanku."

Kedua alis Jiya terangkat tinggi, "Ya?"

"Kau—" Yoongi menggerakkan dagunya ke arah depan. "Jalanlah lebih dulu di depanku. Aku akan mengawasimu dari belakang. Memastikan bahwa kakimu itu memanglah masih berfungsi dengan baik."

Seketika, semburat kemerahan itu terpampang di kedua pipi Jiya. Terasa panas hingga menjalar ke dalam hati dan begitu menghangatkan di sana.

Jiya tak pernah menyangka bahwa seseorang yang terlihat dingin seperti Min Yoongi ternyata memiliki sisi yang begitu lembut juga perhatian di baliknya. Walaupun kata-kata yang ia lontarkan kadang terdengar kejam. Tetapi hal itu semakin membuat Jiya mengangumi pemuda berkulit putih pucat itu.

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang