Episode 10 | First Day

4.7K 691 115
                                    

Nahhh, udah diusahain UP cepet kan, ini? Ayoo vote dulu, gih!

Jangan lupa komen banyak-banyak ya biar akunya semangat nulis dan fast update dong, hehe😁

Masih lancarkan puasanya? Atau udah ada yang bolong niih??

Masih lancarkan puasanya? Atau udah ada yang bolong niih??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jiya begitu terburu saat memilih pakaian untuknya pagi ini.

Tak perlu membuang banyak waktu, sebenarnya. Sebab gadis pertengahan awal dua puluh tiga tahun itu tak begitu peduli pada yang namanya fashion. Menurutnya, asal pakaian yang ia kenakan terasa nyaman dan simple, itu sudah cukup baginya.

Dan sial sekali ketika gadis itu mengingat kembali bahwa di lehernya terdapat beberapa tanda hickey yang pemuda brengsek Park itu torehkan tadi malam, hingga membuat Jiya terpaksa memilih sweater turtle neck warna cokelat untuk ia kenakan pagi ini agar bisa menutupi bekas tersebut.

Padahal hari ini cuaca sedang begitu terik, dan Jiya tidak bisa membayangkan bagaimana ia yang nantinya akan merasakan kegerahan.

Pun kedua tangannya kini sibuk menyisir rambut hitam sebahunya dengan mulut yang menggigit tali rambut. Maniknya menyorot tajam ke luar jendela, yang di bawah sana kini sudah berdiri pemuda sinting Park Jimin. Menyandar begitu angkuh di badan mobil dengan kedua tangan bersedekap. Lantas sedetik kemudian, seakan tau bahwa dirinya sedang ditatap membuat pemuda itu menurunkan kacamata hitamnya dan menatap ke atas. Membuat Jiya buru-buru menutup tirai dan segera menguncir kuda rambutnya.

Jiya menggerutu kesal, "Sial! Kenapa takdirku buruk sekali, sih. Sampai harus berurusan dengan pemuda sinting itu!" Ia kemudian menyambar tasnya yang berada di meja. Mengetukkan sepatunya ke lantai lebih dulu dan menarik rambutnya kuat agar talinya tak terlepas. Setelahnya ia melangkah keluar dari flat.

Sesampainya Jiya di bawah, ia melihat Jimin yang sedang sibuk mengamati gawainya. Hingga pada jarak yang hampir dekat, barulah pemuda itu mengangkat wajah dan menatapnya. "Kau lama, Nona kekasih," ucapnya. Mengecek jam tangan rolex keluaran terbaru di pergelangan kiri lantas melanjutkan, "Menghabiskan waktu 10 menit. Apa kau merias wajah lebih dulu, Sayang?"

Jiya berdecak kesal. Memutar bola matanya jengah. "Gila!" desisnya. "Kau pikir lantai 5 itu tidak tinggi, Park Jimin-ssi? Naik lift untuk sampai ke lantai bawah membutuhkan waktu 3 menit. Itupun jika di setiap lantai tak ada penghuni flat lain yang juga menggunakannya. Dan aku, bukan hantu yang bisa hilang lalu muncul begitu saja!" Jiya menjeda sejenak. Menatap sinis pada Jimin, "Bukankah aku tidak menyurumu untuk menungguku? Kau sendiri yang menginginkannya, Park Jimin-ssi. Lagipula aku juga bisa berangkat sendiri ke kampus seperti biasanya tanpa dirimu!"

Jimin tersenyum miring," Kau yakin bisa datang tepat waktu, Baby? Bukankah kelasmu akan dimulai 10 menit lagi? Mau berangkat naik apa? Bus? Taxy? Kau tau itu tidak akan sempat membuatmu sampai tepat waktu, Sayang." cerocosnya. Lantas membuka pintu mobil, "Masuklah. Kita berangkat bersama."

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang