Episode 13 | Damn Jerk

5.3K 664 122
                                    

Punteenn... Udah UP ya ini!

Monggoo..

Vote dan komen, dipersilakan 😂😂

Vote dan komen, dipersilakan 😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekiranya sudah tiga jam lamanya punggung itu menyandar pada dinding dekat pintu salah satu flat. Menanti presensi yang sedari tadi belum juga nampak dengan kesabaran yang terpaksa. Pun perasaan kesal yang luar biasa membumbung tinggi di rongga dada dengan jemari tangan yang terkatup rapat hingga menampilkan urat tangannya yang menjalar begitu kentara.

Barangkali kepalan tangan itu hendak lepas kendali guna menghancurkan tembok di balik punggungnya atau pintu di sebelahnya sebab sudah saking emosi pun karena terlalu jengah menunggu. Namun, langkah kaki yang tertangkap rungu juga siluet seseorang dari ujung sana yang terlihat lewat ekor mata membuat Jimin mengurungkan niat. Sedikit merasa senang, namun juga kembali dibuat kesal ketika orang yang ia tunggu sedari tadi malah hendak memutar arah. Membuat pemuda Park itu tersenyum miring dan segera memecah kerongkongannya, "Kau mau kabur lagi, Sayang?" ucapnya bernada dingin.

Jimin menatap gadis itu yang memaku sejenak. Tak mengalihkan barang sedikit saja fokus tatapnya pada gerak-gerik si gadis yang kembali mengayun tungkai dengan angkuh untuk mendekat ke arahnya. Melewatinya begitu saja seakan presensinya itu tak kasat mata hingga tak tertangkap di manik si gadis ketika lewat di depannya. Lantas berhenti selangkah di samping daksanya— atau tepatnya di depan pintu flat. "Untuk apa kau kemari?" tanya si gadis terdengar ketus. Jemari lentiknya merogoh-rogoh sesuatu di dalam saku, yang barangkali itu adalah sebuah kunci flatnya.

Jimin hanya tersenyum menanggapi, "Tentu saja untuk menemui."

"Aku sibuk. Tidak ingin menemui siapapun. Pulanglah." Jiya bilang. Nadanya sedingin es pun raut wajah yang begitu datar. Sedang tangan yang sedari tadi sibuk mengaduk isi saku kini keluar bersama sebuah kunci dan berusaha membuka pintu sesegera mungkin.

Mendengar kalimat yang seperti muak dengan kehadirannya membuat rahang Jimin mengetat. Maniknya kini menatap tajam pada gadis di depannya itu. Dia tidak suka dengan orang yang pembangkang. Apalagi gadis keras kepala seperti Jiya. Itu membuat emosinya naik. Pun tidak tahukah gadis itu bahwa ini pertama kalinya seorang Park Jimin rela menunggu seorang gadis selama tiga jam lamanya? Membuang waktu berharganya begitu saja yang bahkan bisa menghasilkan uang puluhan juta atau bahkan milyaran demi gadis keras kepala sepertinya. Dan woah— Jimin bahkan dibuat tercengang dengan respon gadis itu.

Menarik napas serta memainkan lidah di dalam mulut— Jimin lantas terkekeh. Membuat Jiya menengok ke arahnya pun mengernyit heran. "Kau memang gadis luar biasa. Keras kepala sekali," katanya, lantas menyugar surainya ke belakang. "Bagaimana kalau aku tidak mau pulang dan ingin menginap di sini, hm?"

The Bastard Boy | ParkJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang