[ON GOING] Rate: M++
Menurut Shin Jiya, lelaki yang bernama Park Jimin itu merupakan seorang berandalan kampus yang patut ia hindari.
Lelaki yang berada didaftar merah garis keras untuk menjadi salah satu daftar kekasih idamannya.
Karena perangai l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cup
Suasana mendadak hening.
Sunyi.
Senyap.
Semua orang tengah terperangah ketika melihat adegan semi di depan mata mereka. Merasa takjub— atau lebih tepatnya tak percaya apa yang mereka lihat saat ini.
Namun detik selanjutnya, suara pekikan yang begitu heboh terdengar mengudara. Pun suara jepretan dari kamera ponsel tak luput mereka abadikan.
Ini akan menjadi trending topic kampus dalam minggu ini!
Sementara keadaan di tempat kejadian, gadis yang bibirnya dicium terbeliak kaget. Buku yang semula dalam dekapan, jatuh berserakan begitu saja.
Pikirannya mendadak kosong dengan tubuh yang terasa kaku. Hingga ia merasakan lumatan pelan pada bibirnya membuat dirinya langsung tersadar seketika. Lantas, buru-buru ia mendorong keras tubuh sang pemuda hingga tautan bibir merekapun terlepas.
Gadis itu— Shin Jiya, menatap nyalang pada pemuda di hadapannya dengan amarah yang memuncak. "Brengsek! Beraninya kau menciumku, sialan!"
Plak
Bugh!
"Arrgh!"
Jimin mengerang kesakitan, saat tulang keringnya ditendang oleh Jiya.
Jiya mengabaikan hal itu. Segera melangkah pergi sejauh mungkin dari sana setelah sebelumnya, ia memunguti buku-bukunya yang berserakan.
Sementara gadis yang satunya. Kang Young Hwa— tak kalah geram ketika ia melihat semua adegan itu tepat di depan mata dengan kepalanya sendiri. Bagaimana sang kekasih atau lebih tepatnya, sang mantan kekasih yang begitu brengseknya mencium gadis lain di hadapannya sendiri.
Dengan wajah yang merah padam menahan amarah serta tangan yang terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya.
Mendadak tangannya terasa gatal untuk—
Plak
—menampar pipi sang mantan kekasih.
"Kau brengsek, Park Jimin!"
***
Lengan itu terlipat di atas meja dengan kepala yang ia benamkan di sana.
