[4] Darah tak selalu lebih kental daripada air

10.6K 982 76
                                    

"Terkadang sebuah perasaan hadir karena adanya keterikatan. Namun, pertemuan para insan melalui seleksi alam pun bisa jadi pondasi kukuh terjalinnya suatu hubungan."—One Last Time [04] LS.

***

Abizar berjalan mengendap-endap memasuki kamar putranya, dan langsung disambut dengkuran halus dari sang empunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abizar berjalan mengendap-endap memasuki kamar putranya, dan langsung disambut dengkuran halus dari sang empunya.

Sudah lewat tengah malam, tetapi kedua netranya belum juga bisa terpejam. Pembicaraan dengan sang ayah juga Gema dua hari terakhir ini seolah menstimulasi otaknya untuk tetap terjaga. Terus menekannya mengingat sesuatu yang tak ingin diingat. Kelamnya pekat, sakitnya sangat, ketika secara otomatis kilas balik masa lalunya berputar seakan nyata.

Ketika perempuan punya catatan penting mengenai apa-apa saja yang mungkin melukainya, laki-laki juga sama. Abizar khususnya. Satu hal yang paling melukainya hingga sekarang adalah saat di mana ia ditinggalkan dalam kondisi tengah berusaha menganyam kasih sayang, merajut tali kasih bersama perempuan yang sebelumnya tak pernah ia cintai.

Bukan melalui perjodohan seperti kisah-kisah klasik, apalagi pertemuan manis ala remaja masa kini. Abizar dan Kiara dipertemukan dalam sebuah kecelakaan mengerikan. Di mana sesuatu yang paling berharga bagi perempuan itu dirampas paksa.

Tangannya terulur, mengusap punggung putra kesayangannya yang tidur begitu lelap. Sementara otaknya bekerja ekstra memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seandainya Gema mengetahui semua. Abizar tak siap ditinggalkan.

Darah tak selalu lebih kental daripada air. Tanpa keterikatan pun Abizar mampu menyayangi Gema lebih dari keluarga kandung anak itu.

Gema bergerak dalam tidurnya, merasa terusik dengan apa yang dilakukan Abizar. Kelopak matanya terbuka perlahan. Silau lampu dan keberadaan ayahnya membuat lelaki itu susah payah mengumpulkan kesadarannya. Walaupun yang terlihat justru raut terkantuk-kantuk saja. Kantuk yang tampak dominan membuat anak itu sangat menggemaskan.

"Daddy," panggilnya serak. Gema menggeser tubuhnya, sebelum kembali bersuara. "Sini tidur," katanya seraya menepuk tempat kosong sebelahnya.

Abizar duduk di tepian tempat tidur, membetulkan letak selimut Gema hingga sebatas dada. "Tidur lagi aja. Daddy di sini."

Gema meringkuk di balik selimut dan kembali menutup mata.

"Selamat tidur, Baby Ge."

***

Adam melipat koran yang sejak beberapa menit lalu dibacanya, kemudian melangkah menuju ruang makan, bergabung dengan Abizar juga Gema. Interaksi antata dua orang itu membuat hati Adam memanas. Meskipun turut membesarkan Gema sejak kecil, tapi kasih sayangnya pasa anak itu tak seperti Abizar. Ia hanya merasa kasihan karena Gema ditinggalkan ibu kandungnya. Sebatas itu.

One Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang