Lucian menatap pintu di depannya dengan ragu. Haruskah dia masuk ke dalam rumah itu atau tidak. Lucian takut. Dia takut.
"Lucin.. Jangan bengong dong! ayo masuk." Ujar Daniel kemudian membuka pintu di hadapan mereka.
"Daniel.."
"Jangan khawatir! kau selalu di terima di sini!!" ujar Daniel sebelum menarik tangan Lucian.
"Mama!! aku pulang!" Teriak Daniel.
"Hush! Niel! jangan teriak di dalam rumah!" Tegur seorang wanita paruh baya yang Lucian kenali sebagai Ibu Daniel.
"Luci sayang.. Kau datang juga.. Mama sudah kangen banget sama anak mama yang satu ini." Ujar Ibu Daniel kemudian memeluk Lucian dengan penuh kasih sayang.
Lucian hanya tersenyum dan balas memeluk Ibu Daniel. di belakang mereka, Daniel hanya menyengir senang karena setidaknya temannya bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu.
"Aku juga kangen sama, Mama." Ujar Lucian.
"Niel.. Bangunin kakak kamu sana dan jangan lupa ganti baju. Luci menginapkan sayang?"
"Tentu, Mama. Tentu." Ujar Lucian. Dia kemudian mengekori orang yang sudah dianggapnya sebagai Ibu nya sendiri itu ke dapur untuk membantu wanita itu.
Daniel cemberut dan sambil menghentakkan kakinya dia melangkah menuju kamar kakak kedua nya yang paling dia tidak sukai yang sialnya sedang ada di rumah.
Tok tok tok..
Daniel menggedor pintu kamar sang kakak dengan tidak berperasaan.
"Woi!! BANGUN!!" teriak Daniel sambil menggedor pintu.
Tak ada jawaban, Daniel menambah kekuatan gedorannya bahkan sampai menendang-nendang pintu tak bersalah itu.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang dibuka oleh pemiliknya dari dalam.
"Adek bangsat!!" sembur sang pemilik kamar saat membuka pintunya.
sedetik kemudian Daniel bisa merasakan sakit di kepalanya karena dipukul memakai payung oleh sang kakak.
"Sakit bego!!" pekik Daniel.
"Kamu tu yang bego!! sudah tau aku tidur kenapa malah digedor ini pintu?! ditendang pula?! kalau rusak mau ganti?! nggak kan?! jajan aja masih aku yang kasih!!"
"Tch. Mama yang suruh aku bangunin kamu! lagian kalau nggak kek gitu kan nanti kamu nggak mau bangun."
"Mati digaplok ini anak!"
"sudah ah! ke dapur sana. Mama tunggu. Aku mau ganti baju dulu. Jangan tidur lagi tapi nya."
"Ck. Bocah ini. Tau ah!!"
Daniel mendengus saat dengan kasar kakak nya membanting pintu tepat di depan wajahnya. Ahhh.. Betapa Daniel sangat tidak menyukai kakak nya yang satu itu. Dia pasti sudah akan menendang pria itu jika saja bukan dia yang selama ini memberikan dia uang untuk sekolah dan uang jajannya. Sabar Daniel. Sabar. Orang sabar pasti makin tampan.
Daniel mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai. Tak lupa juga dia menyiapkan pakaian ganti untuk Lucian.
Saat dia keluar dari kamarnya, dia berpapasan dengan kakak pertama nya yang baru pulang kerja. Sang Kakak hanya tersenyum kecil sebelum masuk ke kamarnya yang berada di depan kamar Daniel.
Di dapur, ribut sekali dengan suara Lucian juga Ibu nya. Ditambah dengan suara Liam dan Ryan. ternyata kedua nya sudah datang.
"Kak Nathan hebat bisa membuat pie apel!" ujar Lucian dengan mata berbinar senang. Dia memakan potongan pie yang ada di piringnya dengan lahap.
"Hehehe.. Nathan gitu loo.." Ujar Nathan sombong.
"Tapi.. Rasanya ada yang kurang." Ujar Lucian sambil menatap piringnya yang sudah kosong.
"Kurang apa nya? kurasa aku sudah mengikuti resep Mama."
"Uhhh.. Entahlah.. tekstur dan rasanya sama saja.. Tapi.. Terasa kurang.. Aku tak tau apa itu.."
"Itu cinta sayang."Jelas Ibu Daniel.
"Cinta?" kelima pemuda yang berada di tempat itu menatap bingung pada satu-satu nya wanita yang ada di ruangan itu.
"Iya. Cinta. Ketika kau memasak makanan untuk orang yang kau cintai.. Rasa cinta dari mu untuk orang yang kau sayangi akan tersalurkan lewat masakanmu. Ada perbedaan dengan orang yang hanya memasak dan memasak dengan cinta. Makanan sesederhana apapun asalkan dimasak dengan penuh cinta pasti akan terasa berbeda."
"Jadi, maksud Mama.. Aku tidak memasaknya dengan cinta begitu?" Tanya Nathan.
"Tidak sayang. Tentu tidak. Kau juga memasaknya dengan cinta. Kau ingin agar orang yang menikmati masakanmu merasa senang dan bahagia. Itu cinta mu. Bentuk cinta dari kakak untuk adiknya. Kau ingin Luci, orang yang kau anggap adik sendiri merasakan kebahagiaan saat memakannya."
"Lalu? kenapa masakan Nathan dibilang ada yang kurang?" tanya Daniel sambil mencomot potongan pie apel di piring Liam yang sudah pasti langsung digaplok oleh Liam.
"Cinta seorang Ibu itu berbeda sayang. Cinta seorang Ibu pada anaknya itu berbeda. Mungkin tujuan kami sama, ingin orang yang memakannya merasa senang terlebih orang yang berharga.. Tapi, cinta seorang Ibu pada anaknya itu adalah cinta yang tulus dan tak bersyarat. paham kan?"
"Umm.. Aku masih bingung. Kena-hmmpp" mulut Daniel dibekap oleh Liam dan Nathan yang jengkel mendengarnya mengoceh.
"sudah.. Sudah.. Sebaiknya kalian jangan makan pie apel kebanyakan. Nanti kalian tidak bisa makan malam. Nak Liam dan Ryan mau menginap juga malam ini?"
"Ahh.. Aku ada acara malam ini." Ujar Liam.
"Kalau nak Ryan?"
"Ak-aku.. Aku bebas sih.. Mu-mungkin aku bisa menginap."
"Benarkah? Nathan, malam ini kau tidur dengan Daniel ya! biar Ryan dan Luci tidur di kamarmu."
"HAH?!" pekik Nathan dan Daniel bersamaan.
"Mama!! aku nggak mau tidur sama monster pemarah kek bangau ini." Protes Daniel.
"Siapa yang kau panggil monster pemarah, bocah?! dan lagi aku mana sudi tidur denganmu?!"
"Hush! kalian ini! dari pada mama suruh tidur di ruang tamu?! Sudahlah! sebaiknya kalian diam saja!"
Liam, Ryan dan juga Lucian hanya bisa menahan tawa mereka saat melihat Nathan dan Daniel yang saling melemparkan tatapan tajam. Kedua nya memang tak pernah akur sejak kecil. Mereka selalu bertengkar. Namun, semua tau jika mereka saling menyayangi satu sama lain.
Lucian suka berada di keluarga ini. Sederhana namun bahagia. Mereka penuh dengan kehangatan dan cinta. Lucian selalu merasa diterima saat berada disini. Ibu Daniel sangat baik bahkan mengijinkan dirinya memanggilnya Mama. Padahal dia bukan lah bagian dari keluarga ini. Nathan dan Demian-kakak pertama Daniel- juga begitu. Mereka menganggapnya adik. Mereka menyayangi nya dan tak akan segan memarahinya saat dia berbuat salah. keluarga ini adalah keluarga yang penuh cinta meskipun sang kepala keluarga sudah berpulang kembali ke Tuhan 6 tahun lalu karena kecelakaan.
Dibandingkan dengan rumah nya, rumah ini jauh lebih baik. Memang jauh dari kata mewah. Mereka hanya keluarga sederhana yang berkecukupan saja. Namun, cinta, kasih sayang dan kehangatan yang ada di rumah ini tak dapat Lucian temukan di rumahnya yang begitu mewah bak istana raja dan ratu.
"Luci.. Jangan melamun dong.. Kita mau nonton film. Mau ikutan nggak?"
"Huh, pasti mau kak. Film apa emang?"
"Harry Potter doang. Soalnya teman mu itu memaksa sih." Ujar Nathan. Lucian hanya mengangguk paham. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan bercanda sepanjang malam sambil menonton film.
'Seandainya, Papa dan Mama juga mencintaiku seperti keluarga ini.'
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Loha.. Saya balik lagi..
O, makasih buat yang udah luangkan waktu buat baca
KristyJeani
6 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Light and Shadow
Teen FictionMaaf semua Cerita ini terpaksa pindah ke akun lainnya Nama akunnya ouryuuzeno17 . . Aku dan kakak ku bagaikan cahaya dan bayangan. Dia adalah cahaya Sedangkan aku adalah bayangan. Aku hanyalah tambahan saja di keluargaku Tidak penting bila aku ada a...