Chapter 12

185 15 14
                                    

Pagi itu tidak cerah. Mendung. Awan warna nya hitam menggumpal seperti kapas yang Lucian berikan tinta hitam. Lucian tersenyum kecil. Dia mengambil jas hujan miliknya dan berlari ke luar. Johan yang melihatnya hanya tersenyum sendu. Tingkah Tuan Muda nya selalu seperti itu saat hujan turun di awal bulan ini. Dia akan bermain hujan di halaman sampai dia pingsan sendiri di tengah hujan. Dia seperti orang gila saat dilarang keluar rumah untuk bermain hujan. Lucian akan mengamuk dan meraung-raung. Mansion Fredrick bagian sayap Barat akan hancur oleh nya. Pemuda itu sudah seperti itu sejak Sebastian meninggal. Dan tak ada yang bisa menyembuhkannya. Rose selalu menyebut ini 'Masa Gila Lucian.'

Johan sedih Tuan Muda nya itu terlihat seperti orang gila hanya karena hujan turun di awal bulan ini. Dokter yang menangani Lucian saat dia seperti ini hanya mengatakan jika Lucian sama sekali tidak mengalami gangguan mental. Dia sehat dan baik-baik saja. Entah apa yang membuatnya seperti ini.

"Johan, kenapa kita membiarkan Tuan Muda Lucian bermain hujan seperti orang gila di luar sana?" tanya Xalier yang datang dan menghampiri Johan saat pelayan tua itu sedang sibuk memperhatikan Lucian yang mulai menunggu hujan turun.

"Karena dia akan lebih gila lagi saat kau melarangnya." Jawab Johan tenang. Xalier hanya menyeryit bingung dengan jawaban Johan. Hujan turun dengan deras. Johan segera membuka payung yang dia bawa begitu juga Xalier. Sedang Lucian mulai memekik kegirangan layaknya orang gila yang sedang bahagia. Lucian berlarian kesana kemari layaknya anak kecil.

"Apakah kita harus membiarkannya? dia bisa jatuh sakit."

"Percaya lah, disaat ini lah tubuh Tuan Muda Lucian menjadi kuat. Dia sanggup bermain hujan berjam-jam dan cuma jatuh pingsan nantinya tapi tak akan sakit sedikit pun." Johan melambaikan tangannya saat Lucian menatap kearahnya dan tersenyum layaknya anak kecil yang polos.

"lalu, apakah kita harus menunggu hingga Tuan Muda selesai bermain?"

"Ya, dia bisa pingsan kapan saja."

Xalier mengangguk. Dalam otaknya dia menambahkan catatan mengenai kebiasaan Lucian yang terbilang aneh ini dan aka mengingatnya dengan baik.

"Xalier?"

"Ya?"

"Buatkan coklat panas. Tuan Muda sudah selesai." Ujar Johan. Xalier menatapnya bingung. Bukankah masih hujan dan lagi ini baru saja beberapa menit hujan turun?

"Kenapa?"

"Dia kembali waras dengan cepat."Johan tersenyum lembut sambil menatap Tuan Muda nya yang terlihat kebingungan sekarang.

Xalier merasa dia masih harus banyak belajar dari Johan.

...

Nathan menatap jengah pada kakaknya yang sekarang sedang menikmati kopi panas di apartemennya. Ayolah! kenapa kakaknya harus datang ke apartemennya dengan alasan hujan? dia kan bisa berteduh ditempat lain entah dimana.

"Jangan marah begitu. Aku hanya ingin mampir." Ujar Demian santai. Nathan hanya diam dengan wajah datarnya. Memilih membuat sarapan bagi dirinya dan sang kakak.

"Kau sadar kan tak ada kesempatan? kenapa masih memaksa?" tanya Demian. Nathan berbalik dan menatap sang kakak. Demian tidak menatapnya melainkan memperhatikan air hujan yang memukul jendela kaca apartemen Nathan.

"Kau akan sakit nanti, Nathan."

"Aku tahu." Lirih Nathan ikut melihat air hujan. Demian tersenyum berusaha mengerti. Dia adalah anak pertama di keluarga nya. Banyak yang mengenalnya sebagai sosok yang ramah dan mudah tersenyum. Dia juga kakak yang baik bagi kedua adiknya. Dia selalu ingin agar adiknya bahagia. Tapi, Demian tetap saja manusia. Dia tidak bisa mengabulkan semua keinginan Nathan dan Daniel.

Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang