Chapter 10

126 21 7
                                    

Ryan menatap Lucian dengan mata berbinar binar. Lucian baru menceritakan mengenai kisah Robin Hood dengan versi yang lebih menarik dan mudah dipahami. Ryan menyukai setiap kata dan intonasi Lucian. Terasa nyata. Terasa seakan Ryan di bawa masuk ke dalam cerita itu. Ryan semakin menghormati Lucian.

"Kak Luci keren sekali!" pekik Ryan kagum. Kedua iris hitam pekatnya berkilauan kagum memandangi Lucian yang hanya tersenyum tipis. Lucian menutup buku di pangkuannya.

"Cerita apa lagi yang kakak tau?" Tanya Ryan penasaran. Lucian nampak berpikir. Di kepalanya dia tengah memilah cerita apa yang kiranya menarik untuk anak ini.

"Hm.. Kau tau kisah tentang Gemini??"

"Hm.. Ah! rasi bintang kembar itu ya?"

"Iya.. Mau tau kisah dibalik nya?"

"Tentu! tentu! bagaimana ceritanya kak?" Tanya Ryan bersemangat seperti anak kecil yang tak sabar di dongengkan ibunya.

"Dengar ya.. Alkisah dahulu kala, Zeus, sang dewa tertinggi di Olympus tertarik pada seorang wanita cantik bernama Leda. Leda adalah istri dari Tynderus, raja Sparta. Zeus yang amat menyukai Leda pun berubah menjadi seekor angsa putih yang membuat Leda terpesona." Lucian mulai bercerita kembali. Ryan terlihat sangat senang mendengar kembali cerita Lucian.

"Ok. Ok. ceritanya cukup sampai disini dulu. Luci butuh banyak istirahat." Sela Peter saat Lucian mulai menceritakan bagian seru dari cerita itu. Saat dimana Castor tewas dalam perang dan Pollux yang jatuh dalam duka atas kematian saudaranya. Ryan mendesah kecewa. Lucian menatap ganas pada Peter. Peter hanya tertawa kaku. terlihat seperti istri yang memarahi suami nya karena mengganggu momen 'Ibu-Anak'

"Kak Luci cepat sembuh ya.. Aku kangen kakak!"

"Tentu.. Terima kasih sudah mau datang Ryan. Aku sangat senang. Lain kali datang lagi ya.."

"Pasti kak! sampai jumpa.." Ryan dengan kelewat semangat keluar dari kamar Lucian bersama pelayan yang bertugas membawakan makan siang untuk Lucian. Lucian tersenyum senang karena kunjungan Ryan. Dia tak menyangka jika Ayahnya mengundang bocah berandal imut itu untuk menghiburnya karena tak bisa ke sekolah kemarin dan hari ini. Ya.. Salahkan dia yang terkena serangan panik. Tapi, ayo lah! itu hanya serangan panik lagi pula. Kan? Kenapa Lucian jadi ragu ya?

"Dia itu berandalan yang sering kau ceritakan?"

"Ya! manis bukan?" Lucian menatap makanan di pangkuannya. Ada sup jagung kesukaannya. Ahh.. ini keberuntungan! sudah lama dia tak memakan sup jagung saat sakit. Peter terkekeh geli melihat sang adik memakan makanannya dengan semangat. Akhirnya Lucian mau makan juga. Sejak kemarin pagi, pemuda itu selalu memuntahkan apa yang dia makan. Pilihan sang Ayah memang tepat. Tapi, kenapa Ayahnya bisa tau jika Lucian suka sup jagung saat sakit? dan dari mana Ayahnya tau soal Ryan? Peter saja baru pertama kali bertemu dengan pemuda imut itu hari ini.

"Pete! besok aku bisa sekolah kan?" Lucian bertanya penuh harap.

"Ya.. Jika kau sudah lebih baik." Peter membereskan buku-buku Lucian yang berserakan di tempat tidur pemuda itu.

"Rose berangkat ke New York hari ini. Dia bilang akan pulang sebulan lagi." Ujar Peter

"Ah.. Benar.."

"Kau terlihat tidak semangat. Kenapa?"

"Tidak.. Hanya.. Aku pasti akan merindukan nya. Dia teman yang baik dan pengertian."

"Ya.. Memang. Habiskan makananmu." Lucian hanya mengangguk.

.
.
.
.

"Lucin!!" pekik Daniel saat melihat sahabat sehidup sematinya itu memasuki ruang kelas. Dia segera memeluk erat tubuh Lucian.

Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang