Chapter 8

319 18 3
                                    

Lucian merengut saat membaca buku nya. Buku yang menceritakan mengenai penyihir di masa lalu. Dimana orang-orang yang dianggap penyihir akan dimusnahkan. Dibinasakan. dihukum atas tuduhan yang tak terbukti. Mereka dibakar hidup-hidup, dipancung, dikuliti, dan berbagai siksaan lainnya lagi bagi yang melawan. Yang menurut akan disiksa seumur hidup mereka, dijadikan budak atau pelacur. Itu jaman yang kejam.

"Ini kejahatan Genosida namanya!" pekik Lucian tak terima. Buku ini mengerikan. Tapi, Lucian penasaran. Jadi, dia terus saja membacanya.

Daniel hanya tertawa kecil lalu mencubit hidung Lucian yang tidur di pangkuannya. Oh.. Dia sedang ada di kamar Lucian. Kedua nya janji mengerjakan tugas namun malah berakhir seperti ini. Ah.. Mana Daniel peduli. Rumus-rumus itu terlalu menyakitkan mata. game lebih menarik. Dan bagi Lucian buku barunya tentang penyihir lebih seru dari pada deretan angka yang sekali lihat saja Lucian sudah tau jawabannya.

"Kau bilang buku itu mengerikan. Kenapa tetap dibaca?"

"Ya karena menarik!! Kak Aldo mengirimkannya untukku. Dan lagi Peter bilang kehidupan di masa lalu itu menarik." Ujar Lucian.

Daniel memutar bola matanya malas. Lucian dan segala keingintahuannya. Semua juga tau jika Lucian itu perpustakaan berjalan. Ensiklopedia terlengkap yang Daniel kenal. Anak itu selalu ingin tau. Buku tak pernah lepas dari tangannya. Bila bacaan ringan bagimu adalah komik tipis atau novel roman, maka Lucian tidak. Buku politik itu bacaan ringan. Buku kedokteran makanan sehari-hari, buku sastra hanya hiburan. Buku itu hidup Lucian. Lucian rela tidak makan jika dia bisa terus membaca dan membaca buku. Anak itu jenius. Tapi, Lucian tak mau mengakuinya. Dia hafal awal mula perang dunia dari pertama hingga ke 2. Dia tahu tanggal-tanggal bersejarah di seluruh dunia, dia hafal nama negara di dunia dan ibukota nya, pemerintahannya, lagu kebangsaan, jumlah penduduk dan banyak lagi. Saat masih SMP anak itu melahap semua ensiklopedia mengenai negara-negara di dunia yang ada di perpustakaan sekolah mereka. Bahkan Lucian menguasasi 18 bahasa di dunia. Inggris tak termasuk. jika ada yang menyebut memori super, rasanya otak Lucian cocok dikatakan seperti itu. Lucian memang pendiam. Namun, dia senang bercerita mengenai buku yang baru dibacanya pada Daniel. Lucian juga suka memekik sendiri jika dia merasa antusias atau jengkel dengan yang dibacanya. Dan Daniel suka itu. Lucian terlihat hidup.

"Kau tau tidak Daniel?" Tanya Lucian antusias. Tanda dia akan mulai bercerita mengenai buku yang baru selesai dibacanya.

"Hm? kenapa?" Daniel memang bukan pecinta buku. Dia bahkan enggan membaca buku jika bukan buku yang menarik atau terpaksa. Tapi, sebisa mungkin dia akan merespon perkataan Lucian. Dia suka Lucian yang mulai bercerita. Dan lagi, karena cerita Lucian, Daniel bisa sekalian belajar tanpa perlu membuka buku dan menatap huruf yang membuat mengantuk itu. Pelajaran yang dibawakan Lucian selalu menarik. Mudah dipahami dan diingat.

"Penyihir di jaman dulu itu sebenarnya hanya orang-orang miskin yang tak punya apa-apa atau suku asing yang tak dianggap disuatu negara. Mereka diperlakukan sangat tidak adil."

"Benarkah? Lalu?"

"Mereka yang dianggap penyihir akan dimusnahkan dengan cara yang kejam. Kenapa orang dulu sangat sadis ya?"

"Ya.. Syukurlah kita tak hidup di jaman seperti itu."

Lucian bangun dan mencium pipi kiri Daniel.

"Aih!! Lucinku makin hari makin manis saja." Ujar Daniel sambil mencubit pipi Lucian pelan. Lucian tersenyum.

"Ehm!" deheman itu membuat Lucian menoleh dan Daniel mendengus kesal.

"Bisa tidak pacarannya dikondisikan? aku sakit mata." Peter berkata ketus. Lucian menata bingung sedang kan Daniel memutar bola matanya malas.

Light and ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang