Yoongi meletakkan kopi di depan Jimin yang sedang melamun, kemudian mengambil posisi tepat di samping Jimin yang terlihat frustrasi.
"Mengingat kenangan buruk menghambat sebuah kebahagiaan, aku menyetujui ucapan Jungkook." Yoongi menghela napas panjang, kemudian menatap ke arah luar yang ramai.
"Jungkook mulai melupakan tentang Taehyung, apa kau masih mau meminta Jungkook menemui Taehyung?" Jimin menatap Yoongi kemudian mengangkat bahunya.
"Taehyung tidak pantas mendapatkan kebaikan dari Jungkook ... ada yang salah dengan psikisnya dan itu tidak baik untuk Jungkook, lagipula bukankah dia yang membuat keluarga kalian menjadi kesulitan?"
Yoongi menghela napas panjang mendengar kalimat Jimin yang terdengar putus asa.
"Jungkook mau membantu, aku juga ingin membantu Taehyung bertemu Jungkook dan membiarkan Jungkook mengatakan hal yang ingin dia katakan." Jimin menghela napas panjang, kemudian menatap Yoongi yang juga tengah menatapnya.
"Kenapa kau menawarkan hal ini lagi kepadaku?"
"Mungkin keluarga Taehyung sudah membuat kami mengalami kesulitan, namun kami sudah memaafkan dengan cara melupakannya. Memaafkan akan membuang kenangan buruk tentang itu dan itulah cara kami bahagia selama ini, melupakan kenangan pahit di Busan dan tetap hidup seperti keluarga bahagia, seolah tujuh tahun yang lalu tidak terjadi apapun."
"Apa kau bisa menjaminnya?"
"Tidak. Tapi, dendam hanya akan menghambat kebahagiaan dan ketenangan kami, ayah dan ibu memutuskan untuk berdamai saja dan memintaku mengatakan hal ini kepadamu."
"Semudah itu?"
"Karena kami tersiksa saat menjadi pendendam."
Jimin menghembuskan napas panjang kemudian menyenderkan tubuhnya di kursi dan menatap ke arah luar.
"Paman Taejoo menyerah dan membawa Taehyung ke luar negeri beberapa jam yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembrance [COMPLETE]
FanfictionKehilangan yang paling menyakitkan adalah saat orang yang kau sayangi berada tepat di depanmu dan melupakan semua tentangmu. Remembrance.