Jungkook meringkuk ketakutan saat Taehyung kembali membentaknya. Dia tidak mengerti, dia tidak merasa mengenal sosok di depannya namun sosok di depannya terus membentaknya dan mengatakan hal yang tidak masuk akal. Sehingga kini hanya nama Yoongi yang dia lafalkan.
"Kak Yoongi, Jungkook takut." Suara Jungkook bahkan lirih, namun mengundang jeritan emosi dari Taehyung.
"Tidak ada Yoongi! Aku kakakmu, kak Taehyung!" Jungkook menggeleng, menolak penegasan memori itu kuat-kuat.
Meskipun ingatannya tidak panjang, namun hati Jungkook yakin bahwa Taehyung bukan kakaknya, bukan sosok yang mengalungkan liontin indah di lehernya.
Kim Taehyung bingung, dia tidak pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini.
Dia pikir dengan kondisi Jungkook yang memiliki ingatan buruk akan menguntungkannya, Jungkook akan mendapat ingatan baru dan membuang ingatan lama.
Namun sayang, realita tidak berbicara seperti itu. Alih-alih Jungkook mengingatnya sebagai sosok kakak menyenangkan, Jungkook lebih sering mengingat memori tentang liontin di lehernya. Ingatan Jungkook random, tidak beraturan.
Ada saatnya Jungkook mengingat Taehyung sebagai kakak yang baik, namun ada juga kesempatan di mana Jungkook mengingat bahwa hanya Yoongi yang menjadi kakaknya.
Namun ada juga suatu waktu di mana Jungkook tidak mengingat apapun dan siapapun.
Kim Taehyung kemudian mendekat kepada Jungkook, mengguncangkan bahu Jungkook kuat-kuat.
"Lihat aku, lihat dengan benar dan tanamkan dalam memori terdalammu, aku kim Taehyung dan kau kim Jungkook, tidak ada Kak Yoongi dan Jeon Jungkook."
Kim Taehyung tidak akan menyerah begitu saja, dia akan terus menanamkan memori itu kepada Jungkook.
Kim Taehyung hanya ingin Jungkook menjadi adiknya, tidak lebih. Jungkook menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dia tahu ingatannya bermasalah, namun hatinya tidak akan salah.
Hati dan jantungnya menyimpan ingatan lebih banyak dan lebih kuat, Jungkook tidak mengandalkan otaknya yang eror untuk mengingat.
Kim Taehyung menatap Jungkook dengan tatapan penuh obsesi, tidak ada cinta atau ketulusan yang terpancar kecuali ambisi yang membara.
"Aku tahu, ingatanku bahkan lebih buruk dari ikan koi. Tapi hatiku tidak pernah salah, kau bukan kakakku dan kakakku hanya Kak Yoongi, ayahku Jeon Junghyun dan ibuku Kim Hanna ...." Kalimat itu tentu membuat Taehyung kembali menjerit marah.
"Tidak! Kau salah! Kau adikku, hanya menjadi adikku! Hatimu salah! Kau salah!" Jungkook kembali meringsut, dia menyesalkan kebodohannya yang memilih menjauh dari keluarganya, dia tidak tahu kalau dia akan mendapat mimpi buruk ini.
"Kau gila! Kau orang gila!" Jungkook memekik keras, mendorong Taehyung kuat-kuat.
Dia ingin kembali, dia ingin pulang ke seoul, dia ingin merasakan pelukan ibu dan ayahnya, dia ingin mengganggu kegiatan Yoongi.
Dia bahkan tidak peduli jika harus mendapat tatapan iba setiap hari.
Jungkook menangis hebat, dia rindu rumah, dia ingin pulang, dia tidak mau hidup bersama Taehyung yang selalu memaksakan kehendak.
Taehyung ingin mendekat, namun belum Taehyung melangkah Jungkook sudah menjerit memintanya menjauh, itu membuat Taehyung sedih, dia tidak pernah bermaksud menjadi mengerikan dan membuat Jungkook takut.
Hingga suara ketukan pintu membuat atensi Taehyung beralih dan suara ayahnya berhasil membuatnya mendekat ke arah pintu dan membukanya.
"Tae, waktunya makan malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembrance [COMPLETE]
FanfictionKehilangan yang paling menyakitkan adalah saat orang yang kau sayangi berada tepat di depanmu dan melupakan semua tentangmu. Remembrance.