Malam itu Yoongi tidak bisa tidur, dia masih terjaga demi memastikan bahwa Jungkook tetap berada dalam dekapannya, tetap menjadi adiknya. Yoongi kemudian menatap lekat wajah Jungkook yang masih terlelap tenang di dekapannya kemudian menghela napas panjang sembari memainkan surai hitam Jungkook yang terasa lembut di tangannya.
Yoongi kembali mengingat saat-saat di mana dia harus menghadapi Jungkook yang memiliki memori acak, yang terkadang takut kepadanya dan terkadang sangat manja kepadanya.
Yoongi kembali mengingat saat-saat di mana Jungkook mengganggunya saat belajar, atau menyambutnya dengan riang setelah dia pulang dari sekolah atau kuliah.
Yoongi tersenyum kecil, lantas semakin membawa Jungkook dalam dekapannya, memejamkan matanya dan percaya bahwa Jungkook tetap akan menjadi adiknya.
Yoongi sudah berjanji bahwa dia akan merawat Jungkook penuh cinta, tidak peduli berapa kali Jungkook melupakannya, tidak peduli seberapa sering Jungkook meminta bantuan karena lupa cara menggunakan sendok, dan Yoongi tidak peduli seberapa sering Jungkook tidur di kamarnya.
Yoongi hanya ingin Jungkook tetap bersamanya. Yoongi mulai jatuh terlelap, mengabaikan ponselnya yang menyala dan menampilkan deretan angka tanpa nama. Yoongi, masihlah manusia.
___
"Kau tahu tidak, baru kali ini aku menyesal sudah menolong seseorang."
Yoongi menghentikan langkahnya saat melihat Jimin sudah menghadang langkahnya.
"Apa maksudmu?" Jimin menghela napas panjang, enggan menjawab pertanyaan Yoongi kemudian memilih berlutut di depan Yoongi.
"Kumohon, bawalah Jungkook ke Busan, Taehyung sakit parah dan dia sekarang berada di rumah sakit. Dokter bilang, kankernya sudah menyebar dan mungkin Taehyung tidak akan bertahan lama, tidakkah kau iba dengan keadaan Taehyung? Bisakah Jungkook berada di sisi Taehyung, setidaknya setelah Taehyung meninggal hanya tersisa kau di ingatannya."
Yoongi tertegun kemudian menghela napas panjang.
"Jimin-ssi, bisakah aku meminta persyaratan?" Yoongi menatap Jimin, menyamakan posisinya dengan Jimin yang masih berlutut.
"Busan terlalu menyakitkan untuk kami, bisakah di Seoul saja?" Jimin menatap Yoongi lamat-lamat, mencoba memastikan bahwa ucapan Yoongi benar-benar serius.
"Kau serius?" Yoongi mengangguk menanggapi pertanyaan Jimin kemudian menghela napas panjang.
"Aku hanya tidak ingin kau menyesal sudah menolong kami, penyesalan itu menyakitkan."
Yoongi adalah salah satu manusia yang memiliki sisi positif dan negatif sekaligus dalam pandangan hidupnya, Yoongi mungkin berpikir bahwa Jungkook hanyalah untuknya, adiknya dan selamanya akan seperti itu.
Namun, Yoongi juga tidak ingin menutup mata, bahwa mungkin seseorang membutuhkan Jungkook di sisinya, sama seperti dirinya yang membutuhkan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remembrance [COMPLETE]
FanficKehilangan yang paling menyakitkan adalah saat orang yang kau sayangi berada tepat di depanmu dan melupakan semua tentangmu. Remembrance.