Suasana Taman kompleks sore ini tampak sedang ramai. Beberapa anak kecil sedang asyik bermain dengan di temani oleh Pembantu atau Baby Sitternya.
Safa duduk di salah satu bangku taman yang terletak di bawah pohon. Sedikit berada di ujung pojok taman. Telinganya terpasang earphone berwarna Biru yang di sambungkan pada HP nya. Sesekali bibirnya mengikuti lirik lagu yang sedang di putar nya.
Pandangannya lurus ke depan, dengan pikiran sedikit menerawang, Sampai gadis itu menyadari bahwa ada seseorang yang juga duduk di sebelahnya.
"Hanny?" Safa melepaskan earphone nya, dan duduk menghadap perempuan di sebelahnya.
"Lagi ngapain disini sendirian?" tanya Hanny berbasa-basi.
"Nggak ada. Gue bosen aja di rumah. Lo sendiri?"
"Lagi Jalan-jalan aja. Trus ngeliat lo disini. Jadi gue samperin."
......
"Hm, Han. Gue boleh tanya sesuatu?"
Hanny tersenyum, "Alan?"
Safa hanya mengangguk malu. Ia sebenarnya takut untuk menanyakan hal ini. Karna sebenarnya juga bukan urusannya. Tetapi, Safa benar-benar ingin tau.
"Lebih tepatnya tentang nyokap nya."
"Kenapa?"
"Ehm, Waktu itu gue ketemu sama Mamanya Alan. Tante Hana. Tapi, kenapa waktu gue bilang tentang lo, dia kaya agak nggak kenal gitu."
"Oh." Ada jeda sebentar sebelum Hanny melanjutkan ucapannya, "Sebenernya, tante Hana bukan nyokap kandungnya Alan. Mamanya meninggal karena sakit beberapa tahun yang lalu. Namanya tante Asyifa. Dia baik banget, cantik lagi. Gue juga nganggep dia kaya nyokap gue sendiri. Sampai di akhir hidupnya.."
"Alan, nanti kalo Mama udah nggak ada, kamu jangan nyusahin Papa yaa nak." Asy mengelus lembut rambut anaknya.
"Nggak, Ma. Mama pasti sembuh. Mama nggak boleh bilang gitu."
"Sayang, waktu Mama udah nggak lama lagi, kamu harus nurut apa kata Papa yaa."
"Ma, kalo Mama pergi, siapa yang jagain Alan nanti, siapa yang bikinin makanan kesukaan Alan, siapa yang bakal nasehatin Alan, siapa yang bakal Alan peluk. Maaa.." Alan memeluk erat Mamanya. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya lolos dari pelupuk matanya.
"Sssttt. Kan ada Papa."
Kini Pandangan Asy beralih pada lelaki yang sangat ia cintai. Laki-laki yang sudah menemaninya sejak belasan tahun, "Mas."
"Kenapa sayang? Ada yang sakit?"
Asy menggeleng lemah, "Aku boleh minta sesuatu? Mungkin ini permintaan terakhir aku."
"Kamu mau apa?"
"Aku mau... Kalo nanti aku udah nggak ada. Kamu menikah yaa sama Hana, Adikku. Dia pasti bisa jadi Istri dan Ibu yang baik buat Kamu dan Alan."
"Asy----"
"Aku.. Mohon.. Mas."
"Tapi-----"
"Sekali ini mas. Ini permohonanku yang terakhir. Aku pasti seneng banget kalo kamu mau lakuin itu."
Bagas hanya diam, menatap istrinya lekat-lekat. Lelaki itu tak percaya dengan apa yang baru saha di katakan istrinya. Alan, pemuda itu juga sama tak percayanya. Ia tidak mau posisi Mamanya digantikan. Sekalipun dengan tantenya sendiri. Dia tak rela, bahkan tak pernah rela.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ALFCHAS" [Completed]
Teen Fiction[COMPLETED] "Gimana rasanya mencintai seseorang dalam diam? Bertahan untuk tidak mengungkapkan, dan bahkan tidak memiliki hak untuk cemburu." - Chasafa "Di saat aku baru menyadari semua, aku berharap semesta memberikanku kesempatan kedua." - Alfian ...