Sinar matahari telah masuk ke dalam kamar milik gadis manis ini, melalui celah gorden yang sudah dibuka. Namun, gadis itu masih belum beranjak dari kasur kesayangannya. Selimut masih menutupi tubuhnya, hingga sampai dagunya. Matanya masih terpejam.
"Loh, Cha, kamu kok belum bangun sayang? Udah jam 6 loh. Biasanya kamu udah bangun daritadi."
Safa membuka matanya yang terasa berat, "Ma, Chaca nggak masuk yaa hari ini."
"Loh kenapa? Kamu sakit?" Dira memegang kening putri cantiknya.
Panas. "Yaampun, badan kamu panas banget, Cha. Yaudah kamu nggak udah masuk, nanti surat izinnya biat kak Indra yang anter. Kamu istirahat aja, nanti kita pergi ke dokter. Kamu mau makan apa sekarang? Biar mama bikinin.""Mah, Chaca nggak apa-apa kok. Nggak usah ke dokter juga. Chaca cuma butuh istirahat sehari aja sama minum obat. Nanti pasti juga mendingan."
"Yaudah, Mama bikinin sarapan dulu yaa. Kamu istirahat."
Safa mengangguk, kemudian memejamkan matanya kembali-- bukan tidur, pikirannya mulai kembali terusik.
Sejak semalam, pikiran gadis itu masih tertuju pada Alan. Laki-laki yang sudah membuatnya merasa seperti ini. Tunggu, ini bukan salahnya, itu salah Safa sendiri yang selalu berharap pada laki-laki itu. Nyatanya keajaiban itu tidak ada.
Sebenarnya, ia juga belum ingin dan belum siap bertemu dengan Alan dan Gea hari ini. Memikirkannya saja sudah membuatnya kepala terasa semakin berat.
Alan pasti seneng banget, cewek yang sejak dulu disukai, sekarang bakalan jadi jodohnya. Mereka pasangan yang serasi ya, gue jauh nggak ada apa-apanya.
Safa tersenyum kecut. Tanpa sadar, sebutir air matanya telah jatuh bebas dari pelupuk matanya. Safar mencoba menghapusnya, namun air mata yang kain ikut berjatuhan, dan sekarang air mata itu berubah menjadi isakan. Sebisa mungkin Safa mencoba mengalihkan pikirannya, agar Mamanya tidak khawatir.
Kemudian tangannya terulur mengambil Hp di atas nakas dan membuka aplikasi chat.
Chasfndr_ : Gue nggak masuk hari ini. Suratnya ntar di anter kak Indra.
Vanialars : Lo sakit?
Chasfndr_ : Iyaa, tapi nggapapa. Cuma demam biasa.
Vanialars : Gue tau kok perasaan lo. Pulang sekolah gue kerumah lo yaa.
Chasfndr_ : Terserah lo aja, tapi boleh gue minta tolong?
Vanialars : Gue tau, gue ngga bakal ngajak Gea dulu. Gue tau perasaan lo gimana.
Chasfndr_ : Thankyou yaa Van. Lo emang sahabat gue yang paling ngertiin gue.
Vanialars : Sama-sama, Lo istirahat gih. Udah mau bel disini. Bye!
Safa menonaktifkan ponselnya dan meletakkannya kembali di
atas nakas. Ia tidak mau diganggu siapun UNTUK HARI INI SAJA.
@@@
Hingga jam istirahat kedua ini, Igo tidak melihat gadis yang disukainya. Ia telah mencari hampir ke seluruh penjuru sekolah. Biasanya saat istirahat mereka selalu bertemu di kantin, atau bisa juga di taman belakang sekolah, tempat favorit Safa.
"Safa kemana sih, Hp nya juga ngga aktif" Igo duduk di salah satu kursi yang berada di taman belakang sekolah. Matanya meneliti satu persatu murid yang juga sedang berada di sana.
Nihil. Gadis itu juga tidak ada.
Igo berdiri dari kursinya, kemudian berjalan menuju kelas Safa. Jarang sekali ia kesana. Karena malas jika harus bertemu dengan Alan, di tambah lagi ada Gea—mantannya. Tapi sepertinya kali ini, ia memang harus kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ALFCHAS" [Completed]
Teen Fiction[COMPLETED] "Gimana rasanya mencintai seseorang dalam diam? Bertahan untuk tidak mengungkapkan, dan bahkan tidak memiliki hak untuk cemburu." - Chasafa "Di saat aku baru menyadari semua, aku berharap semesta memberikanku kesempatan kedua." - Alfian ...