"Jongdae.. Aku pulang duluan.. Sudah tidak ada kelas.." Seokjin menghampiri Jongdae yang sedang makan siang di kantin..
Jongdae tidak sendirian...
Ada seorang laki-laki tampan yang menemaninya..
"Ouw.. Aku mengganggu?" Seokjin melipat kedua tangannya didepan dada..
Pantas saja Jongdae tidak menjemputnya ke kelas tadi..
Sedang pendekatan toh..
"Eoh? Kau tidak makan dulu?" sepotong roti lapis yang hendak mendarat didalam mulut terpaksa berhenti melandas..
Mengambang di udara..
"Kukira kau tidak mau makan siang denganku.." melirik kasar pada pemuda yang duduk disebelah kanan Jongdae.. "Kau 'kan sudah punya teman baru.." berbalik, Seokjin melangkah pergi meninggalkan kantin..
Jongdae masih mematung ditempatnya..
Fix..
Seokjin sedang dalam mood yang sangat-sangat tidak baik hari ini..
"Ma.. Maafkan aku.. Kalau saja aku tadi tidak memaksamu untuk mengantarku ke kantin temanmu tidak akan marah seperti itu.. Sekali lagi.. Maafkan aku.." Jongdae meletakkan kembali roti lapisnya kedalam kotak bekalnya..
Beralih pada pemuda disebelahnya..
"Baekhyunie.. Tak apa.. Kau 'kan baru disini, dan aku satu-satunya teman yang kau punya, sudah sepantasnya aku mengantarmu.. A.. Aku harus menemui Seokjin dulu.. Mungkin sesuatu terjadi dan membuat situasi harinya sedang tidak bagus saat inu. Sebentar.." Jongdae bangkit dari duduknya..
Berlari kecil mengejar Seokjin yang sudah tidak terlihat..
"Apa itu bottomnya Jongdae? Aku kira Jongdae itu bottom.. Sayang sekali.. Padahal Jongdae sangat manis.."
*
*
*"Seokjin.. Yaa.. Tunggu aku.. Dasar keledai dungu.."
"Yaa.. Siapa yang kau bilang dungu hah?" Seokjin berhenti berjalan..
Memutar tubuh, menghadap pada Jongdae..
Jongdae ikut berhenti berlari..
"Kau... Ada apa denganmu? Kau bersikap aneh seharian ini.." Seokjin mengusap wajahnya lembut..
Jongdae tau, sahabatnya ini sedang dalam masalah..
"Jangan tanyakan sekarang.. Kumohon.." Seokjin berbisik..
Suaranya bergetar hampir menangis..
Jongdae menatapnya khawatir..
"S.. Seokjin.. Baiklah.. Kita bicarakan besok saja.. Atau nanti malam? Aku akan ke rumahmu nanti malam.. Yaa?" mengelus pundak kiri Seokjin..
Seokjin tersenyum lalu mengangguk..
"Terimakasih Jongdae.. Akan aku kabari jika semuanya sudah baik-baik saja.." Seokjin menahan air matanya yang bisa meluncur kapanpun..
Hati kecilnya sedang menjerit keras saat ini..
Ia sangat ingin menangis..
Tapi ditahan..
Mada ada top sejati yang menangis meraung-raung di koridor kampus?
"Ya sudah.. Kau pulang naik apa?" Jongdae menurunkan suaranya..
Kasihan melihat Seokjin yang seperti ini..
"Mungkin naik bus? Atau taxi.. Aku pulang ya.. Namjoon hyung pasti sudah menungguku.." Seokjin kembali berbalik..
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bottom (MinJin) √Bottom Seokjin {END}
Fiksi PenggemarKawasan bebas anak kecil.. Maaf bagi yang belum cukup umur, diharapkan untuk tidak mengintip story ini.. Terimakasih.. Park Jimin, pemuda mungil berwajah imut, berhati lembut, berjiwa malaikat maut.. Kim Seokjin, pemuda manis berperawakan kokoh...