chapter 2: birthday gift (part 2)

317 4 1
                                    

When I met you in the summer

To my heartbeat sound

We fell in love

As the leaves turned brown

And we could be together baby

As long as skies are blue

You act so innocent now

But you lied so soon

When I met you in the summer

Kim meronta dari tidurnya. Lagu Summer milik Calvin Harris seakan menggema di telinganya. Menambah beban kepalanya yang memang sudah berat. Kedua matanya yang masih lengket mulai terbuka. Pusing dan migrain pun langsung menghantam kepalanya tidak tanggung-tanggung. Aneh. Padahal semalam ia tidak meminum terlalu banyak alkohol. Paling hanya dua sampai tiga gelas.

"Aawh... shit." Kim mengaduh. Satu tangannya memegang kepalanya. Sedangkan tangannya yang lain mencoba menggapai iPhone-nya yang bergemul dengan bed cover--entah berada dimana.

"Ugh... dimanakah kau hp bodoh? Calvin, kau sangat mengganggu. Aku bersumpah akan mengganti lagumu nanti!" Gumam Kim kesal.

Setelah cewek itu mendapatkan iPhone-nya, ia langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa peneleponnya.

"Halo!?" Sapa Kim yang lebih terdengar seperti sentakan.

"Kimmy, ini Dad."

Hening. Kim menjauhkan iPhone-nya untuk melihat nama penelepon. Keningnya berkerut. Tanpa nama. Oh, tentu saja. Kim sudah menghapus nomor kedua orangtuanya dari daftar kontak.

"Dad...?" Panggil Kim, memastikan bahwa orang yang sedang meneleponnya saat ini memang Dad-nya.

"Ya, Kimmy. Ini Dad."

Dengan sigap, Kim langsung duduk dari tidurnya. Kedua matanya melek lebar. Sesaat ia lupa bahwa kepalanya sedang diserang migrain hebat.

"Dad? Wh-" Kim tak mampu melanjutkan kalimatnya. Ia terlalu kaget. Setelah setengah tahun kedua orangtuanya menghilang secara mendadak dan misterius, tanpa jejak, tanpa memberi tahu atau memberi pesan dahulu pada Kim. Dan seakarang tiba-tiba saja Dad meneleponnya. What the hell?!?!

"Kimmy, Dad mau kamu turun dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi. Kamu tahu kan lukisan bunga yang berada di dekat westafel? Nah kamu copot lukisan itu dari-"

"Whoa... whoa... wait! Dad ngomong apa sih? Kamar mandi, lukisan. Aku baru saja bangun, Dad. Dan... dan... Dad juga belum menjelaskan padaku apa... maksudku kenapa... ugh, kemana Dad dan Mom pergi!? Oh gosh, kalian sudah meninggalkanku enam bulan. ENAM BULAN. Tanpa surat, tanpa pesan, tanpa kabar. Aku sudah mencari kalian kemana-mana tapi kalian menghilang seperti kabut. Tanpa jejak. Apa sih yang kalian pikirkan? Apa kalian sudah tak ingin memiliki anak lagi? Apa kalian sudah tidak sayang lagi padaku? Apa kalian benci padaku? Just say it, Dad! Aku gak suka berbelat-belit." Cerocos Kim dalam satu tarikan napas.

Terdengar hembusan napas berat Dad di seberang. "Honey, listen. Maafkan kami yang meninggalkan kamu tiba-tiba. Ceritanya sangat rumit. Dad tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Karena kamu akan kehabisan waktu. Coba kamu keluar kamar. Berjalanlah dengan hati-hati dan tanpa suara menuju jendela yang mengarah ke halaman depan."

Ucapan pelan namun tegas Dad membuat Kim menurutinya. Nada suara Dad yang begitu serius membuat Kim agak merinding. Belum pernah sebelumnya dia mendengar Dad berbicara padanya seserius ini. Apalagi saat mendengar kata-kata Dad tadi yang mengatakan bahwa Kim sudah kehabisan waktu. Apa maksud dari perkataan Dad itu?

Lanner's SecretWhere stories live. Discover now