Mau nanya dong.
Kalian mengvisualisasikan siapa nih buat Revan sama Rona?***
Enjoy yaa!!!!
Waktunya makan siang. Setelah pertemuan dengan Revan tadi pagi rasanya perut dan jantungku berkerja sama. Yang satu berdetak kencang karna timbul rasa aneh yang mengalir cepat, yang satu meronta marah karna cacing-cacing sudah berdemo. Aku memutuskan untuk pulang kerumah Oma karna sudah waktunya untuk makan siang. Saat sampai dirumah Oma aku melihat Teh Desy sibuk melipat jilbab jualannya yang akan ia beri label. Sedangkan Cecil ia pasti belum pulang sekolah.
"Tadi kemana aja kamu, Ron?" Tanya Teh Desy disela-sela kegiatannya.
Aku menarik kursi meja makan dan duduk sambil meletakan segelas air putih. "Keliling komplek aja, Teh. Ketemu sama Revan juga tadi,"
"Wah, panjang umur baru aja diomongin kemarin udah ketemu aja." Oma yang sibuk didapur menguping pembicaraanku dengan Teh Desy. Aku hanya terkekeh kecil. Aduh, setiap membicarakan Revan aku merasakan degdegan yang luar biasa. Padahal aku berulang kali menepis rasa degdegan itu. Tapi setiap kali aku melamun sedikit saja, bayangan Revan yang tengah terkekeh tadi lewat begitu saja di pikiranku. Membayangkan Revan membuatku tersenyenyum kecil.
Tiba-tiba jentikan jari membuyarkan lamunanku. "Hayo, ngelamunin yang nggak-nggak ya?" Ucap Teh Desy sambil tertawa. Aku cemberut.
Memikirkan Revan bukan sesuatu yang nggak-nggak kan?
"Oma, Rona ikut ya ke acara pengajian nanti sore."
***
Sudah 2 jam aku berkutat didepan kaca rias kamar Cecil. Tadi aku meminjam gamis Teh Desy dan sekalian jilbabnya. Aku berusaha membuat jilbabku rapi sedari tadi tapi nihil. Susah banget sih mau narik perhatian dia doang!
Aku tidak terbiasa dengan jilbab. Apalagi jarum-jarum yang jika salah sedikit saja akan mengenai kepala atau tidak leherku. Ketukan pintu dikamar Cecil membuat aku beranjak dan membukakan pintu. Disana sudah berdiri Teh Desy menggunakan gamis hijau daun dengan khimar panjang. Ia mengerutkan alis saat melihatku yang belum siap juga. "Kirain Teteh kamu udah siap,"
"Gimana mau siap Teh, liat deh pashminanya. Ga bisa diatur gini," kesalku.
Teh Desy menghelas nafas pelan dan mengikutiku duduk di meja rias. "Kalau masih pemula pakai yang simple aja dulu, Ron."
"Kalau pakai pashmina itu cantik, Teh. Rona kan juga mau cantik didepan-
"Revan?" Teh Desy terkekeh. Aku menundukan wajahku malu. Sebenarnya ada benarnya juga sih. Namun, Teh Desy malah keluar sambil membawa pashminaku. Ih, nyebelin banget sih. Aku berulang kali meneriakin Teh Desy. Tapi, tak lama kemudian Teh Desy kembali membawakan khimar yang sama sepertinya. Jilbab lebar itu kini dipasangkan kekepalaku. Namun sebelumnya Teh Desy memasangkan alas jilbab dan merapikan rambutku yang telah banyak keluar.
Ia menolehkan kepalaku kekaca dan sedikit membenarkan sela-sela kerudung di pipiku. "Nah, inikan rapi." Aku tersenyum lebar. Rasanya aku malu sekali ingin berniat cantik dengan menggunakan pashmina tapi ternyata yang simple saja bisa membuatku lebih cantik.
"Teh, aku jadi pengen pakai jilbab kalau cantik gini terus." Ucapku yang langsung membuat Teh Desy menyipitkan matanya. "Karna cantik doang?" Pertanyaan menjebak.
"Akhlaknya juga di cantikin dong. Karna keindahan fisik hanya akan membuat kamu dicintai sementara, sedangkan keindahan akhlak akan membuatmu dicintai selamanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/158690839-288-k135425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECUIL
RandomSecoret cerita untuk hati dilema. First, u read it. Second, u feel it. Third, u voted it. And Last, u share it. [DIDALAM SATU WATTY BANYAK PERASAAN YANG TEROMBANG-AMBING] .kumpulan-cerpen. *** #38 teens On wattpad [11/09/18]