Karnamu atau KarnaNya? ; 4

34 7 0
                                        

Haiiiii yang mampir ke sini jangan cuma read doang tapi ga divoted dundsee cynn. Nanti kena karma di read doang chatnya sama gebetan lhoo. Hmz cucok.

***

Enjoy yes!

"Cecil bawain sini kak tasnya," aku memukul pelan bahu Cecil yang berniat membantuku mengangkat tas. "Dih, apaan sih di toyor-toyor" ucapnya kesal.

Sekarang aku sudah ada di Bandar Udara International Supadio. Berusaha menerima kenyataan bahwa aku akan kembali ke Jakarta, kota metropolitan dan tidak akan bertemu dengan Revan. Haha, Revan lagi. Ia tau bahwa aku akan pulang ke Jakarta hari ini, jadi ia menyempatkan untuk singgah ke PSP kemarin saat pulang dari alun-alun kapuas. Katanya oleh-oleh supaya ingat Pontianak terus.

"Maaf saya cuma bisa kasih gantungan ini, buat kenang-kenangan kamu pernah ke Pontianak. Walaupun kata orang minum air kapuas aja supaya balik lagi kesini,"

Setelah itu disambung dengan Raja yang menyanyikan lagu yang kira-kira begini liriknya. Sungai kapuas punye cerite, bile kite minom aeknye. Biar pon pergi jaoh kemane, sunggoh susah nak ngelupakannye. Heee, kapuas.

Ya kira-kira begitulah.

Sebenarnya aku sudah tak sabar kembali ke Jakarta. Tapi rasanya berat mau meninggalkan Pontianak dengan segala deg degan yang kerap kali menimpaku. Apalagi aku banyak mendapatkan teman baru serta beberapa hal yang tidak aku ketahui selama ini membuatku menjadi tau. Asal kalian tau baju-baju yang aku bawa dari Jakarta hanya sehelai duahelai yang aku kenakan. Sisanya aku meminjam gamis atau tunik Teh Desy. Karna sampai aku menginjakan kaki di Jakarta nanti aku akan tetap menggunakan jilbab.

Seseorang menyenggolku dan membuyarkan lamunan singkatku tadi. "Udah dipanggil buat masuk tuh," Teh Desy memunjuk pintu keberangkatan dan aku tersenyum manis. "Makasih ya Teh atas segalanya yang udah Teteh kasi ke aku." Ucapku tulus.

"Gaperlu terima kasih," ia mengelus pundakku.

"Nanti jilbabnya Rona beliin yang baru ya, bilang aja Teteh mau warna apa. Nanti Rona kirim dari Jakarta," Teteh tertawa dan memelukku hangat. Aku jadi tak tega meninggalkan Teh Desy. Setelah lama berpelukan aku beranjak memeluk adikku yang akan lama lagi aku tinggalkan.

Cecil menangis saat berpelukan denganku. Itu membuat aku juga ikut menangis di pundaknya. "Bakal rindu banget sama kakak. Ketemunya setaun sekali doang," ucapnya disela-sela tangisan. Menurutku Cecil adalah adik kecilku yang cerewet tapi karna kecerewatannya jugalah aku berubah seperti sekarang ini. Siapa lagi yang akan membangunkanku sholat subuh kalau bukan ia. Uh, Cecilku.

Sebenarnya aku benci bandara. Karna tempat ini adalah tempat perpisahan paling menyesakan. Mangkanya rata-rata film Indonesia memilih ending dengan salah satu dari pemeran utama akan pergi ke bandara karna akan pergi jauh. Setelah itu akan ada adegan dramatis seseorang terlambat datang karna si pemeran utama sudah masuk kedalam. Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum. Membayangkan tiba-tiba Revan datang sambil berlari dramatis bagaikan film-film kemudian akan mengucapkan sepatah dua patah sebelum perpisahan kami.

Ngimpi terus, Rona. Lo kira idup lo novel apa? Atau lo pikir idup lo ini film?

Aku berusaha menepis pikiranku yang telah berselancar jauh. Setelah berpamitan kepada semuanya tiba-tiba Cecil kembali mendekat kearahku. "Surat yang diatas meja udah Cecil kasi kak,"

Surat?

Surat?

APA SURATTTT?!!!!!

"Cecil!!!! Kenapa diambil itukan ga perlu dikasih. Cuma buat kakak doangg,"

SECUILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang