01 : 58 ; 1

44 6 0
                                    

Enjoy yaa!!

2013

Aku mengeram kesal sore ini. Bagaimana tidak kesal? Disaat orang yang baru pulang sekolah masih memakai seragam Sekolah Menengah Pertama dan membaringkan tubuhnya diranjang untuk istirahat, tiba-tiba ada saja penganggu. Baru saja aku ingin memejamkan mataku untuk beristirahat, sosok alien yang selalu mengangguku tidak hanya disekolah melainkan dirumah berteriak tak jelas diluar. Ia bernyayi! Suaranya yang pas-pasan itu membuat aku menutup telinga karena merasa terganggu. Bukannya berhenti untuk bernyanyi, ia malah memukul-mukul baskom sebagai nada pengiring.

Dia adalah Aldinan Prasetyo. Aku memanggilnya Aldi Si Alien. Ia adalah penggangu, psikopat, gila, dan banyak lagi sumpah serapahku buatnya. Terkutuklah dia karna selalu menggangguku. Tapi tetap saja, walau aku sudah menyumpahkannya dengan apapun dia tetap tidan pernah kapok untuk menggangguku. Sialnya lagi, kami satu sekolah. SMP Budi Permana, sekolah yang menurutku dulu bisa memisah dari Aldi tapi dengan konyolnya bundaku berkata kepada Aldi agar masuk sekolah yang sama denganku agar jika pulang barengan.

Alasan macam apa itu?

Aku sudah besar bunda!!

Dengan kemurkaanku, aku memakai sendal berkepala kelinci keluar menuju balkon dan menemukan sosok Alien berparas tampan. Ralat, berparas Adudu--musuh boboiboy-- sedang memukul baskom hingga menyanyikan lagu yang sedang populer.

"Oh senangnya dalam hati, bila beristri dua."

Aku mengerutkan dahi. Selera lagu Aldi seperti ini ternyata. Aldi masih setia dengan baskom bulat berwarna coklat. Ia menepuk baskom tak beraturan, bukannya membuat merdu malah membuat pusing. "Woi, orkes dangdut gak disini" pekikku yang berhasil membuat Aldi menghentikan pukulannya dibaskom. Aldi mèlihatku datar, setelah itu ia meletakan baskomnya dan menuju kearahku.

"Hai cewek," ucapnya sambil menaik turunkan alisnya. Sungguh, aku jijik!

Aku mengeryit dan bersiap melempar sendal rumahanku, "Lu gitu lagi, nih kepala kelinci nancap diidung lu ya di" omelku kepadanya. Dan lihat! Bukannya merasa bersalah, ia malah memonyong-monyongkan bibirnya seperti ingin menciumku walau kami terpisahkan oleh balkon kamar. "Eh tuh mulut ngapain begitu?" Aku mengeryitkan dahi makin dalam. Tapi dia malah makin memonyongkan bibirnya.

"Berisik amat sih cantik, Aa' cium nih dari jauh"

Gedebug.

Sendal berwarna abu-abu dengan kepala kelinci itu mendarat mulus dibibir Aldi yang sedang monyong. "Mampus!"

-o-

Entah dimana, dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Akankah di--

"LALATTTTTT!!!!! Maen yokkk!!!"

Aku menghentikan petikan gitarku saat mendengar suara Aldi diluar. Aku meletakan gitarku disisi kiri meja belajar dan membuka pintu balkon. Didepanku sudah ada Aldi dengan kaus berwarna putih dan celana pendek. Ia memegang sebuah tumpukan kartu dan satu pasang sendal kelinci. Ya itu sendalku!

Dengan mata yang menyipit dan menyilangkan tangan didada, "Kenapa lagi?" Aku berusaha tenang menghadapimya. Tidak memakai emosi, karena pasti dia akan membalasnya dengan lelucon.

Lelaki didepanku ini hanya cengengesan. "Mau balikin ini, sama ngajak main. Yok! Bosen nih, kita maen apa aja yok,maen apa yakk?! main uno? atau petak unpet? Atau atau--

Dengan cepat dan tepat aku meletakan telunjuk tanganku kebibirnya menyuruhnya diam. Aldi diam, tak melanjutkan. "Bisa tenang? Tarik nafas, hembuskan" Aldi mengikutin instruksiku, lucu sekali.

Setelah selesai melakukan hal bodoh itu, Aldi tersenyum dan menunggu aku berbicara. Tapi aku masih diam. Diam saja. Akhirnya dia menatapku datar menyebalkan. "Yaudah main uno, sambil dengerin lu nyanyi. Asik ga tuh?"

SECUILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang