Gea memilih untuk segera pergi ke lantai tiga menuju kelasnya. "Ih malu maluin banget sih. Kalo gitu kan mending gue jatuh ke lantai aja daripada jatuh dipelukan cowok tadi." Gumam Gea.
Sesampainya di kelas, Gea langsung menuju bangkunya. Dia langsung duduk tanpa menghiraukan Anita yang sedari tadi memanggil manggil namanya.
"GEA ARSYADIKA LEORA!!" Teriak Anita tepat ditelinga Gea.
"Aduh apaan sih? Kuping gue sakit bego!" Balas Gea. Anita malah nyengir kuda.
"Ya habisnya lo gue panggil dari tadi kagak lo jawab jawab." Gumam Anita. Gea hanya melirik Anita sekilas dan tak berniat untuk menjawab.
"Ge, lo harus tau kabar panas hari ini. Hari ini si anak pemilik sekolah ini. Sekaligus Ketua OSIS SMA Dharma Bakti ini balik lagi setelah ngikutin lomba akademi di luar negri."
"Ya trus?" Tanya Gea malas.
"Gue denger denger dia tuh ganteng, pinter, dan kaya."
"Ya trus?" Gea tak berminat dengan apa yang dibahas dengan Anita.
"Siapa sih tadi namanya.." Anita terlihat berpikir. "Ar.. Are.. Are siapa sih ah. Lupa dah gua." Anita menatap ke Gea yang sedang menyibukkan dirinya dengan membaca novel tanpa mempedulikan cerita Anita.
"Ahhh gue cerita dari tadi lo malah gak dengerin gue. Tau ah ngambek nih gue ngambek. Awas aja lo sampek butuh sama gue. Gue gak mau dengerin ah. Gak mau tau ya. Yang jelas gue ngambek nih. Inget ya ngambek. Gue nggak mau deket lo." Oceh Anita lalu pergi keluar kelas.
"Dih ntar juga dia sendiri yang ngedeketin gue." Gea hanya geleng geleng kepala. Lalu kembali lagi menyibukkan dirinya dengan membaca novel.
Anita kembali masuk kedalam kelas lalu duduk disamping Gea. "Geaaa.." panggil Anita dengan nada memelas.
Gea hanya memutar bola matanya malas. "Apaan? PR lagi?" Tebak Gea.
"Heheh iya Ge." Kata Anita dengan cengiran
"Katanya lo lagi ngambek. Katanya gak mau ngedeketin gue. Trus se-"
"Kata siapa? Kata 'katanya' itu jarang benernya." Kata Anita.
"Dih ngeles kek bajai." Gea mengambil bukunya lalu memberikannya kepada Anita. Anita tersenyum lebar dan cepat cepat menyalin jawaban yang ada di buku Gea.
"Eh Ta, gue mau cerita nih." Kata Gea.
"Perlu gue dengerin atau nggak?" Tanya Anita. Namun tangan dan matanya masih fokus menyalin jawaban.
"Yaudah gajadi." Gea cemberut. Anita terkekeh, dia sangat suka sekali menggoda Gea. Dia sangat suka melihat wajah cemberut Gea, kayak ada lucu lucunya gitu.
"Yee ngambekan lo. Yaudah sekarang lo boleh cerita. Asal habis ini dengerin cerita gue." Kata Anita.
"Hm okedeh."
"Jadi?.."
"Gue habis jatuh di pelukan kakak kelas masa?" Kata Gea.
Anita tiba tiba menghentikan aktivitas menyalin jawabannya. "Ha? Apa? Kok bisa? Kakak kelas yang mana? Dimana?" Tanya Anita heboh. Dan yang pasti itu mengundang perhatian dari teman teman sekelasnya yang saat kini menatap ke bangku mereka yang ada di pojokan.
"Ihh lo nanya pelan pelan bisa gak sih!" Kata Gea sambil mendelik ke Anita.
"Heheh iya iya maap. Ceritain lagi dong."
"Tadi kan gue habis jatoh didepan gerbang. Gara gara gu-"
"Apa? Jatoh? Lo? Kapan?" Potong Anita.
"Dengerin dulu onta! Gue belum selesai cerita juga. Ntar kalo gue udah selelsai cerita baru gue buka sesi pertanyaan buat lo."
"Oh oke oke." Kata Anita cengengesan.
"Gue tadi bangun dan lihat jam tangan gue itu udah nunjukin jam 8. Gue pikir gue udah telat. Gue cepet cepet mandi dan ganti baju. Trus gue ke sekolah sambil lari. Gue lupa buat cek tali sepatu gue. Tadi pas gue lari gue nginjek tali sepatu gue dan ya gue jatoh." Gea menjeda ceritanya. Anita hendak buka suara tapi melihat tatapan tajam Gea yang seakan bicara 'diam' anita terdiam.
"Lo tau kan gue tadi di gerbang?" Anita mengangguk. "Itu gue habis jatoh. Dan setelah itu gue pergi kan?" Anita mengangguk lagi. "Nah itu gue pergi ke UKS buat ngobatin luka gue. Nih lihat." Gea menunjukkan siku dan lututnya yang ditutupi plaster.
"Terus pas gue keluar UKS kan banyak tuh kakak kelas yang ngelihatin gue sambil siul siul gajelas. Gue kan risih jadinya, ya gue jalan lebih cepet aja. Sialnya, gue lupa buat benahi tali sepatu gue. Dan, ya gitu gue nginjek lagi tali sepatu gue sendiri. Gue udah siap siap jatuh dan jadi tertawaan. Gue udah merem. Tapi pas gue buka mata, bukannya gue lihat lantai dan ngerasain sakit, gue malah ngelihat wajah cowok deket banget ama wajah gue. Gue langsung menjauh dan gue jadi salah tingkah sendiri. Gue mau jelasin semua ke cowok itu. Tapi cowok itu malah pergi tanpa bilang apapun. Kalo dia salah paham ngira gue mau goda dia gimana? Mau ditaruh mana muka gue."
Anita hanya diam mendengarkan. "Lo kenapa diem aja? Respon dikit kek. Kasih saran kek, atau apa gitu." Kata Gea.
"Kan lo belum buka sesi pertanyaannya dodol." Jawab Anita.
"Oh iya lupa. Sekarang lo boleh tanya."
"Oke yang pertama, kok bisa lo bangun jam delapan tapi lo sampek sekolah jam setengah 8 kurang?. Terus yang kedu-"
"Satu satu aja kalo nanya." Potong Gea.
"Oke oke, yaudah jawab dulu pertanyaan yang pertama.
"Eh itu tadi.. anu.. emm.. gue gak kesiangan sih. Tapi,.."
"Tapi apaan?"
"Ternyata jam tangan gue mati pas jam 8 malem heheh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Boyfriend
Ficção Adolescente"Apa yang bikin lo ragu buat bersaing sama Nadya?" Tanya Areka "Ya secara kan Nadya tuh cantik, baik, pinter banget ngomongnya. Ya gue yakin aja pasti bakal banyak yang suka ke dia. Gak kayak gue yang ceroboh, petakilan dan gak waras ini. Mana ada y...