Sebelas

2K 315 15
                                    

Jane tidak pernah suka rumah sakit, dimana dia bisa menemui korban kecelakan yang berlumur darah disana. Dia trauma dengan darah, kepalanya langsung pusing jika melihat cairan merah, asin dan beraroma karat yang amis.

Matanya mengamati bangunan rumah sakit itu tak kala dia berjalan di samping Jevan, tapi otaknya berputar mencari cara untuk kabur dari tempat itu.

"Sepertinya aku mau ke toilet dulu, bagaimana kalau Anda duluan saja, Mr. Hathaway. Nanti aku menyusul," kata Jane berusaha mencari celah.

"Aku akan menemanimu," balas Jevan, dan dia terlihat menahan senyum melihat Jane yang menolehkan tatapan horror ke arahnya.

"Silakan, jika anda ingin pengguna toilet perempuan memukulimu karena berada di tempat yang salah," balas Jane lalu berjalan mendahului Jevan menuju toilet.

Jevan hanya tersenyum sambil mengikuti Jane sampai beberapa meter dari arah toilet.

Jane sengaja berlama-lama di dalam toilet, berharap Jevan bosan menunggunya. Namun, harapannya kandas saat dia keluar dari toilet dan Jevan masih berada ditempat semula. Kini dia terlihat sedang berbicara dengan sesorang melalui sabungan telepon.

Kesempatan bagus, pikir Jane. Saat ini Jevan sedang lengah dan ini kesempatan baik untuk kabur. Dia pun berjalan mengendap, berusaha menghindari Jevan, walau dia harus melewati pria itu. Awalnya dia merasa senang karena sepertinya Jevan sedang fokus menelpon hingga tidak menyadari keberadaannya.

Namun saat Jane hendak berbelok menuju pintu keluar, dia harus tersentak karena sebuah lengan lebih dulu meraih pergelangan tangannya hingga langkahnya terhenti.

"Jangan harap bisa kabur dariku." Suara Jevan yang dalam dan penuh ancaman membuat harapan Jane untuk kabur hilang seketika.

Jane menoleh pada Jevan dengan memasang senyum palsu yang terlihat nyata kepalsuannya, bahkan wajahnya terlihat aneh karena senyumnya hanya tampak melengkung di bibir saja.

"Mau kemana?" tanya Jevan dingin, tanpa mau repot membalas senyum Jane.

"Aku rasa di luar lebih segar," jawab Jane, dengan tawa yang tidak tampak di matanya.

"Pemeriksaannya di dalam bukan di luar."

"Aku pikir pemeriksaannya bisa di wakilkan. Dan mungkin anda saja sudah cukup."

"Mereka harus mengambil sample darah kita berdua untuk di cek."

"Mengambil darah?" pekik Jane, seketika wajahnya berubah pucat.

"Ya, ayo!!!" balas Jevan lalu menarik tangan Jane hingga Jane terpaksa mengikutinya.

"Aku baru saja mendapat telepon dari salah satu kepala mandor perkebunan, Mr. Hathaway. Dia memintaku untuk segera ke perkebunan, katanya ada hal penting yang harus segera aku selesaikan." kata Jane, dengan berusaha menghentikan langkahnya tapi tak berhasil karena Jevan terus menariknya.

"Aku akan mengantarmu ke perkebunan setelah urusan kita disini selesai. Maximilian membutuhkan hasil tes darah kita hari ini juga untuk melengkapi berkas pernikahan yang sedang dia urus," balas Jevan.

"Bukankah seharusnya kau kembali mencari adikmu?" kata Jane dia masih berharap Jevan mengurungkan niatnya.

"Aku sudah menyuruh ratusan orang untuk mencarinya."

Kini Jane tak berkata lagi, dia hanya pasrah mengikuti langkah Jevan hingga mereka tiba di sebuah ruangan. Sepertinya, Jevan sudah mesan semua sebelumnya, karena dia tidak terlihat mengantri untuk melakukan pendaftaran atau sejenisnya.

Jane terlihat menegang saat Jevan hendak membuka pintu ruang itu, membuat Jevan menoleh ke arahnya. Ketegangan Jane terpancar jelas di matanya tapi dia berusaha bersikap seolah baik-baik saja saat pandangan mereka bertemu.

The Owner'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang