Tiga Belas

3.1K 367 33
                                    

Jane membanting pintu mobil di belakangnya saat dia keluar dari mobil yang dikendarai Jevan.

"Jane..." undang Jevan, dia pun keluar dengan cepat dari balik kemudi mobilnya lalu berlari mengejar gadis itu.

Langkah Jevan yang panjang-panjang berhasil mengejar Jane, dia menangkap pinggang ramping Jane dengan hanya menggunakan tangan kirinya.

"Lepas, Jevan!" kata Jane. Dia tidak berusaha meronta minta dilepaskan, tapi wajahnya mendongak dengan tatapan memerintah.

"Aku tidak akan melepaskanmu, sayang. Sekalipun kau akan melakukan kerusakan pada apapun yang aku miliki. Dan ingat! Aku tidak akan pernah takut dengan ancaman apapun."

"Sudah kubilang, bukan aku pelakunya, Sialan." teriak Jane, lalu menendang tulang kering Jevan hingga pria itu terhuyung dan pelukannya di pinggang Jane terlepas.

"Bukan aku yang merusak mobilmu." lanjut Jane dengan tatapan terluka, bahkan Jevan melihat kawah bening di pelupuk mata indah Jane, sebelum gadis itu membalikan badan dan berlari ke lantai atas menuju kamarnya.

Jevan masih berdiri ditempatnya bahkan setelah sosok Jane hilang dari pandangannya. Dia tenggelam dalam pemikirannya sendiri, hingga tak menyadari sosok Lucian yang menghampirinya.

Kalau saja Lucian tidak memanggilnya, dia tidak akan  mengalihkan pandangan dari tempat Jane menghilang.

"Jevan," ulang Lucian. Dan dia kembali berkata setelah Jevan tersenyum padanya. "Dimana Jane. Tadi kalian terlalu buru-buru pergi, hingga Jane harus meninggalkan ponselnya di atas meja makan." lanjut Lucian sambil memperlihatkan ponsel Jane ditangannya.

"Jadi dia benar-benar meninggalkan ponselnya?" tanya Jevan.

"Ya, memangnya ada apa?" tanya Lucian saat melihat Jevan meremas rambutnya sendiri dengan wajah menyesal.

"Aku sudah membuat dia marah. Mungkin sebaiknya aku menemui dia sekarang untuk minta maaf."

"Jane bukan tipe orang yang mudah reda dari kemarahannya. Jika kau mendatanginya sekarang, maka bisa dipastikan kau tidak akan berhasil mendapatkan maafnya. Temui saja dia besok pagi. Besok ada kemungkinan dia bisa memaafkanmu walau kemungkinan itu sangat kecil."

"Seperti itu?"

"Ya."

"Kalau begitu aku akan menemuinya besok pagi. Terimakasih Lucian."

Lucian hanya tersenyum sambil mengangguk.

Siang itu Jevan melanjutkan pencarian untuk Bianca adiknya. Dia kembali mencari Bianca ke perkampungan sepanjang sungai seperti hari kemarin. Dia masih berharap ada seseorang yang menemukan Bianca.

Saat sore tiba, dia harus menghentikan pencariannya karena harus menjemput Margaret ibunya di bandara. Dia bisa saja menyuruh Maximilian atau sopirnya yang menjemput Margaret, tapi sang ibu sedang butuh di tenangkan karena musibah yang menimpa Bianca, dan tentu saja Maximilian atau siapa pun tidak bisa melakukan hal itu.

Jevan membawa ibunya ke sebuah vila miliknya di sebuah pantai tersembunyi yang merupakan aset pribadinya yang ada di pulau itu. Pantai tersembunyi itu memiliki pemandangan sunset yang teramat indah, hingga cukup menenangkan hati Margaret yang sedang sedih.

Saat pagi tiba, dengan menunggang kuda jantan yang perkasa berwarna hitam legam Jevan kembali ke kediaman keluarga Verlyn. Kuda jantan yang kekar dan indah, bahkan terlihat lebih kuat dari Caesar kuda jantan putih milik Jane.

Jevan mengarahkan kudanya langsung menuju istal dan dia bertemu Jane disana. Pandangan Jane yang sedang berdiri di samping Caesar bertemu dengan tatapan Jevan yang masih berjarak beberapa meter darinya. Jevan terlihat memperlambat laju kudanya hingga berhenti didekat Jane tanpa melepas sedikitpun pandangannya dari arah Jane.

The Owner'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang