Dua belas

2K 359 31
                                    

Maaf kalau masih banyak typo.

***

Dengan menyeret langkahnya, Bianca mencoba berjalan mendekati pintu yang tengah di ketuk seseorang. Dia berjalan perlahan dengan tangan berpegangan pada dinding.

Langkahnya sudah semakin dekat ke arah pintu saat dia mendengar suara Gerard yang tenang.

"Selamat siang ada yang bisa saya bantu."

Bianca pun menghentikan langkahnya, jelas Gerard tengah berbicara pada seseorang. Dan benar saja, tak lama terdengar suara lain membalas sapaan Gerard.

"Selamat siang, perkenalkan saya Axton Banner dari tim Search And Rescue. Dan ini rekan saya Lucky Ackerley dan Bardon Adam."

Bianca terlihat menutup mulutnya. Hampir saja, jadi yang mengetuk pintu tadi adalah mereka tim Search And Rescue, yang tentunya sedang mencari dirinya, pikir Bianca. Dan pikirannya itu benar adanya setelah ia mendengar suara yang sama melanjutkan perkataannya.

"Saat ini kami sedang mencari seorang korban, dari banjir bandang yang terjadi semalam. Tinggal satu korban yang belum diketahui nasibnya."

Dengan memejamkan mata, Bianca terlihat mengatur napasnya, seolah tak ingin helaan napasnya terdengar orang-orang di luar sana yang tidak diragukan lagi, kalau mereka sedang mencari dirinya.

"Kami berpikir kalau warga di sekitar sungai menemukan korban dan belum sempat melaporkannya pada kepolisian setempat atau pihak terkait. Untuk itu kami mendatangi perkampungan dan rumah-rumah di sepanjang sungai."

"Seperti apa ciri-ciri korban yang belum ditemukan itu Tuan-tuan," terdengar suara Gerard menimpali.

"Ini adalah foto korban tersebut. Jika Anda atau warga sekitar menemukannya, harap hubungi alamat yang tertera di balik foto itu."

"Tentu, Sir. Jika saya menemukannya, maka saya akan segera menghubungi alamat ini," balas Gerard yang menurut penilaian Bianca, Gerard sangat pandai sekali berakting dan mengatur suara hingga para tim SAR itu, Bianca yakin tidak akan curiga.

Dan benar saja, selanjutnya Bianca mendengar suara anggota tim SAR itu,  meminta kerja sama Gerard, lalu mengucapkan terimakasih dan selanjutnya berpamitan.

Sesaat setelah keheningan, Bianca pun melihat pintu terbuka dan memunculkan Gerard di ambang pintu. Tatapan mereka bertemu saat Gerard menutup pintu dibelakangnya.

"Aku pikir kau yang mengetuk pintu jadi aku berusaha bangkit dari tempat tidur untuk membukanya," kata Bianca, seolah membela diri dari tatapan Gerard yang terlihat mencurigainya.

"Mungkinkah aku mengetuk pintu rumahku sendiri? Sementara aku tahu, tamu yang ada dirumahku sedang terluka kakinya?"

"Aku tidak berpikir sampai situ."

"Tidak mungkin aku memintamu membukakan pintu untukku dengan risiko memperparah luka di kakimu. Sekalipun itu demi kesopanan," lanjut Gerard, dia berjalan mendekat ke arah Bianca dengan tatapan tetap di mata biru gadis itu.

"Maaf, aku memang ceroboh. Tapi percayalah, sedikitpun aku tidak berniat menghianati kesepakatan kita," mohon Bianca.

Langkah Gerard berhenti tepat di hadapan Bianca yang kini mendongak menatapnya, hingga pandangan mata mereka bertemu dan saling menilai.

"Berhentilah menatapku seperti itu Gerard." Seolah patuh, Gerard pun mengalihkan tatapannya dan Bianca pun melanjutkan kata-katanya, "jangan menatapku seperti itu lagi, dan percayalah kalau ak....." tapi kata-kata Bianca pun terputus dan dia pun harus terpekik karena tiba-tiba saja Gerard merendahkan tubuh dan mengangkat tubuh Bianca ke dalam gendongannya, lalu berjalan menuju kamar.

The Owner'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang