Bab. 2

4K 173 12
                                    

Ijab Kobul

***
"Mungkin ini yang dinamakan jodoh, tidak mengenal tapi menikah."

***

Seusai shalat istikharah tadi malam, sepertinya Kaizan mendapatkan sebuah petunjuk akan keputusannya hari ini. Lelaki itu sekarang sudah rapi dengan jas hitam serta kopiah hitam di kepalanya.

Kaizan menatap dirinya dicermin cukup lama, sepertinya masih ada sesuatu yang mengganjal dihati lelaki itu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Seseorang datang menepuk bahu Kaizan pelan. "Papah tahu kamu tidak akan mengecewakan mamah," ucapnya lalu tersenyum.

Kaizan balik menatap lelaki paruh baya itu kemudian tersenyum kecil. "Mungkin ini jalan yang harus aku lalui, pah."

Ramdan mengangguk paham, "apakah ini jawaban dari istikharah kamu semalam ?"

"Insyaallah, pah." Ucapnya mantap.

Lelaki paruh baya itu tersenyum, "ayo turun sekarang, penghulunya sudah datang."

Kaizan menghela nafas dalam lalu mengangguk. Ayah dan anak itu berjalan beriringan menuju anak tangga.

Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah sampai di hadapan pak penghulu. Kaizan langsung mendudukan dirinya didepan meja ijab kobul itu. Kini tinggallah menunggu Felisha turun dari kamarnya.

Suasana tidak ramai sama sekali, benar-benar pernikahan tersembunyi. Hanya ada pak penghulu beserta saksi-saksi dari pengurus komplek setempat dan juga wali dari pengadilan untuk Felisha. Bahkan keluarga besar dari orangtua Kaizan pun tidak ada satupun yang diberitahukan.

Felisha berjalan menuruni anak tangga dengan anggunnya, ditemani Rani. Gadis itu sangat cantik hari ini dengan kebaya putih dan tatanan rias yang dikenakannya. Felisha nampak seperti orang yang sudah dewasa, bukan seperti ABG yang baru mau masuk SMU.

Kaizan menatap calon istrinya dengan lekat, ia tak menyangka bahwa gadis itu akan terlihat sedewasa ini. Mungkin karena faktor fisiknya yang tidak seperti gadis seusianya. Tetapi patut Kaizan akui satu hal, Felisha memang sangat cantik semampai, apalagi saat ini.

Dengan gugup gadis itu mendudukkan dirinya disamping Kaizan.

"Apakah sudah bisa kita mulai acaranya sekarang ?" ucap penghulu itu, lalu diangguki oleh semuanya terkecuali Felisha. Karena gadis itu hanya diam saja tak memberi respon apapun.

Rani meletakan sebuah kerudung putih panjang transparant di atas kepala Felisha dan puteranya.

"Baiklah kalau begitu kita mulai saja," ucap pak penghulu lalu menatap Kaizan. "Saudara Kaizan Fardhan Al-Ghifari, apakah anda bersedia menikah dengan saudara Felisha Naurin Jasmine ?"

"Saya bersedia," ucap Kaizan mantap.

Penghulu itu menganggukan kepalanya kemudian beralih menatap Felisha. "Saudara Felisha Naurin Jasmine, apakah anda bersedia menikah dengan saudara Kaizan Fardhan Al-Ghifari ?"

Gadis itu membisu ditempatnya, seketika semua menatap ke arahnya. Terutama Rani, tatapan wanita paruh baya itu sangat cemas.

Felisha menghela nafasnya dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Saya bersedia," ucapnya.

Rani beserta yang lainnya menghela nafas lega, terkecuali Kaizan yang malah menatap gadis itu penuh arti.

"Mari kita mulai ijab kobulnya, nak Kaizan jabat tangan saya." Ucap penghulu itu.

Married Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang