A Peak Of Light

12 1 0
                                    

Sinar oranye matahari sudah menghilang di ujung langit. Malam sudah menyapa dengan hiasan bintang di langit hitam. Setelah mengelilingi pusat kota seharian, Jonathan mengistirahatkan dirinya di suatu café baca, dengan sebuah buku dan secangkir teh di mejanya.

Sudah hampir satu jam sejak dia tenggelam ke dalam buku di tangannya itu. Sesekali dia mengambil jeda dengan mengambil tegukan teh.

Kali ini, Jonathan mengangkat kepalanya tiba-tiba. Dia mengangkat tangan kirinya dan memeriksa jam yang melinggar di tangannya. Jam setengah sepuluh malam.

Jonathan memasang wajah legah, karena tahu dia belum terlambat untuk pertemuan dengan penyewa baru rumahnya. Jonathan mengambil ponsel dalam sakunya dan memastikan tidak ada panggilan yang dia lewatkan.

Jonathan keluar dari pintu kaca café dengan ponsel yang di angkat ke telinganya.

"Aku baru saja akan kesana... Ya, Samoa I jumpa nanti."

Brad meneleponnya, untuk memastikan waktu mereka bertemu.

Karena jarak yang tidak jauh, Jonathan sampai ke rumahnya hanya dengan beberapa putaran lagu di radio dalam mobilnya.

Jonathan membiarkan pintu gerbangnya terbuka, untuk Brad dan sang penyewa yang akan datang nanti. Dia menyalakan semua lampu didalam maupun luar, dan membuat rumahnya bercahaya terang.

Suara kendaraan sudah terdengar masuk ke halaman rumah. Jonathan keluar menyambut mereka.

"Sudah lama menunggu?" Sahut Brad yang baru saja turun dari pintu kiri.

"Tidak sama sekali. Ayo, silahkan masuk." Jonathan mengajak tamunya masuk ke ruangan utama dan duduk disana. "Aku membeli minuman instan di jalan tadi, karena dapur benar-benar kosong." Sambung Jonathan menaruh beberapa kaleng soda dan kopi ke atas meja.

"Terima kasih. Tapi, bagaimana kalau kalian berkenalan dulu." Sambung Brad.

"Aku baru saja akan melakukannya." Kata Jonathan lalu berpaling dari Brad. "Senang bertemu denganmu. Aku pemilik rumah ini, namaku Jonathan." Jonathan membawa tangannya bersalaman dengan lelaki yang duduk di samping Brad.

"Aku Lucas. Senang bertemu denganmu juga." Lucas menyambut jabatan tangannya.

"Kau bisa melihat-lihat rumah jika kau mau." Jonathan dengan ramah menawarkan.

"Oh tidak perlu. Aku sudah melihatnya dari foto-foto yang  Brad berikan." Jawab Lucas lalu mengambil sekaleng kopi instan di atas meja.

Jonathan seharusnya berbincang dengan Lucas malam ini, tapi Lucas terlihat begitu lelah. Dia sudah berkali-kali menguap, dan matanya terlihat mengantuk.

Jonathan dan Brad, sesekali membawa Lucas ke dalam bincangan mereka, tapi Lucas lebih banyak memperhatikan ponselnya.

Suara kicau burung tiba-tiba berunyi dari ponsel Jonathan di atas meja, bersamaan dengan ponsel Lucas yang ada di tangannya.

"Sepertinya kau punya social media juga." Lucas menatap Jonathan dan ponsel di meja bergantian.

"Ya..." Jonathan menjawab dengan kaku. "Aku memakainya hanya untuk memeriksa sesuatu." Jonathan mengambil ponsel dari atas meja dan langsung memeriksanya.

@sunsunny: bukan hari ini

Sudah satu tahun sejak Jonathan mengunduh twitter, hanya untuk melihat Sunny yang selalu aktif disana. Dia juga menyalakan notifikasi Sunny, untuk mengetahui setiap keadaan dan kabar gadis itu.

Jonathan menekan tombol diam, lalu memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Sementara itu, Lucas terlihat begitu semangat menikmati sesuatu dalam ponselnya.

"Jadi, semuanya sudah beres, bukan?Lucas sudah bisa bersiap mulai besok." Brad mengangkat suaranya di keheningan sesaat itu.

Jonathan berdiri. Dia membaca sinyal Brad yang menutup pertemuan malam itu. "Ya, tentu saja."

Brad dan Lucas berdiri bersamaan. Ketiganya saling bersalaman menutup kesepakatan, sekaligus tanda perpisahan malam itu.

Mobil Brad dan Lucas sudah terlebih dahulu meningalkan rumah.  Sementara Jonathan masih harus berurusan dengan gerbang pintu yang terbuka lebar. Jonathan membawa mobilnya ke tepi jalan, dan memebiarkannya terparkir dengan mesin yang masih menyala.

Jonathan langsung merasakan angin malam yang dingin menyapa, ketika dia membuka pintu kendaraannya. Dengan memeluk tubuhnya, Jonathan berjalan menuju pintu gerbang, dan menariknya sampai kedua ujung pintu bertemu dan tertutup rapat.

Jonathan tidak sengaja menjatuhkan kunci yang baru saja di keluarkannya dari dalam saku. Dia menarik nafas panjang sambil menunduk, dan meraih kunci yang jatuh selangkah di belakangnya.

Di detik itu juga, Jonathan membeku untuk sesaat. Hembusan angin terasa semakin menusuknya saat itu, dan dunia seakan berputar melambat. Jonathan bisa melihat sepasang kaki di ujung matanya. Seseorang berdiri di seberang jalan.

Jonathan berdiri perlahan dan kembali menghadap gerbangnya. Dia sudah memasukkan kunci ke dalam gembok pintu, tapi dia tidak bisa memutarnya. Badannya berubah kaku dan pikirannya seakan terbang meninggalkannya. Yang tersisa dalam pikirannya saat itu adalah Sunny melihatku.

"Joe?"

Angin membuat suara itu menjadi samar, tapi Jonathan yakin Sunny sedang memanggilnya. Badannya masih membeku dan tangannya gemetar.

Maafkan aku. Jonathan mencoba mengumpulkan semua pikirannya, dan dengan hati terpaksa, dia meninggalkan perasaan dan kata maaf yang tidak terucap di sana, bersama Sunny malam itu.

Dengan langkah berat dan terpaksa, Jonathan masuk ke dalam mobilnya dan melaju dengan cepat.

"Brad, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"

Fallen MoonWhere stories live. Discover now