[Talitha]
"Finally...."
Aku mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi dan merenggangkan otot bahu yang terasa kelu. Bayangkan saja, aku baru selesai memeriksa dua dari lima kontrak proyek-proyek dari berbagai cabang ACT di seluruh Indonesia dan semuanya harus dikonfirmasi kembali untuk revisi ke wilayah yang mengirimkannya sebelum diserahkan dan ditanda tangani oleh pimpinan ME.
Sistem baru telah ditetapkan baru-baru ini. Tugasku semakin banyak dan membuatku sering pulang terlambat karena semua mulai berubah sejak adanya pimpinan baru di Departement Marketing dan Engineering.
"Udah selesai, Ta?" tanya Karina. Gadis bernama kecil Ayin itu menghampiri bilikku dengan secangkir wedang jahe instan favoritnya.
Aku menggeleng lemah. "Belum, Yin. Baru selesai dua, masih sisa tiga kontrak yang belum dicek."
"Wah, kerjaan lagi rame ya, Ta? Itu semua deadline di week enam belas?"
"Iya, minggu ini. Ini baru kontrak dari beberapa area, belum lagi tugas dari Ron yang seabrek. Adinda lelaaaaahh..." rengekku dan berhasil membuat Karin terkekeh.
"Sabar ya, kesayangaaan... Gue juga belum selesai sorting shipments buat all area," keluhnya. "Gila! Ron mau bikin rambut staff-nya pada rontok sampai botak kali ya? Ngasih tugas nggak kira-kira. Awas aja entar, gue laporin Luna. Pantesan dia nggak mau nerima Ron sampai sekarang."
Aku terkekeh mendengar perumpamaan yang terlalu hiperbola dari Karin, lalu ku balas candaannya, "Nggak sampai botak juga kali, Yin. Mungkin perusahaan ini pengen kita mati suri dulu baru goalsnya tercapai semua." Kemudian aku menggeleng dan berkata, "Jangan ikut campur soal cinta-cintaannya Ron sama Luna, Yin. Kita nonton dari jarak jauh aja."
Karin terkikik geli dan mengamini. "Siap, Nyonyaaaah!"
Dia kembali menyeruput wedang jahe kesukaannya. Lucu sekali nona muda ini, seleranya seperti almarhumah nenekku, suka minum-minuman tradisional yang menyehatkan.
Ketika aku akan bekonsentrasi kembali pada pekerjaan, terdengar suara-suara heboh dari belakangku. Aku dan Karin pun lantas menoleh. Dari tempatku duduk, dapat dilihat lebih dari satu staff MS berdiri dan berbisik heboh. Ada apaan, sih? Ributnya hampir sama dengan ketika Pak Rahardja datang. Biasanya hampir semua staff akan terlihat heboh jika pemegang jabatan tertinggi perusahaan itu berkunjung.
Ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk pada obrolanku dengan Marvin. Aku cepat-cepat membuka dan membacanya. Dia mengirimkan pesan yang berbunyi bahwa dia masih berada di California dan minggu ini tidak akan pulang karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Mendapat kabar tentang Marvin yang tak akan pulang dalam waktu dekat sungguh membuatku merasa sepi dan kecewa.
Jujur saja, terkadang terbersit rasa curiga dimana aku merasa Marvin kian lama kian jauh dariku. Apalagi kalau dia harus pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri untuk menjalankan bisnisnya. Tetapi semuanya selalu kutampik dengan memikirkan hal yang baik-baik saja. Toh, aku mengenal Marvin tidak dalam kurun waktu satu atau dua bulan saja.
Hubungan kami sudah memasuki tahun kedua. Lagipula, kata Ibu, seorang perempuan yang baik pasti akan bertemu dengan jodoh yang baik pula. Jika kita selalu berpikiran positif, maka hal-hal positif itu akan selalu datang kepada kita dan terhindar dari segala hal-hal negatif.
"Ta, Ta, Talitha!" desis Karin memecah renunganku.
"Hmm," balasku sembari mengambil salah satu berkas di atas meja.
"Ta!"
Tsk! "Iya, Yiiin?"
"Talitha!"
Gosh...!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVATTE
RomanceTalitha sangat menyukai Caramel Latte dengan tambahan gula. Manis sekali. Layaknya hubungan gadis bernama kecil Tata itu dengan kekasihnya, Marvin. Akan tetapi, jalinan cinta kasih yang sudah berjalan di tahun kedua itu mulai memudar ketika frekuen...