[Giandra]
Lho, kenapa Talitha? Mengapa dia terlihat sangat... sedih? Apa karena melihat Evelyn yang terus menempel padaku?
Aku baru saja menyulut rokok setelah Evelyn enyah dari hadapanku dua menit yang lalu. Sengaja santai sejenak untuk menikmati waktu istirahat sembari memenuhi kebutuhan nikotinku hari ini. Lagipula sekarang sedang jam istirahat dan memang biasanya aku menghabiskan rokok satu atau dua batang di sini.
Ah, ya, tadi aku melihat Talitha sedang duduk santai bersama teman-temannya. Memang ada niat untuk menghampiri, tapi nanti, setelah aku selesai dengan keperluan pribadi. Dan demi apa? Sekarang aku melihatnya melesat di hadapanku dengan wajah muram seperti itu. Tentu saja ini adalah kali pertama untukku melihat ekspresi Talitha yang ini. Karena dia selalu memasang wajah kesal dan sebal padaku.
"Talitha."
Dia berhenti berjalan sejenak. Menatapku dengan mata nanarnya.
Ah, sial. Aku paling benci dengan ekspresi seperti itu.
Perempuan dengan mata berkaca-kaca adalah pemandangan yang sangat mengerikan bagiku. Apalagi kalau perempuan itu memasang wajah tersebut karena diriku. Oh, no... Aku tidak menyukainya.
But, aku rasa tidak mungkin Talitha jadi seperti ini karenaku. Tidak mungkin kalau dia cemburu melihatku bersama Evelyn, bukan? Bukankah itu tidak terlalu cepat? Jika Talitha cemburu, maka artinya perempuan itu sudah jatuh ke perangkapku. Oh, aku harap tidak. Jangan sampai seperti itu, karena ku pikir Talitha adalah perempuan yang benar-benar hard to get dan pantas untuk dimiliki. Minat dan rasa penasaranku akan musnah seketika jika Talitha dengan mudah terjatuh untukku.
Akan tetapi, sepertinya Talitha tidak seperti yang ku takutkan. Karena saat dia mendengar suaraku, perempuan itu justru mengangkat dagu dan dengan angkuh memutar balik tubuhnya lalu kembali berjalan masuk ke dalam gedung.
Syukurlah... Perempuan ini masih sangat menarik di mataku. Nilaiku untuk Talitha belum berkurang secuil pun.
Tanpa pikir panjang, aku menyentil asal rokok yang baru tersulut kurang dari tiga per empatnya, lalu menyusul Talitha. Asap sisa pembakaran tembakau tadi ku buang habis dengan sekali helaan napas. Langkah kakiku yang lebar dan sedikit agak cepat membuat hampir semua karyawan yang sedang berada di lobi lantai dasar menatapku.
Ah, persetan. Yang penting Talitha dulu.
"Ta! Talitha!"
Panggilanku tidak digubris. Dia berjalan lurus ke arah Coffeeterior. Sikapnya benar-benar membuatku penasaran. Maka dari itu, aku mempercepat gerakan dan segera menarik lengannya untuk mencegah perempuan itu agar tidak masuk ke dalam kafe. Dalam satu sentakan, dia langsung menghadap ke arahku.
"Apa?"
Mendengar pertanyaan ketusnya membuatku lantas melepaskan lengannya. Dengan sebuah senyuman, aku bertanya, "Kamu kenapa?"
Dia menatapku tanpa minat. Air wajahnya sudah lebih tenang. Dia bersedekap.
"Kenapa apanya?"
"Tadi kamu kok kelihatan sedih gitu?" tanyaku to the point.
"Kapan? Saya nggak pernah ngerasa begitu."
Uh, juteknya.
Tunggu saja, sebentar lagi aku akan membuatmu mengubah nada bicaramu itu menjadi lebih manis dalam satu kecupan mesra. Tunggu tanggal mainnya, Sayang.
"Barusan."
Dia mendengus. "Kamu salah lihat. Kayaknya kamu harus ke dokter mata. Mungkin aja ada yang salah sama mata kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVATTE
RomanceTalitha sangat menyukai Caramel Latte dengan tambahan gula. Manis sekali. Layaknya hubungan gadis bernama kecil Tata itu dengan kekasihnya, Marvin. Akan tetapi, jalinan cinta kasih yang sudah berjalan di tahun kedua itu mulai memudar ketika frekuen...