Sudah berhari-hari kulewati dengan bekerja tanpa henti. Semua itu kulakukan demi melupakan seseorang yang tidak ingin kusebut namanya, kalian pasti tahu siapa.
Hal yang sama terjadi padaku hari ini, tiba-tiba aku menangis seperti orang gila hingga ibuku kebingungan. Aku bukan orang yang akan menahan perasaanku, jadi jika aku ingin menangis aku menangis. Tapi tidak jika itu di hadapan orang lain, aku menahannya mati-matian.
Sudah seminggu terlewati, yang berarti tanggal pernikahanku harusnya 2 hari lagi. Untuk apa aku memikirkannya? Lagipula aku gagal menikah, lebih baik fokus pada pekerjaanku, dan membahagiakan orang tuaku.
BRAK
"Hong Seolji!"
Aku menoleh, dan mendapati seorang Lai Guanlin di depan pintu dengan nafas terengah. Dapat kutebak dia pasti habis berlari.
"Ada apa?" Tanyaku santai.
Dia berjalan mendekat, menghampiriku. "Benar Ong Seongwoo membatalkan pernikahan kalian?"
"Tidak," ucapku tenang seolah tak terjadi apa-apa.
"Akan kuhajar lelako biadab itu!" Guanlin diselimuti emosi hendak keluar dari ruang kerjaku, aku mencekal tangannya.
"Tidak perlu aku...," aku menggantungkan kalimatku. "Yang membatalkannya,"
Emosi Guanlin mereda. Dia memelukku erat. "Menangislah, aku tahu kau belum cukup menangis. Menangislah agar kau lega, biarkan aku menjadi sandaranmu, setidaknya untuk saat ini,"
Akhirnya aku menangis di pelukan Guanlin. Ia mengusap punggungku untuk menenangkanku. Tapi tetap saja sebuah beban menimpuk dadaku.
***
"Ceritakan padaku," pinta Guanlin.
Aku menggeleng. "Jika kau mendengarnya sudah kuyakin kau akan membunuhnya,"
"Aku berjanji tidak akan melakukannya," ia menatapku serius.
"Dia kembali pada kekasih lamanya,"
Dapat kulihat wajah Guanlin menggelap, tangannya mengepal erat. Aku cemas dia akan mengamuk.
"Tolong jangan hentikan aku,"
Aku menggenggam tangannya erat-erat. "Aku tetap akan menghentikanmu,"
"Kenapa kau masih menghentikanku?! Dia menyakitimu Hong Seolji! Sadarlah! KENAPA KAU MASIH MEMBELANYA BAHKAN KETIKA KAU DISAKITI BEGITU!" Teriak Guanlin begitu emosi.
Aku hanya bisa meneteskan air mata. "KARENA AKU MENCINTAINYA!" Balasku.
Karena melihatku menangis, Guanlin langsung memelukku. "Apakah kau tidak memikirkan aku? Aku di sini juga mencintaimu Hong Seolji, bahkan ketika kau akan menikah pun perasaan ini tak kunjung hilang. Tidakkah kau kasihan padaku?"
Aku tidak menjawab dan terus menangis di pelukannya. "Kau jahat Hong Seolji, lebih jahat dari siapapun di dunia ini,"
"Mianhae,"
"Aku ada di sini untuk mengobatimu, kembalilah padaku jika kau lelah. Aku tetap akan menunggumu,"
Aku menangis lebih keras, andai aku bisa memilih, aku pasti akan memilih jatuh cinta pada Guanlin daripada Ong Seongwoo.
***
Aku menghabiskan hari bersama Guanlin, melakukan banyak hal bersama sama seperti dulu. Menonton film, bermain kartu, bermain tik-tak-toe, minum cokelat panas.
"Jadi film apa yang akan kita tonton?" Tanyaku pada Guanlin yang sedang mengantre.
"Bagaimana kalau The Meg? Kau suka hiu kan?"
"Hngg bagus juga,"
"Baiklah kita menonton itu saja,"
Saat kami sudah selesai mengantre aku melihat sekeliling, dan kulihat Seo Hajin sedang bergelayut manja di lengan Seongwoo.
Guanlin menutup mataku. "Jangan lihat,"
Mataku sudah berair, siap untuk tumpah. Tapi dengan cekatan Guanlin memelukku padahal dia sedang memegang satu ember popcorn dan dua kola.
"Ya, lepaskan aku," ucapku sambil terkekeh. "Kolanya bisa tumpah nanti,"
"Kau merusak momennya," omel Guanlin, dia merajuk dan berjalan mendahuluiku.
"Ya.... tunggu aku,"
Aku menempati tempat duduk kami. Bangku strategis yang ada di tengah. Guanlin memang pintar memilih tempat.
Aku melihat beberapa cuplikan film lain di layar sampai tangan Guanlin menggenggam erat tanganku. Kemudian dia berbisik di telingaku.
"Tolong percaya padaku," setelahnya dia menempelkan bibirnya di bibirku, lama sekali.
Sampai tiba-tiba aku melihat Guanlin terjatuh karena sebuah tonjokan dari Seongwoo.
"Ya! Ada apa denganmu?!" Bentakku pada Seongwoo yang membuat seisi bioskop menatap kami.
Aku membantu Guanlin berdiri. "Guanlin-a gwaenchana?" Guanlin menggangguk kecil. Ia mengusap setetes darah yang muncul dari sudut bibirnya.
"Ada apa kau cemburu?" Guanlin menatap Seongwoo lurus. Seolah menantang.
Seongwoo hanya diam, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sementara di belakangnya Hajin tersenyum licik sambil bersembunyi.
"Kenapa kau cemburu? Bukankah kau juga baru saja berciuman dengannya?" Ucap Guanlin lagi.
Seongwoo menatapku dengan tatapan terluka, aku memalingkan wajah agar tidak melihat wajah Seongwoo dan menangis. "Seolji bahkan tidak ingin melihatmu,"
Kepalan tangan Seongwoo untuk sekali lagi mendarat di pipi Guanlin. "Ya! Kenapa kau melakukannya?!"
Seongwoo hanya diam dan menatapku dengan tatapan yang sama, sesak rasanya melihatnya begitu. Apakah sebenarnya ia tersiksa? Ataukah sebenarnya dia memang masih mencintai Hajin? Apakah keputusanku salah?
"Dengarkan baik-baik Ong Seongwoo-ssi. Kau sudah tidak ada hak untuk cemburu, kau sendiri yang memutuskan untuk meninggalkanku. Jadi jangan berani kau menyentuh Guanlin," ucapku dengan tegas.
Aku kemudian menarik Guanlin untuk keluar dari teater tempat kami menonton. Setelah sampai di koridor yang sepi aku berhenti. Guanlin memelukku erat.
"Wah kau berani sekali," Guanlin menepuk pundakku seolah aku sudah memenangkan sesuatu.
Bukannya tersenyum aku malah menangis. Mata Seongwoo saat dia menatapku masih tercetak jelas di otakku, sorot matanya terlihat sedih, kecewa, dan marah disaat yang bersamaan.
Guanlin kembali memelukku erat. "Sudah jangan menangis, maaf tadi aku melakukan itu padamu,"
Aku menggeleng. "Tidak apa-apa hiks...,"
"Kau mau pulang saja?" Tanya Guanlin.
Aku mengangguk. "Tapi aku lapar,"
"Baiklah kita makan dulu, kau mau bingsoo kan?"
~TO BE CONTINUE~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Wedding
FanfictionDipaksa menikah dengan om-om? oh tentunya itu merupakan hal buruk bagi Seolji. Tapi bagaimana jika om-om itu ganteng, dan om-om itu adalah Ong Seongwoo? Apakah Seolji akan menolak? Ataukah malah jatuh cinta? Cover by @hayfayzksm