Seolji's POV
"Brengsek!" Kulemparkan amplop putih yang tadi kupegang. Itu adalah amplop yang menyetujui surat pengunduran diriku. Yang membuatku mengumpat adalah aku tidak pernah mengirimkan surat pengunduran diri ke atasanku.
"Seolji-ya," panggil ibu. Aku berusaha menetralkan nafasku yang menggebu-gebu akibat emosi tadi.
"Ada apa eomma?" Aku mengambil tempat duduk di sebelah ibu, ibu memegang sebuah amplop cokelat besar yang tak kuketahui isinya, tapi aku memiliki firasat buruk tentang amplop tersebut.
Ibu menyodorkan amplop tersebut padaku. "Ini ada kiriman, dari Seo Hajin,"
Aku langsung menampik surat itu hingga kulempar jauh. "Astaga! Ada apa denganmu?" Tanya ibu mengambil amplop itu.
"Eomma letakkan kembali amplop tersebut! Aku tidak mau melihatny!" Ucapku. Tapi ibu tidak mendengarkanku, beliau tetap membuka amplop tersebut.
Sejurus kemudian ibu merobek isinya. "Siapa pengirim itu Seolji-ya?" Tanya ibu sepertinya ibu sama emosinya sepertiku.
"Kekasihnya yang baru,"
Mengerti siapa yang kumaksud, ibu segera membakar robekan kertas tersebut. Sepertinya isinya begitu lucknut sampai ibu membakarnya di dalam rumah.
***
Aku berbaring di atas ranjangku. Mungkin aku harus berterim kasih pada Hajin karena akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang tanpa dikejar deadline untuk episode selanjutnya. Sebenarnya agak sedih juga sih, respon pembacaku bermacam-macam ada yang mendukungku ada juga yang mencemoohku--mengingat aku menghentikan karyaku di tengah jalan.
Aku hanya memandang langit-langit kosong kamarku. Astaga aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan jika tidak bekerja.
"Eomma," panggilku saat ibu sedang menonton televisi barunya yang baru ia beli.
"Hm?"
"Aku mau bekerja,"
Ibu hanya mengangguk sembari menyantap kerupuk nasi yang diberi tetangga kami kemarin. "Ya sudah sana bekerja, apapun pekerjaannya yang penting kau bahagia,"
Aku mengecup pipi ibuku cepat. "Terima kasih eomma," aku kemudian berlari ke dalam kamar, dan tertidur dengan tenang.
Begitu aku bangun, aku langsung bersiap untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan apapun, tapi aku akan memulainua dengan melamar pekerjaan di supermarket ujung komplek.
"Hm kau lulusan SMA ya?"
Aku mengangguk antusias. Pemilik supermarket itu menganggukan kepalanya. "Kau bisa bekerja kapan saja?" Aku kembali mengangguk. "Full time atau part time?"
"Yang mana saja tidak masalah bagiku tuan," jawabku sesopan mungkin.
"Baiklah kau bisa bekerja mulai besok," aku mengangguk dengan semangat. "Oh iya ada yang harus kuberitahukan, supermarket ini buka dari pukul 8 sampai pukul 3 pagi. Kau mendapat shift pagi karena kau perempuan, lalu pegawai lamaku akan menjelaskan apa-apa saja yang harus dilakukan," aku hanya mengangguk sembari mengiyakan.
"Datanglah pukul 7 besok,"
Aku meninggalkan supermarket tersebut sambil menyesap susu pisang yang baru saja kubeli. Aku bahagia karena aku diterima bekerja di sana, akhirnya aku akan memiliki kesibukan dan tidak hanya terpuruk karena keadaan.
Aku berjalan sambil melompat pagi itu. Burung-burung bernyanyi indah, langit begitu cerah. Tapi siapa sangka apa yang terjadi selanjutnya ketika aku tiba di depan rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Unexpected Wedding
FanficDipaksa menikah dengan om-om? oh tentunya itu merupakan hal buruk bagi Seolji. Tapi bagaimana jika om-om itu ganteng, dan om-om itu adalah Ong Seongwoo? Apakah Seolji akan menolak? Ataukah malah jatuh cinta? Cover by @hayfayzksm