27. Pilot Pesawat Boeing Vs Calon Pilot Pesawat Tempur

6.2K 628 74
                                    

Byan menjemputku tepat pukul 9 saat Bunda baru saja mau keluar ke JNE, kirim barang. Saat Dik Dara juga sedang mencuci sepatunya di depan rumah.

"Tante, izin bawa pacar saya ya?"

"Pacar-pacar, pacar kamu anak Tante."

"He he he. Makanya minta izin sama Tante."

"Bilangin sama Ibu kamu, Kak Ara jangan dicubitin, nanti pipinya semakin tembam."

"Ha ha ha. Siap, Tante."

Lantas Bunda berpamitan pergi lebih dulu, keburu siang, Bunda juga masih harus segera menemui beberapa pengurus Persit.

"Kak, ikut dong," rengek Dik Dara pada Byan, pastinya akan merasa kesepian karena dia di rumah sendirian.

"Jangan, nanti kamu jatuh cinta lagi sama Adikku."

"Emang ganteng?"

"Ganteng lah."

"Kelas berapa?"

"Kelas 7."

"Ye itu sih berondong!"

"Ha ha ha."

"Udah sana ikut sama Om Dika sama Om Indra aja. Mereka pasti lagi di taman Yonif sambil meratapi nasib," kataku.

"Ye, orang mereka lagi ke stadion Maguwoharjo sama Ayah."

"Oh, mungkin gladi pengamanan laga PSS Sleman sama Persis Solo," gumam Byan.

Aku mengangguk-angguk saja. Pada akhirnya meninggalkan Dik Dara di rumah sendirian. Toh aku berharap tak akan lama berada di rumah Byan. Takut. He he he.

"Aku takut," keluhku di belakang. Si Bebek yang jemput aku.

"Pegangan."

"Bukan takut jatuh."

"Oh kirain. He he he."

"Ibumu galak nggak sih? Terus nanti aku bilang apa?"

"Diem aja kalau takut. Senyum dikit, udah."

"Gitu doang?"

Mengangguk. "Nanti Ibu pasti nggak suka deh sama kamu. Pasti Ibu marah-marah, bilang kalau pacar aku kaya nggak tahu unggah-ungguh, nggak ada sopan santunnya, diajak bicara malah diem. Nanti aku bilang sama Ibu, nilai bahasa Jawamu jelek jadi nggak tahu unggah-ungguh, aku bilang juga nilai berbicaramu di bahasa Indonesia juga jelek."

Memukul punggung Byan. "Jelek dong citra aku di mata Ibu kamu!"

"Ya sudah, makanya jangan takut. Giliran kamu dong yang berjuang buat aku. Buat Ibu suka sama kamu."

"Gimana caranya?"

"Cukup puji dia cantik."

"Udah?"

"Iya, lihat aja pasti pipinya merah-merah habis itu."

"Iya nanti aku coba. He he he."

"Tapi jangan puji Ayahku ganteng."

"Kenapa?"

"Nanti dia suka sama kamu. Kamu mau jadi istri keduanya?"

"Hah?"

Kan somplak dia ya?

Ini hari pertamaku datang ke rumah Byan, itupun karena Ibunya Byan telepon Bundaku, minta aku datang ke rumahnya dan Byan juga datang ke rumahku kemarin. Sekali-kali katanya. Padahal sekali saja begini rasanya apalagi sekali ditambah kali, lah kan banyak ya? Kasian jantungku.

Byantara [Tersedia Di Shopee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang