Sanga; alergi

6.8K 919 98
                                    

'Aku nggak pernah sempat sarapan, jadi buatin aku bekel, ya.'

Seperti itulah pesan singkat yang Mingyu kirimkan di sepertiga malam dan baru Wonwoo baca jam lima pagi. Wonwoo tidak terbiasa mengumpat, tapi pesan dari Mingyu membuat mulutnya mengeluarkan sumpah serapah berulang kali.

Wonwoo tidak ada pikiran harus membuatkan bekal apa untuk Mingyu. Karena makanan pertama yang Wonwoo temui udang dan waktunya tidak banyak, ia memilih memasak udang goreng tepung roti. Wonwoo telaten, pintar masak, tapi karena mengejar waktu kuliah, ia beberapa kali menjatuhkan barang dan itu cukup mengganggu indera pendengarnya.

Wonwoo berani bertaruh, walau ia memasak dikejar waktu, masakannya bisa dijamin enak—setidaknya lidah Mingyu tidak mati rasa ketika mencobanya. Menempatkan nasi putih dan beberapa potong udang tepung di tempat makan berwarna cokelat, ia juga mengambil botol minum yang menjadi pasangannya. Pemuda ini yakin, Mingyu menyukainya.

"Loh, Wonu kok udah di dapur?"
Seungkwan datang dengan wajah heran karena adiknya itu tidak terbiasa memasak sebelum kuliah—juga karena separuh dari dapur hancur. Ia beralih menatap kotak makan di tangan Wonwoo, "Kamu bawa bekel?"

Wonwoo mengangguk ragu, "I-iya, kak."

Sembari mengambil beberapa perabotan masak yang tercecer di tempat yang tidak seharusnya, Seungkwan kembali berujar dengan penuh perhatian, "Kalau mau bawa bekel, biar kakak aja yang nyiapin. Udah sana kamu mandi dulu,"

"Emang jam berapa sekarang?"

"Setengah tujuh,"

Mata Wonwoo melebar seketika, "Ngapusi to?!"

.

Dari radius sepuluh meter, Wonwoo sudah tahu bahu di bawah pohon rindang itu milik Aji Mingyu Tamawijaya. Dan dari radius sepuluh meter juga, Wonwoo sudah mengumpat dalam hati seraya meremas kotak bekal di tangannya.

"Nih, bekalnya,"

"Eh?" Mingyu tersenyum lebar, menampakkan aura ketampanan yang hakiki bagi sekitar yang membuat banyak perempuan maupun pria cantik iri ke Wonwoo.

Wonwoo menjatuhkan bokongnya dengan dengusan sebal tanpa kata kata. Ia memberikan kotak bekal dan botol minum ke yang meminta.

"Yeay, makasih," Mingyu membuka kotak bekal dengan antusias, sebelum tau isinya apa.

Pria datar macam Wonwoo mana peduli suka atau tidak suka Mingyu ke makanan yang ia buat. Tapi kepekaannya tajam ketika mimik wajah Mingyu berubah saat membuka tutupnya. Wonwoo tidak ambil pusing, mungkin Mingyu terbiasa memakan masakan restoran bintang lima.

Mingyu memasukkan satu sendok nasi dan udang ke mulutnya, "Makasih ya, Won. Aku udah lama ndak makan bekel kaya gini."

Wonwoo melirik Mingyu, "Enak emang?"

Yang ditanya mengangguk girang dengan mulut penuh makanan.

Kembali, Wonwoo memalingkan wajah ke arah depan. Matanya memang tidak melihat, tapi Mingyu tepat di sampingnya sehingga suara kunyahan pria tan itu cukup terdengar, juga suara sendok dan kotak makan yang bersenggama.

Di rumah, yang masak Mama dan Kak Seungkwan, Wonwoo pintar sih, tapi dia mana ada waktu. Kalaupun bawa bekal, yang biasanya bawa Jisoo kalau tidak Minghao dan Chan. Tapi ketika bekal itu terlihat begitu dinikmati Mingyu, hatinya lega seketika.

"Oh iya, habis pulang nanti aku mau ambil berkas ke temen, tolong bantuin bawa ya sampe mobil doang kok,"

Pemuda yang kecil mengangguk tanpa ekspresi.

"Uhuk! Uhuk!"

Wonwoo menoleh, dia pikir Mingyu cuma keselek biasa. Tapi makin paniklah Wonwoo waktu lihat bintik bintik merah mulai muncul di kulit wajah Mingyu. "Aji! Mukamu—"

Choi Squadh [SVT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang