Jisoo deketnya sama Jihoon, mungkin karena di antara anak anak Papa Mama, mereka berdua yang dulu terpisah jauh dari keluarga ini. Wajar saja kalau banyak yang mengira kembar tak seiras, padahal umur mereka berbeda, hobi, dan kesukaan berbanding terbalik. Tetap saja, seberapapun perbedaan di antara Jisoo dan Jihoon, mereka bakal jadi temen bobrok.
Jisoo nggak pernah tahu alasan apa yang membuat kakinya melangkah ke bilik Jihoon. Kecuali hari ini, awalnya dia hendak meminjam laporan dari dosen yang harus dikumpulkan besok, tapi Jisoo jadi ingat sesuatu.
"Eh, tau nggak sih, Hoon?"
"Ya lo aja belom ngomong apa apa, gimana gue bisa tau goblok,"
Rasanya ingin sekali menelan Jihoon mentah mentah, dia heran, setiap Jisoo bertanya sepatah kalimat, pasti Jihoon jawabnya ngegas minta disleding, "Ya anjir ini gue mau cerita gebetan gue itu lho, anu si Seokmin—"
"Anu Seokmin kenapa?"
"Cocotmu, Hoon, Hoon. Halah lo pasti tau dia. Gini, lo inget Seokmin kelas ips dua dulu nggak sih?"
Jihoon menatap langit langit, "Yang mana, sih? Monmaap atuh gue males mengingat ingat masa lalu."
"Bukannya males, daya ingat lo emang di bawah rata rata, anjenk,"
Denger Jisoo balik ngatain dia, Jihoon melotot nggak terima, "Cangkem mbok ya dijogo, perawan ora entuk ngomong anjenk."
"Perawan ndasmu telu, wes lah serius, Hoon," Jisoo berpikir sejenak, memikirkan kejadian yang bisa membuat otak Jihoon ingat, "Oh, yang dulu sempet pacaran sama Yujuka, anak pindahan Jepang, inget ga lo?"
Jihoon langsung terduduk dengan mata melebar dan tangan mencengkeram erat kedua lengan saudaranya, "Ya Gusti woeeeeeee serius lo? Biar gue perjelas, tapi habis itu Seokmin putus sama Yujuka gara gara elo kan, lur?"
Tangan Jisoo menoyor wajah Jihoon dengan tega, "Kenapa sih perspektif lo ga pernah berubah? Selalu aja nyalahin gue karena Seokmin sama Yuju putus! Sama aja kayak yang lain! Tapi, bener kan dugaan gue, Hoon! Dia bener Seokmin yang dulu gue kenal."
"Dia ga kenal elo tapi. Coba kalo dia tahu lo orang yang rebut mantan pacarnya dulu, bisa ditolak mentah mentah lo, Su."
Jisoo menghela napas, ada ketakutan tersendiri setelah fakta ini terkuak, "Gimana kalau Seokmin tahu gue yang rebut pacarnya dulu?"
"Ya ga bakal mau lah sama lo."
Pemuda bermata kucing itu menggeletakkan badannya di samping Jihoon yang sudah lebih dulu berbaring. Ia membuka ponsel dan mulai bermain pou terbaru. Sedangkan Jihoon lebih asik bermain piano tiles. Keduanya hanyut pada kegiatan masing masing.
"Eh iya, gue mau cerita, kemaren kan gue ke uks, ada Kak Wonu lagi nungguin cowok yang lagi baring sakit gitu lho," Jihoon masih fokus dengan kegiatannya, kecepatan bermain mulai meningkat.
"Terus terus?"
"Terus...." Jihoon makin fokus, "Anjing ini cepet banget asu pianonya!"
Merasa diabaikan, Jisoo merecoki, berusaha ikut memencet layar ponsel Jihoon sampai akhirnya salah satu layar merah muncul dan berakhirlah permainan piano tiles Jihoon.
"Yah mati Jisoo!" Jihoon cemberut, tapi kemudian tersenyum ketika hasil permainan keluar, "Eh tapi gapapa, dapet mahkota dua yeay! Mana coba liat pou lo dong! Mau pencet tai-nya!"
Jisoo menjauhkan ponselnya dari Jihoon, "Awas aja ya lo mencet tai pou gue, ampe lo pencet, gue uninstall piano tiles lo biar mulai dari awal!"
"Eh gue lanjut nih, tubir mulu heran," Jihoon duduk biar lebih enak, "Terus ribuan pertanyaan langsung nyerbu otak gue dong. Tapi pas gue liat Wonu, dia masih kaya ogah cerita pas itu. Cuman, gue sempet minta penjelasan pas di rumah, belom kesampaian, bung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choi Squadh [SVT] ✔
FanfictionChoi Seungcheol dan istrinya, Choi Jeonghan sudah menikah belasan tahun dan hidup tentram di Kota Istimewa Yogyakarta. Mereka dikaruniai enam orang anak laki laki cantik yang semuanya lebih mirip gen sang Mama. Memang iya, semuanya lelaki cantik nan...